rendah  menyebabkan  daya  beli  rendah.  Sehingga  tidak  mampu  membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan dan pada akhirnya berakibat buruk
terhadap status gizi anak balitanya.
4.    Hubungan Jenis Kelamin Dengan Status Gizi
Dilihat  dari  karakteristik  jenis  kelamin,  maka  gizi  kurang  lebih banyak  pada  balita  dengan  jenis  kelamin  perempuan  sebanyak  37  balita
61.7.  Namun  dalam  penelitian  ini  tidak  memberikan  kontribusi terhadap  status  gizi  anak  balita.  Dari  hasil  uji  statistik  diperoleh  nilai  p-
value 0,815.  Maka  dapat  disimpulkan  bahwa  tidak  ada  hubungan  yang
bemakna  secara  statistik  antara  jenis  kelamin  dengan  status  gizi  balita. Tetapi  ada  kecenderungan  status  gizi  kurang  lebih  banyak  terjadi  pada
anak  perempuan  61.7  daripada  anak  laki-laki  51.1.  Hal  ini didukung  oleh  Berg  1986  yang  menyatakan  presentase  balita  laki-laki
yang  berstatus  gizi  kurang  dan  gizi  buruk  cenderung  lebih  rendah dibandingkan dengan balita perempuan.
Namun hal ini bertentangan dengan hasil analisa data Susenas 1986 yang  dilakukan  Sudati  1989  yang  menyebutkan  bahwa  prevalensi  gizi
kurang  dan  gizi  buruk  lebih  banyak  pada  kelompok  laki-laki  dibanding perempuan.
Tidak  adanya  hubungan  antara  jenis  kelamkin  anak  balita  dengan status gizi dapat dimungkinkan karena perbedaan fisik dan anatomi pada
anak  balita,  disamping  juga  pengaruh  faktor  genetika  dan  perbedaan- perbedaan dalam hal perawatan dan pemberian makanan.
5.    Hubungan Umur Balita Dengan Status Gizi
Anak  balita  yang  mengalami  gizi  kurang  lebih  banyak  pada  anak yang berusia antar 13-36 bulan. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan
P -value  0.684  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  tidak  ada  hubungan  yang
bemakna  secara  statistik  antara  umur  balita  dengan  status  gizi  balita  di Puskesmas  Sepatan  Kecamatan  Sepatan  Kabupaten  Tangerang  tahun
2009. Hasil  penelitian  tidak  sejalan  dengan  hasil  penelitian  Kunanto
1992  yang  mengatakan  bahwa  ada  hubungan  yang  erat  antara  umur balita  dengan  status  gizi  anak  balita.  Hal  ini  berkaitan  dengan
menurunnya  perhatian  orang  tua  terhadap  anaknya,  yang  mungkin disebabkan oleh adanya anak yang baru dilahirkan.
Pada  usia  diatas  6  bulan,  merupakan  usia  dimana  balita  sangat tergantung pada makanan tambahan. Disamping itu juga anak balita yang
sudah  mulai  mengenal  makanan  jajanan.  Apabila  hal  ini  tidak  terpenuhi dalam kualitas maupun kuantitas yang cukup maka status gizi anak akan
menurun.  Ini  merupakan  salah  satu  alasan  mengapa  status  kurang  lebih tinggi pada usia 13-36 bulan.
6.    Hubungan Penyakit Infeksi Dengan Status Gizi