Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Beberapa tahun terakhir ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan telah menyebar ke setiap aspek kehidupan. Hal ini memberikan kemudahan kepada setiap manusia yang memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun adakalanya pemanfaatan teknologi ini menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia dan lingkungan apabila penggunaannya tidak didasari oleh pengetahuan dan kemampuan untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan tersebut. Upaya yang bisa dilakukan untuk menanggulangi dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan teknologi, dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK, sehingga dapat mengimbangi perkembangan kemajuan sains dan teknologi. Keterkaitan yang erat antara lingkungan, teknologi dan masyarakat dengan sains sangat dibutuhkan dalam konteks pendidikan masa kini. Sesuai dengan Undang –undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional BAB I Pasal 1 dinyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan usaha belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Biologi sebagai cabang sains merupakan ilmu yang mengkaji makhluk hidup. Dalam pembelajaran biologi tidak hanya konsep yang harus dikuasai, tetapi juga rasa ingin tahu sisa terhadap bilogi secara mendalam pada konsep-konsep tertentu pembelajaran juga mengalami perubahan dan kemajuan sesuai dengan perubahan 1 Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar : Beserta Penjelasannya, Bandung: Citra Umbara, 2008, h. 220. 2 zaman, khususnya pada konsep-konsep yang berhubungan dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Menurut Miftakhul Anwar, Ilmu Pengetahuan Alam IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar 2 . Pendidikan biologi di Sekolah Menengah Atas SMA mengandung bahan kajian yang mempelajari makhluk hidup dan aspek kehidupan baik di masa lampau maupun masa sekarang. Disamping itu pendidikan biologi mempelajari penerapan konsep-konsep biologi dalam mengembangkan teknologi untuk kehidupan sehari-hari dan bertujuan meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan alam sekitarnya. Kegiatan pembelajaran biologi lebih diarahkan kepada kegiatan yang mendorong siswa belajar aktif. Belajar aktif siswa berhubungan dengan sikap dan minat siswa dalam pembelajaran biologi. Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya masih kurang. Hal ini disebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif dan psikomotor. Seorang pendidik harus merancang kegiatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai. 2 Miftakhul Anwar, Penerapan Pendekatan SETS Science Environment Technology And Social Pada Pembelajaran Fisika Pada Diklat Guru Mapel Fisika MA, h. 1-2, http:bdksurabaya.kemenag.go.idfiledokumenPendekatanSETS.pdf, Pada 10122012 3 Keberhasilan pendidik melaksanakan pembelajaran ranah afektif dan keberhasilan peserta didik mencapai kompetensi afektif perlu dinilai 3 . Kesiapan peserta didik dalam suatu pembelajaran merupakan faktor yang ikut berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Kesiapan peserta didik sebelum mengikuti pembelajaran dapat berupa ketersediaan alat-alat pelajaran dan dapat juga berupa bekal pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. peserta didik dengan pengetahuan awal yang baik akan dapat mengikuti pelajaran secara lancar, karena secara mental lebih siap dan dapat langsung merespon hal yang sedang dibicarakan. Menurut Agus Wasisto, keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh kondisi internal siswa maupun faktor eksternal siswa. Salah satu faktor eksternal yang ikut berpengaruh atas keberhasilan siswa dalam memahami suatu topik pembelajaran yang berasal dari guru adalah kemampuan guru dalam memilih metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran tersebut 4 . Kenyataan di lapangan berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi di SMA Negeri 1 Pasawahan Kabupaten Kuningan, diketahui bahwa guru masih menggunakan metode ceramah yang terkadang diselingi oleh diskusi kelompok, siswa belum dapat mengaplikasikan konsep pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari, siswa belum dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat serta sikap dan minat siswa terhadap mata pembelajaran biologi yang sudah cukup baik namun masih kurang baik apabila berhubungan atau dikaitkan dengan salingtemas 5 . Berdasarkan permasalahan di atas, maka untuk melakukan penilaian ranah afektif serta menganalisisnya dalam sebuah proses pembelajaran yang mengembangkan konsep sains, dengan memperhatikan penggunaannya pada 3 Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008, h.1, http:sarwanto.staff.fkip.uns.ac.idfiles200905penilaian_afektif.pdf, pada 30012013. 4 Agus Wasisto Dwi, Pembelajaran Biologi yang Berbasis Imtaq dengan Pendekatan Integratif Science, Environment, Society, Technology and Religion, Jurnal: PROSPECT, Februari 2009, Tahun 5, Nomor 8, h. 55, http:isjd.pdii.lipi.go.idindex.phpSearch.html?act=tampilid=61900idc=32.Pada 12022013. 5 Lampiran : Hasil Wawancara Pra Penelitian di SMA Negeri 1 Pasawahan. 