6. Hubungan Penyakit Infeksi Dengan Status Gizi
Penyakit infeksi yang dilihat dalam penelitian ini adalah penyakit infeksi ringan dan infeksi berat. Hasil uji statistik didapatkan p-value
1.000 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penyakit infeksi dengan status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2009. Kekurangan gizi akan menurunkan daya tahan tubuh dan
meningkatkan resiko terkena penyakit infeksi. Penyakit infeksi pada anak akan mengganggu metabolisme yang membuat ketidakseimbangan
hormon dan menggangu fungsi imunitas. Jadi anak yang tekena infeksi yang berulang dan kronis akan mengalami gangguan gizi dan imunitas
baik secara absolut maupun relatif Syamsul, 1999 dalam Minarto 2006.
Tidak adanya hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi balita mungkin dikarenakan perbandingan jumlah balita gizi kurang yang
menderita penyakit infeksi ringan pada penelitian ini lebih besar daripada balita yang menderita penyakit infeksi berat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Farida 2002 yang mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan
antara penyakit infeksi dengan waktu peningkatan status gizi balita pada program PMT di Kecamatan Bogor Selatan. Namun hasil ini bertolak
belakang dengan hasil Tarigan 2001 yang mengungkapakan bahwa penyakit infeksi memepengaruhi status gizi.
7. Hubungan Jumlah Anggota Keluarga Dengan Status Gizi
Hasil analisa didapatkan bahwa proporsi balita yang berstatus gizi kurang dengan jumlah anggota keluarga
≤ 6 orang lebih tinggi yaitu sebanyak 42 balita. Hasil uji statistik didapatkan p-value 0.913
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan status gizi anak balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan
Kabupaten Tangerang tahun 2009. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Miko 2003 dan
Kalsum 2005. Penelitian Miko 2003 menunjukkan kejadian gizi kurang pada anak dengan jumlah anggota keluarga
≥ 5 orang lebih banyak 35,9 dibandingkan dengan anak yang jumlah anggota
keluarganya ≤ 4 orang 9,1 di Kecamatan Bojong asih Kabupaten
Tasikmalaya. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jumlah anggota
keluarga tidak mempengaruhi status gizi anak balita. Tetapi jumlah aggota keluarga dan banyaknya balita dalam keluarga akan berpengaruh
terhadap tingkat konsumsi makanan yaitu jumlah dan distribusi makanan dalam rumah tangga. Dengan jumlah anggota keluarga yang besar tanpa
dibarengi dengan distribusi makanan yang tidak merata akan menyebabkan anak balita dalam keluarga tersebut menderita gizi kurang.
Jumlah anggota keluarga merupakan indikator penting dalam pembagian makanan. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga,
akan semakin kecil distribusi ke masing-masing anggota. Hal ini menjadi rawan bila terjadi pada keluarga dengan sosial ekonomi terbatas.
8. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi