rendahnya  pemahaman  terhadap  apa  yang  dibutuhkan  pada  pengasuhan perkembangan optimal anak.
Hasil  ini  sejalan  dengan  hasil  penelitian  yang  dilakukan  oleh Hartono  2003  yang  mengungkapkan  bahwa  tidak  ada  hubungan  antara
pertumbuhan bayi umur 6-12 bulan dengan pendidikan ibu.
2.    Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Status Gizi
Hasil penelitian ini menemukan ada kecenderungan ibu  yang tidak bekerja  berpeluang  untuk  mempunyai  anak  gizi  kurang  lebih  banyak
dibandingkan  dengan  ibu  yang  bekerja.  Namun  hasil  uji  statistik  pada penelitian  didapatkan  p-value  0.620  yang  menunjukkan  bahwa  tidak  ada
hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi anak balita. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Miko 2003 dan
Harsiki  2003.  Pada  penelitian  Miko  2003  didapatkan  proporsi  gizi kurang  pada  anak  umur  6-60  bulan  yang  mempunyai  ibu  tidak  bekerja
lebih  banyak  22,4  dibandingkan  dengan  anak  yang  mempunyai  ibu bekerja 19,9 di Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya.
Sedangkan  menurut  Astuti  2004  yang  menganalisa  data  Susenas tahun 1990 di lima daerah perkotaan, yaitu Medan, Palembang, Bandung,
Semarang,  dan  Surabaya,  menunjukkan  bahwa  status  pekerjaan  ibu berrhubungan  dengan  Mutu  Gizi  Makanan  MGM.  Ibu  yang  bekerja
mempunyai  MGM  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  ibu  tidak  bekerja dan selanjutnya MGM tersebut berdampak terhadap status gizi balita.
Ibu  yang  bekerja  mempunyai  tingkat  pendidikan  yang  berbeda. Dengan  tingkat  pendidikan  yang  lebih  tinggi  diharapkan  mempunyai
tingkat  pengetahuan  yang  lebih  baik  dan  akan  mempengaruhi  sikap  ibu dalam pola pemberian makanan terhadap anak balita yang baik. Pada ibu
yang bekerja tentu saja waktu yang diberikan kepada anak balitanya akan lebih  sedikit  daripada  ibu  yang  tidak  bekerja,  tetapi  ibu  yang  bekerja
dapat  meningkatkan  kualitas  gizi  untuk  balita  dengan  bertambahnya pendapatan keluarga.
3.    Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi
Peningkatan  pendapatan  keluarga  dapat  meningkatkan  status  gizi anak  balita.  Sebagian  besar  keluarga  yang  mempunyai  pendapatan  baik
mempunyai  anak  yang  berstatus  baik.  Hal  ini  berarti  semakin  baik  pula status  gizi  anak  balitanya.  Berdasarkan  uji  statistk  diperoleh  p-value
0.269  yang  berarti  tidak  ada  hubungan  yang  bermakna  antara  pendaptan keluarga dengan status gizi anak balita.
Hasil  ini  berbeda  dengan  Berg  1986  yang  menyatakan  bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi.
Sedangkan  hasil  penelitian  Orisinal  2003  menyatakan  bahwa  ada perbedaan  bermakna  proporsi  KEP  pada  keluarga  yang  pendapatan
perkapita kurang dengan keluarga yang pendapatan perkapita cukup. Tingkat  pendapatan  merupakan  faktor  yang  menentukan  terhadap
kualitas  dan  kuantitas  makanan  yang  dikonsumsi.  Pendapatan  yang
rendah  menyebabkan  daya  beli  rendah.  Sehingga  tidak  mampu  membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan dan pada akhirnya berakibat buruk
terhadap status gizi anak balitanya.
4.    Hubungan Jenis Kelamin Dengan Status Gizi