BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Gizi
Istilah “gizi”  dan  “ilmu  gizi”  di  Indonesia  baru  mulai  dikenal  sekitar  tahun
1952-1955  sebagai  terjemahan  kata  bahasa  Inggris  Nutrition.  Kata  gizi  berasal dari  bahasa  Arab
“ghidza” yang berarti makanan. Menurut dialek Mesir, ghidza dibaca  ghizi.  selain  itu  sebagian  orang  menterjemahkan  nutrition  dengan
mengejanya  sebagai  “nutrisi”.  Terjemahan  ini  terdapat  dalam  kamus  umum bahasa Indonesia Badudu-Zain tahun 1994.
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara  normal  melalui  proses  digesti,  absorbsi,  transportasi,  penyimpanan, metabolisme
dan pengeluaran
zat-zat yang
tidak digunakan
untuk mempertahankan  kehidupan,  pertumbuhan  dan  fungsi  normal  dari  organ-organ,
serta menghasilkan energi Idrus, 1990.
Zat  gizi  nutrients  adalah  ikatan  kimia  yang  diperlukan  tubuh  untuk melakukan  fungsinya,  yaitu  menghasilkan  energi,  membangun  dan  memelihara
jaringan,  serta  mengatur  proses-proses  kehidupan.  Status  gizi  adalah  keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan
antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih. Almatsier, 2005.
B. Zat Gizi
Makanan  setelah  dikonsumsi  mengalami  proses  pencernaan  didalam  alat pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrient. Zat tersebut
selanjutnya  diserap  melalui  dinding  usus  dan  masuk  ke  dalam  cairan  tubuh. Fungsi umum zat gizi tersebut ialah:
1.  Sebagai sumber energi atau zat pembangun. 2.  Menyumbang pertumbuhan badan.
3.  Memelihara jaringan tubuh, mengganti sel yang rusak. 4.  Mengatur  metabolisme  dan  mengatur  keseimbangan  air,  mineral  dan
asam-basa di dalam cairan tubuh. 5.  Berperan  dalam  mekanisme  pertahanan  tubuh  terhadap  penyakit  sebagai
antibodi dan antitoksin. Terdapat  penggolongan  lain  bahan  makanan  berdasarkan  fungsi  zat  gizi
tersebut, yaitu sebagai berikut: 1.  Zat gizi penghasil energi, ialah karbohidrat, lemak, dan protein.
Zat gizi ini sebagian besar dihasilkan dari makanan pokok. 2.  Zat  gizi  pembangun  sel,  terutama  diperankan  protein.  Oleh  karena  itu,
bahan pangan lauk pauk digolongkan makanan sumber zat pembangun. 3.  Zat  pengatur,  termasuk  didalamnya  vitamin  dan  mineral.  Bahan  pangan
sumber mineral dan vitamin adalah buah sayur.
Skema 2.1
Zat gizi dan fungsi utamanya
Sumber: Yuniastuti, 2008 Gizi dan Kesehatan. 1. Standar Kecukupan Gizi
Standar kecukupan gizi diperlukan sebagai pedoman yang dibutuhkan oleh individu  secara  rata-rata  dalam  sehari  untuk  mencapai  derajat  optimal.
Kebutuhan  gizi  setiap  individu  berbeda-beda  tergantung  beberapa  faktor  yang mempengaruhinya.  Penilaian  standar  kecukupan  gizi  berpedoman  pada  Angka
Kecukupan  Gizi  AKG.  AKG  yang  digunakan  sebagai  pedoman  adalah  hasil Widya Karya Pangan dan Gizi yang direvisi setiap lima tahun sekali.
