lain, agama tidak dijadikan sebagai syarat. Tentang syarat beragama Islam bagi Hakim dilingkungan Peradilan Agama, memang ada yang beranggapan bahwa
syarat tersebut menutup pintu bagi yang non Islam untuk menjadi Hakim di lingkungan peradilan Agama. Padahal lingkungan Peradilan Agama sesuai
dengan ketentun pasal 3 Undang-Undang No. 14 tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman, termasuk dalam Peradilan Negara. Berarti sudah tentu dia adalah
milik semua bangsa tanpa kecuali. Akan tetapi bila ditinjau dari ditinjau dari kekhususan yang dilekatkan oleh Undang-Undang, Peradilan Agam memiliki ciri
dan bidang tertentu yang sangat berkaitan dengan faktor yakni: a.
Faktor personalita ke-Islaman, b.
Dan faktor hukum yang diterapkan, khusus hukum Islam.
Bila memperhatikan kekhusuan yang melekat pada kedua faktor tersebut, beralasan disejajari dengan ketentuan syarat ke-Islaman bagi mereka yang akan
duduk berfungsi menegakkan hukum dalam Peradilan Agama. Dari segi etis tersebut maka menjadi janggal apabila hukum yang diterapkan adalah hukum
Islam dan hal itu khusus diperlakukan bagi yang beragama Islam, sedang Hakim yang menerapkan bukan beragama Islam.
23
3. Tugas Hakim.
23
Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama UU No. 7 tahun 1989, hal. 117.
Hakim Peradilan Agama mempunyai tugas untuk menegakkan hukum perdata Islam yang menjadi wewenangnya dengan cara-cara yang diatur dalam hukum
acara Peradilan Agama. Adapun tugas pokok Hakim di Pengadilan Agama menurut Mukti Arto terbagi menjadi tiga bidang yaitu:
a. Tugas yustisial
b. Tugas non-yudistisial
c. Tugas Hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara.
Adapun dalam bidang yustisial menurut Mukti Arto
24
tugas Hakim dapat dirinci sebagai berikut:
a. Membantu mencari keadilan.
Dalam perkara perdata, Pengadilan membantu para pencari keadilan untuk dapat tercapainya Peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan
sesuai dengan pasal 5 ayat 2 Undang-Undang No. 14 tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman
b. Mengatasi segala hambatan dan rintangan.
Hakim wajib mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk tercapainya Peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan sesuai
dengan pasal 5 ayat 2 Undang-Undang No. 14 tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman, baik yang berupa teknis maupun yuridis.
24
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, cet. 6, hal 30.
Hambatan teknis diatasi dengan kebijaksanaan Hakim karena jabatannya menerapkan hukum acara yang berlaku dan menghindari hal-hal yang
dilarang dalam hukum acara, karena dinilai akan menghambat atau menghalangi obyektifitas hakim atau jalannya Peradilan.
c. Mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa.
Perdamaian adalah lebih baik daripada putusan yang dipaksakan. Dalam perkara perceraian, lebih-lebih jika sudah ada anak, maka Hakim
harus lebih sungguh-sungguh dalam upaya perdamaian sesuai dengan pasal 15 ayat 2 HIR pasal 154 Rbg.
d. Memimpin persidangan
Dalam memimpin persidangan yang sesuai dengan pasal 15 ayat 2 Undang-Undang No. 14 tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman
Hakim melakukuan: 1
Menetapkan hari sidang 2
Memerintahkan memanggil para pihak 3
Mengatur mekanisme sidang 4
Mengambil prakarsa untuk kelancaran sidang 5
Melakukan pembuktian 6
Mengakhiri sengketa.
e. Memeriksa dan mengadili perkara
Dalam memeriksa dan mengadili perkara, maka Hakim wajib untuk mengkonstatir yaitu membuktikan benar tidaknya peristiwa atau fakta
yang diajukan para pihak dengan pembuktian melalui alat-alat bukti yang sah, menurut hukum pembuktian, yang diuraikan dalam duduknya perkara
dan berita acara persidangan. Hakim juga wajib mengkualifikasir peristiwa atau fakta yang telah terbukti, yaitu menilai peristiwa itu
termasuk hubungan hukum apa atau yang mana, menemukan hukumnya bagi peristiwa yang telah dikonstarting itu untuk kemudian dituangkan
dalam pertimbangan hukum. Kemudian Hakim wajib menetapkan hukumnya yang kemudian dituangkan dalam amar putusan.
