Musyawarah Majelis Hakim. Proses Pengambilan Keputusan Hakim Peradilan Agama.

3 Mempertimbangkan beban pembuktian 4 Mempertimbangkan keabsahan peristiwa sebagai peristiwa 5 Mempertimbangkan secara logis, kronologis, dan juridis fakta-fakta hukum menurut hukum pembuktian 6 Mempertimbangkan jawaban, kaberatan dan sangkalan-sangkalan serta bukti-bukti lawan sesuai hukum pembuktian 7 Menemukan hubungan hukum peristiwa-peristiwa yang terbukti dalam petitum 8 Menemukan hukumnya, baik hukum tertulis maupun yang tak tertulis dengan menyebutkan sumber-sumbernya. 9 Mempertimbangkan biaya perkara. c. Konstituiring yang dituangkan dalam amar putusan meliputi: 1 Menetapkan hukumnya dalam amar putusan 2 Mengadili seluruh petitum 3 Mengadili tidak lebih dari petitum, kecuali Undang-Undang menentukan lain 4 Menetapkan biaya perkara. 26

C. Proses Pengambilan Keputusan Hakim Peradilan Agama.

1. Musyawarah Majelis Hakim.

Musyawarah Majelis Hakim merupakan perundingan yang dilaksanakan untuk mengambil keputusan terhadap suatu perkara yang diajukan kepadanya dan sedang diproses dalam persidangan Pengadilan Agama yang berwenang. Musyawarah Majelis Hakim dilaksanakan secara rahasia, maksudnya apa yang dihasilkan dalam Majelis Hakim hanya diketahui oleh anggota Majelis Hakim yang memeriksa perkara tersebut sampai putusan dibacakan. Tujuan diadakannya 26 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama. Hal. 36-37. Musyawarah Majelis Hakim adalah untuk dapat menyamakan persepsi agar terhadap perkara yang sedang diadili itu dapat dijatuhkan putusan yang seadil- adilnya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. 27 Ketua Majelis Hakim memimpin rapat dengan memberikan kesempatan pertama berbicara kepada anggota Majelis yang junior untuk mengemukakan pendapatnya, kemudian baru Hakim yang senior dan terakhir Ketua Majelis Hakim itu sendiri. Dalam Musyawarah Majelis Hakim, setiap Hakim mempunyai hak yang sama dalam hal: a. Mengonstatir peristiwa hukum yang diajukan oleh para pihak kepadanya dengan melihat, mengakui, atau membenarkan telah terjadi peristiwa yang diajukan. b. Mengkualifisir peristiwa hukum yang diajukan pihk-pihak kepadanya. Peristiwa yang telah dikonstatirnya itu sebagai peristiwa yang benar-benar terjadi harus dikualifisir. Mengkualifisir berarti menilai peristiwa yang dianggap benar-benar terjadi itu teramsuk hubungan hukum mana dan hukum apa, dengan kata lain harus ditemukan hubungan hukumnya bagi peristiwa yang telah dikonstatir. c. Mengkonstituir yaitu menetapkan hukumnya ataui memberikan keadilan kepada para pihak yang berperkara. 28 Jika dua orang Hakim anggota Majelis berpendapat sama terhadap, maka Hakim yang kalah suara harus menerima pendapat yang telah sama itu. Hakim yang kalah itu dapat menuliskannya dalam buku yang khusus disediakan dan disimpan oleh Ketua Pengadilan Agama yang bersifat rahasia. Apabila masing- masing Hakim berbeda pendapat yang masing-masing Hakim memilki pendapat 27 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, hal. 276. 28 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata di Indonesia, hal. 275. yang sama kuat dan sama akurat analisis yuridis, satu sama lain tidak mendukung dalam perkara yang dihadapinya, maka perkara tersebut dapat diselesaikan dengan alternatif yaitu: a. Persoalan tersebut dibawa ke rapat pleno Hakim yang ada di Pengadilan Agama tersebut yang dipimpin oleh Ketua Pengadilan Agama dan rapat ini tertutup dan rahasia. b. Ketua Majelis Hakim karena jabatannya dapat mempergunakan hak vetonya dalam menyelesaikan perkara tersebut, dengan catatan pendapat Hakim yang tidak sependapat tersebut dicatat dalam buku catatan yang rahasia.

2. Interpretasi Hukum oleh Hakim.