2. Konsep dan Kegunaan Angka Kecukupan Gizi
Pedoman  atau  acuan  jenis  dan  jumlah  zat  gizi  yang  dibutuhkan  oleh individu secara rata-rata dalam satu hari sangat diperlukan. Berkaitan dengan itu
Karbohidrat Sumber energi
Pertumbuhan dan
mempertahnkan jaringan
Mineral
Regulasi proses dalam tubuh
Lemak
Vitamin Air
Protein
terdapat konsep kebutuhan gizi minimum sehari  minimum daily requirement, yaitu  jumlah  zat  gizi  minimal  yang  diperlukan  seseorang  dalam  sehari  untuk
hidup  sehat.  Selain  itu,  juga  dikenal  konsep  jumlah  yang  dianjurkan  sehari recommended  dietary  allowanceRDA,
yaitu  standar  gizi  yang  dianjurkan untuk  dimakan  agar  dapat  menjamin  kesehatan  yang  sebaik-baiknya.  Dengan
demikian,  RDA  adalah  suatu  kecukupan  rata-rata  gizi  setiap  hari  bagi  hampir semua orang 97,5 menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan
aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. C.  Penilaian Status Gizi
Definisi  Penilaian  Status  Gizi  PSG  adalah  interpretasi  dari  data  yang didapatkan  dengan  menggunakan  berbagai  metode  untuk  mengindentfikasi
populasi atau individu yang berisiko atau dengan status gizi buruk. Tujuan Penilaian Status Gizi:
1.  Memberikan  gambaran  secara  umum  mengenai  metode  penilaian  status gizi.
2.  Memberikan  penjelasan  mengenai  keuntungan  dan  kelemahan  dari masing-masing metode yang ada.
3.  Memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan, dan implementasi untuk penilaian status gizi.
1. Pengukuran Antropometri
Pengukuran  status  gizi  yang  paling  sering  digunakan  adalah  antropometri gizi.  Antropometri  gizi  berhubungan  dengan  berbagai  macam  pengukuran
dimensi  tubuh  dan  komposisi  tubuh  dari  berbagai  tingkat  umur  dan  tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas dan tebal lemak kulit. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur  status  gizi  dari  bebagai  ketidakseimbangan  antara  asupan  dan
kebutuhan Supariasa, 2002. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1
Pengukuran Antropometri yang Utama Pengukuran
Komponen Jaringan utama yang diukur
Tinggi badan Kepala,  tulang  belakang,
tulang panggul, dan kaki Tulang
Berat Badan Seluruh tubuh
Seluruh  jaringan  khususnya; lemak,  otot,  tulang,  tulang
dan air.
Lingkar lengan Lemak bawah kulit
Otot  secara  tehnik  lebih sedikit  digunakan  di  negara
maju
Otot, tulang Lemak
lebih sering
digunakan  secara  tehnik  di negara maju
Lipatan lemak Lemak bawah kulit, kulit
Lemak Sumber:  Jellife  DB    Jellife  EFP,  1989.  Community  Nutritional  Assesment.
Oxford University Press dalam Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
2. Klasifikasi status gizi
Pertimbangan  dalam  menetapkan  batas  ambang  cut-off  point  status  gizi ini, adalah didasarkan pada asumsi resiko kesehatan:
a.  Antara –  2  SD  sampai  +  2  SD,  tidak  memiliki  atau  beresiko  paling
ringan untuk menderita masalah kesehatan. b.  Antara
–  2  SD  sampai  –  3  SD  atau  antara  +  2  SD  sampai  +  3  SD, memilki  resiko  cukup  tinggi  moderate  untuk  menderita  masalah
kesehatan. c.  Dibawah
–  3  SD  atau  diatas  +  3  SD  memiliki  resiko  tinggi  untuk menderita masalah kesehatan.