Pelaksanaan tugas memeriksa dan mnegadili tersebut harus dicatat secara lengkap dalam berita acara persidangan dan berdasarkan BAP
tersebut maka disusun keputusan yang memuat: 1
Tentang duduk perkara yang menggambarkan pelaksanaan tugas Hakim dalam mengkonstatir kebenaran fakta atau peristiwa yang
diajukan. 2
Tentang pertimbangan hukum yang menggambarkan pokok pikiran Hakim dalam mengkualifikasir fakta-fakta yang telah terbukti
tersebut. Di sini Hakim akan merumuskannya secara rinci, kronoligis dan berhubungan satu sama lain dengan didasarkan pada
hukum atau peraturan perundangan-perundangan yang secara tegas disebutkan oleh Hakim.
3 Amar putusan yang memuat hasil akhir sebagai konstitusi atau
penentuan hukum atas peristiwa atau fakta yang telah terbukti. f.
Meminutir berkas perkara Minutering atau minutasi ialah suatu tindakan yang menjadikan semua
dokumen perkara menjadi dokumen resmi dan sah. Minutasi dilakukan oleh pejabat atau petugas Pengadilan sesuai dengan bidangnya masing-
masing, namun secara keseluruhan menjadi tanggungjawab Hakim yang bersangkutan.
g. Mengawasi pelaksanaan putusan
Pelaksanaan putusan Pengadilan dalam perkara perdata dilakukan oleh Panitera dan Jurusita dipimpin oleh Ketua Pengadilan. Hakim wajib
mengawasi pelaksanaan putusan agar putusan dapat dilaksanakan dan perikeadilan tetap terpelihara.
h. Memberikan pengayoman kepada pencari keadilan
Hakim wajib memberikan rasa aman dan pengayoman kepada pencari keadilan. Pendekatan secara manusiawi, sosiologis, psikologis, dan
filososfis yang religius, disamping pendekatan juridis dapat memberikan rasa aman dan pengayoman kepada para pihak sehingga putusan Hakim
akan lebih menyentuh kepada rasa keadilan yang didambakan. i.
Menggali nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali nilai-nilai
hukum yang hidup dalam masyarakat. j.
Mengawasi penasehat hukum. Hakim wajib mengawasi penasehat hukum yang berpraktek di
Pengadilan Agama. Tugas pengawasan ini bersifat membantu Pengadilan. Apabila terjadi peyimpangan atau pelanggaran kode etik dan hukum
profesi yang dilakukan oleh penasehat hukum maka dilaporkan ke Pengadilan Negri dimana ia terdaftar sebagai penasehat hukum.
Adapun tugas Hakim dalam bidang non yudistisial yaitu; a.
Tugas pengawasan sebagai Hakim pengawas bidang. b.
Turut melaksanakan hisab, rukyat dan mengadakan kesaksian hilal. c.
Sebagai rohaniawan sumpah jabatan. d.
Memberikan penyuluhan hukum. e.
Melayani riset untuk kepentingan ilmiah. f.
Tugas-tugas lain yang diberikan kepadanya.
25
Adapun tugas Hakim dalam Tugas Hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara yaitu:
a. Konstatiring meliputi:
1 Memeriksa identitas para pihak
2 Memeriksa kuasa hukum para pihak jika ada
3 Mendamaikan para pihak
4 Memeriksa syarat-syaratnya sebagai perkara
5 Memeriksa seluruh fakta yang dikemukakan para pihak
6 Memeriksa syarat-syarat dan unsur-unsur setiap fakta
7 Memeriksa alat-alat bukti sesuai tata cara pembuktian
8 Memeriksa jawaban, sangkalan, keberatan dan bukti-bukti pihak lawan
9 Mendengar pendapat atau kesimpulan masing-masing pihak
10 Menerapkan pemeriksaan sesuai hukum acara yang berlaku
b. Kualifisir yang dituangkan dalam pertimbangan hukum dalam surat
putusan, yang meliputi: 1
Mempertimbangkan syarat-syarat formil perkara 2
Merumuskan pokok perkara
25
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama. Hal. 36.
3 Mempertimbangkan beban pembuktian
4 Mempertimbangkan keabsahan peristiwa sebagai peristiwa
5 Mempertimbangkan secara logis, kronologis, dan juridis fakta-fakta
hukum menurut hukum pembuktian 6
Mempertimbangkan jawaban, kaberatan dan sangkalan-sangkalan serta bukti-bukti lawan sesuai hukum pembuktian
7 Menemukan hubungan hukum peristiwa-peristiwa yang terbukti dalam
petitum 8
Menemukan hukumnya, baik hukum tertulis maupun yang tak tertulis dengan menyebutkan sumber-sumbernya.
9 Mempertimbangkan biaya perkara.
c. Konstituiring yang dituangkan dalam amar putusan meliputi:
1 Menetapkan hukumnya dalam amar putusan
2 Mengadili seluruh petitum
3 Mengadili tidak lebih dari petitum, kecuali Undang-Undang
menentukan lain 4
Menetapkan biaya perkara.
26
C. Proses Pengambilan Keputusan Hakim Peradilan Agama.