Pembatasan Masalah. Perumusan Masalah.

Bila dilihat secara tekstual dari Undang-Undang diatas jelas bahwa suami harus berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka, namun sayangnya pada Undang-Undang ini tidak ada penjelasan secara lengkap tentang apa yang dimaskud dengan adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka. Dalam mengajukan permohonan suami ke Pengadilan Agama, diatur secara tertulis ke Pengadilan, maka Hakim Pengadilan yang akan memeriksa permohonan. Dengan melihat ini, penulis amat tertarik untuk mengangkat sebuah tema dengan judul “Adil Sebagai Syarat Izin Poligami Studi Atas Persepsi Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur ”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.

1. Pembatasan Masalah.

Adil dalam poligami menurut Hukum Islam memang adalah sebuah syarat yang harus dipenuhi bagi suami yang akan berpoligami. Adapun prosedur berpoligami di Indonesia harus menyerahkan permohonan kepada Pengadilan. Dan dalam pemeriksaan di Pengadilan Agama, maka hakimlah yang akan memeriksa permohonan tersebut. Karena penulis menyadari pembahasan pada skripsi ini sangat luas, maka untuk membatasi tersebut penulis membatasi masalah dalam skripsi ini, yaitu: a. Pemahaman Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur tentang adil dalam poligami. b. Mampu berlaku adil yang menjadi salah satu syarat izin poligami dalam pasal 5 ayat 1 point c Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

2. Perumusan Masalah.

Lelaki yang ingin berpoligami akan menemukan kesulitan untuk berbuat adil terhadap istri-istrinya, karena itu adalah sifat naluriah manusia akan bersifat lebih tertarik pada salah seorang istrinya yang lain. Karena terdapat kesulitan tersebut, maka suami harus dapat menyakinkan dan membuktikan bahwa dirinya dapat berlaku adil dalam masa poligaminya didepan Hakim Pengadilan Agama. Maka dalam hal ini Hakim sangat berperan sebagai pejabat yang dapat memberikan izin poligami. Namun, dalam Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawainan yang mengharuskan suami berlaku adil terhadap istri-istri, belum disebutkan secara jelas dalam mengartikan kata adil. Maka untuk merumuskan masalah diatas, penulis menyatakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimana pendapat Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur dalam mengartikan adil sebagai syarat poligami? b. Bagaimana Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur memperoleh keyakinan bahwa pemohon dapat berlaku adil dalam berpoligami? c. Apa yang menjadi tolok ukur dan kriteria adil dalam poligami menurut Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.