Dalam keputusan Menteri Kesehatan RI nomor: 920MenkesSKVIII2002,
disebutkan status gizi anak bawah lima tahun, sebagai berikut: Tabel 2.2
Klasifikasi Gizi Anak Bawah Lima Tahun Balita Indeks
Status Gizi Ambang Batas
Berat Badan menurut Umur BBU
Gizi lebih + 2 SD
Gizi baik ≥ - SD sampai + 2 SD
Gizi kurang - 2 SD sampai
≥ - 3 SD Gizi buruk
- 3 SD Tinggi Badan menurut
Umur TBU Normal
≥ - 2 SD Pendek stunted
- 2 SD Berat Badan menurut
Tinggi Badan BBTB Gemuk
+ 2 SD Normal
≥ - 2 SD sampai + SD Kurus
- 2 SD sampai ≥ - 3 SD
Kurus sekali - 3 SD
SD = Standar Deviasi
D. Nilai Gizi Pangan Nutritional Value of Food
Menurut  UU  RI  No.  7  Tahun1996,  mutu  pangan  food  quality  adalah  nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi dan standar
perdangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman.  Tampak jelas bahwa nilai  gizi  pangan  merupakan  salah  satu  kriteria  mutu  pangan  yang  penting.  Nilai
gizi pangan, atau mutu pangan dalam dimensi gizi,  yaitu nilai kemanfaatan suatu pangan  terhadap  kebutuhan  baku  tubuh  akan  energi  dan  zat  gizi.    Lebih  rinci  zat
gizi  pangan  diartikan  sebagai  asupan  energi  dan  zat  gizi  yang  dapat  memenuhi kebutuhan  tubuh  untuk  beraktivitas  tenaga,  pertumbuhan,  pemeliharaan,  dan
pengaturan  reaksi  biokimiawi  tubuh.  Oleh  karena  itu  nilai  gizi  pangan  perlu dipertahankan  dan  diperbaiki  agar  bermanfaat  bagi  keseimbangan  proses
biokimiawi dalam tubuh manusia.
Tabel 2.3
Nilai kepadatan zat gizi beberapa pangan dalam 100 gram Energi dan zat
gizi Kepadatan Zat ,  AKG
Beras   Jagung   Terigu   Singkong   Telur   Ikan   Udang   Kedelai Energi Kal
18,3 17,3
16,7 7,7
9,9 5,4
3,4 19,1
Karbohidrat g 28,7
26,8 28,1
13,4 0,3
1,7 0,03
9,1 Protein g
15,2 18,4
18,0 2,0
26,0 37,2
31,6 80,8
Lemak g 1,3
5,2 1,3
0,4 20,4
1,5 0,3
22,3 Tiamin mg
26,0 38,0
10,0 6,0
13,0 3,0
1,0 52,0
Riboflavin mg 2,0
6,0 3,5
31,5 5,0
2,5 6,0
Niasin mg 22,9
12,9 7,1
1,4 20,0
12,1 8,6
Vitamin C mg 51,7
Vitamin A RE 15,3
7,5 1,8
0,8 Kalsium Ca; mg
6,6 1,1
2,4 8,6
13,8 7,3
11,3 24,7
Zat besi Fe, mg 5,0
15,0 8,1
6,9 20,6
43,8 37,5
62,5 Sumber: Tejasari 2005.
Kandungan zat gizi nutrient content pangan menunjukan jumlah energi dan zat  gizi  dalam  pangan,  namun  tidak  langsung  menentukan  nilai  gizi  pangan.
Sementara,  konsep  kepadatan  zat  gizi  nutrient  density  lebih  dapat  digunakan untuk  menentukan  suatu  pangan  bergizi  atau  tidak.  Yang  dimaksud  dengan
kepadatan  zat  gizi  adalah  nisbah  antara  kandungan  energi,  atau  zat  gizi  terhadap kebutuhan energi, atau zat gizi yang dianjurkan AKG atau angka kecukupan gizi.
Kepadatan  zat  gizi  dinyatakan  sebagai  persentase  terhadap  energi,  atau  zat  gizi yang  dianjurkan    AKG.  Konsep  tersebut  menjelaskan  bahwa  pangan  bergizi
nutrient  food adalah  pangan  yang  mampu  memberi  sumbangan  tinggi  terhadap
kecukupan  dan  kebutuhan  energi  dan  zat  gizi  yang  dianjurkan.  Oleh  karena  itu, kepadatan zat gizi dapat digunakan untuk menilai suatu pangan lebih bergizi dari
jenis pangan yang lain.
E. Kelompok Rawan Pangan Dan Gizi