4 teknologi, dan dampaknya bagi lingkungan dan masyarakat diperlukan adanya suatu metode, pendekatan ataupun model yang sesuai, yaitu model pembelajaran SALINGTEMAS. Penggunaan model pembelajaran SALINGTEMAS memperhatikan isu-isu yang berkembang dimasyarakat menjadi fokus utama untuk mengaitkan konsep yang akan diberikan dalam pembelajaran dengan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya sains dan teknologi serta dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat, hal ini dapat memudahkan dalam melakukan penilaian afektif terhadap siswa. Model pembelajaran SALINGTEMAS adalah salah satu model yang dapat diterapkan pada masa kini. Titik penekanannya yakni mengembangkan hubungan antara pengetahuan ilmiah siswa dengan pengalaman keseharian mereka. Model pembelajaran SALINGTEMAS memberikan wadah lebih luas, oleh karena itu hendaknya dapat dimanfaatkan sejak siswa duduk di SD terutama menekankan pada masalah berpikir kreatif, perasaan, dan penilaian serta pemanfaatan dan penerapan. Melalui ranah afektif, siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilan biologi yang dimiliki untuk mengklasifikasikan dan mengutamakan nilai-nilai mereka dan kemudian menerapkannya dalam tindakan sehari-hari sebagai warga negara yang bertangung jawab terhadap apa yang diperbuatnya. Perbedaan model pembelajaran SALINGTEMAS dengan model pembelajaran yang lain yakni, model pembelajaran SALINGTEMAS mengambil konsep dengan cara mengidentifikasi masalah-masalah sosial, menggunakan kegiatan laboratorium yang berasal dari sumber lokal untuk memecahkan masalah, siswa aktif mencari info yang diperlukan, menekankan ketrampilan proses yang dapat digunakan oleh siswa dalam memecahkan masalah, mengidentifikasi sejauh mana sains dan teknologi berdampak dimasa yang akan datang, serta siswa dapat bersikap lebih baik dan menerapkan pembelajaran yang telah didapat dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Menurut Mitri Irianti, model pembelajaran SALINGTEMAS ini memadukan pemikiran SETS Science, Environment, Technology and Society dan EE Environment Education dengan memberi filosofi baru di dalamnya. Model pembelajaran Salingtemas merupakan cara pembelajaran bersifat terpadu yang 5 melibatkan unsur sains, teknologi, lingkungan dan masyarakat. Secara mendasar dapat dikatakan bahwa melalui model pembelajaran salingtemas, diharapkan siswa akan memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegrasi dengan memperhatikan keempat unsur salingtemas, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang dimilikinya 6 . Untuk itu digunakan model pembelajaran SALINGTEMAS sebagai model pembelajaran, karena model pembelajaran pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan ranah afektif siswa. Hal ini didukung juga dari hasil penelitian pendekatan pembelajaran biologi dengan model pembelajaran Salingtemas yang dilakukan oleh Lestari di SMA Negeri 12 Jakarta tahun 2006 dihasilkan peningkatan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. 7 Begitu pula penelitian pembelajaran biologi dengan Salingtemas pada konsep Sumber Daya Alam Hayati yang dilakukan oleh Zahra di SMA Negeri 7 Tangerang tahun 2006, pembelajaran biologi menggunakan model pembelajaran Salingtemas memberikan pengaruh positif terhadap sikap sisa pada konsep Sumber Daya Alam Hayati. 8 Prasetyo dengan penelitiannya yang berjudul model pembelajaran sains lingkungan teknologi dan masyarakat untuk meningkatkan hasil belajar biologi sisa kelas II SLTP Negeri 1 Driyorejo Gresik menyimpulkan bahwa pendekatan salingtemas menjadikan siswa aktif terlibat dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak didomonasi guru; model pembelajaran salingtemas memberikan suasana yang menyenangkan, dan ini merupakan salah satu bentuk motivator sehingga siswa lebih antusian dalam mengikuti pembelajaran; dengan aktifnya siswa dan suasana 6 Mitri Irianti., Zulirfan., Arifah Zaini, Pembelajaran Sains Fisika Melalui Pendekatan SETS Science Environment Technology Society pada Siswa Kelas VIII MTs Nurul Falah Air Molek, Jurnal Geliga Sains 1 2, 1-7, 2007, ISSN 1978-502X, h. 2, http:download.portalgaruda.orgarticle.php?article=106522val=2276, pada 07032014. 7 Ira Rahayu Lestari, Pengaruh Pembelajaran Biologi dengan Pendekatan Sains, Lingkungan Teknologi, dan Masyarakat Salingtemas terhadap Hasil Belajar Siswa SMA, Skripsi FMIPA Universitas Negeri Jakarta: Tidak diterbitkan, 2006 8 Juhaeriyah Zahra, Pengaruh Pendekatan Salingtemas dalam Pembelajaran Biologi terhadap Sikap Siswa SMA pada konsep Sumber Daya Alam Hayati, Skripsi FMIPA Universitas Negeri Jakarta: Tidak diterbitkan, 2006 6 yang menyenangkan dalam proses pembelajaran, pemahaman siswa terhadap konsep biologi meningkat sehingga hasil belajar biologi siswa lebih meningkat. 9 Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengambil judul penelitian : “Analisis Hasil Belajar Afektif Melalui Model Pembelajaran Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat SALINGTEMAS pada Konsep Jamur ”.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh pendekatan sains lingkungan teknilogi masyarakat (salingtemas) terhadap hasill belajar fisika siswa

1 3 199

PENGARUH PENDEKATAN SAINS LINGKUNGAN TEKNOLOGI MASYARAKAT (SALINGTEMAS) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA PADA KONSEP VIRUS ( Kuasi Eksperimen di SMA An-Najah Bogor)

2 9 129

Pengaruh model pembelajaran sains teknologi dan masyarakat pada konsep energi bernuansa nilai terhadap hasil belajar siswa

0 9 72

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Dengan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Berbasis Imtaq Pada Konsep Ekosistem : penelitian tindakan kelas di SMA Daya Utama

2 27 113

PENGARUH AKTIVITAS PADA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

0 7 50

Peningkatan Berfikir Kreatif Siswa Melalui Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Pada Konsep Perubahan Lingkungan Dan Daur Ulang Limbah

0 2 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ENERGI PANAS.

0 3 51

Penerapan pendekatan salingtemas (sains-lingkungan-teknologi-masyarakat) dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi ekosistem kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul.

0 0 171

Penerapan pendekatan salingtemas (sains-lingkungan-teknologi-masyarakat) dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi ekosistem kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul.

1 1 171

PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN.

0 0 13