B. Hakim Peradilan Agama Sebagai Pejabat Pemberi Izin Poligami.
1. Pengertian.
Hakim dalam segi bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka memberi tiga definisi Hakim, yaitu:
a. Orang yang mengadili perkara di Pengadilan atau Mahkamah
b. Pengadilan
c. Juri penilai.
18
Hakim adalah pejabat yang melaksanakan kekuasaan kehakiman yang bebas dari campurtangan kekuasaan Negara yang lain, dalam hal ini Pemerintah. Ia
dituntut memiliki integritas pribadi yang kuat untuk menggunakan kebebasannya sebagai pejabat pelaksana kekuasaan kehakiman, oleh karena pembinaan dan
pengawasannya sebagai pegawai negeri dilakukan oleh Pemerintah, dalam hal ini adalah Menteri Agama. Pembinaan dan pengawasan terhadap Hakim itu, tidak
boleh mengurungi kebebasan Hakim dalam menerima dan memutus perkara. Demikian halnya tuntutan itu bagi badan Peradilan Agama, yang intinya adalah
Hakim, oleh karena pembinaan dan pengawasannya dibidang organisasi, administrasi dan keuangan dilakukan oleh Menteri Agama, sampai masa peralihan
berakhir.
19
18
Artikel diakses pada: http:www.lexregis.com?menu=newsidn=434
19
Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003, cet. 4.. hal. 163.
Hakim adalah pejabat yang memimpin persidangan. Ia yang memutuskan hukuman bagi pihak yang dituntut. Hakim harus dihormati di ruang pengadilan
dan pelanggaran akan hal ini dapat menyebabkan hukuman.Kekuasaannya berbeda-beda di berbagai negara. Pasal 31 Undang-Undang No. 4 tahun 2004
tentang Kekuasaan Kehakiman mengartikan Hakim sebagai pejabat yang melakukan kekuasaan kehakiman yang diatur dalam Undang-Undang.
Hakim merupakan unsur utama dalam Pengadilan. Bahkan ia identik dengan Pengadilan itu sendiri. Kebebasan kekuasaan kehakiman seringkali diidentikkan
dengan kebebasan kehakiman. Demikian halnya, keputusan Pengadilan diidentikan dengan keputusan Hakim. Oleh karena itu, pencapaian penegakan
hukum dan keadilan terletak pada kemampuan dan kearifan Hakim dalam merumuskan keputusan yang mencerminkan keadilan.
Di Indonesia, idealisasi Hakim tercermin dalam simbol-simbol kartika takwa, cakra adil, candra berwibawa, sari berbudi luhur, dan tirta jujur.
Sifat-sifat yang abstrak itu dituntut untuk diwujudkan dalam bentuk sikap Hakim yang konkret, baik dalam kedinasan maupun diluar kedinasan. Hal itu merupakan
kriteria dalam melakukan penilaian terhadap prilaku Hakim.
20
Hakim dalam lingkungan Peradilan Agama merupakan pejabat dan badan organ yang melaksanakan sebagian kekuasaan Negara, yaitu kekuasaan
kehakiman. Ia adalah Hakim Negara dan Pengadilan Negara. Bukan Hakim dan
20
Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, hal. 163.
Pengadilan golongan rakyat tertentu. Ia berkewajiban menegakkan hukum dan keadilan, khususnya Hukum Islam di kalangan rakyat yang beragama Islam.
Personalitas Hakim Peradilan Agama meliputi pengetahuan Hukum Islam dan keterampilan menerapkan hukum dengan integritas pribadinya. Tugas Hakim
memerlukan disiplin diri yang melebihi tugas dibidang lain. Hakim adalah orang yang sangat kesepian dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Dalam
menghadapi perkara yang diajukan kepadanya, dia tidak mempunyai kawan maupun lawan. Dia tidak bisa meminta nasehat ke kiri atau ke kanan untuk
meminta pertimbangan. Dia hanya bisa berbisik pada hati nuraninya sendiri, dan tentu saja kepada Tuhan. Hakim Peradilan Agama harus terus menerus berusaha
untuk mencapai tuntutan personalitasnya. Secara keuangan, oragnisasi, dan sarana, pemerintah membantu. Akan tetapi, masyarakat harus pula menumbuhkan
iklim untuk itu, iklim di mana Peradilan Agama dimungkinkan berkembang secara wibawa.
21
2. Syarat Hakim.