8
BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN
KERANGKA PIKIR
A. Deskripsi Teoritis
1. Teori Belajar Humanistik
Menurut Baharuddin dan Wahyuni dalam Prayito menyatakan, aliran humanistik memandang bahwa belajar bukan sekadar pengembangan kualitas
kognitif saja, selain itu pendekatan humanistik dalam pembelajaran menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi yang terbuka, dan nilai-nilai yang
dimiliki setiap peserta didik. Pendidikan humanistik memandang proses belajar bukan hanya sebagai sarana transformasi pengetahuan saja, tetapi lebih dari itu,
proses belajar merupakan bagian dari mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan
1
. Teori belajar humanisme memfokuskan pembelajarannya pada pembangunan
kemampuan positif siswa. Teori ini membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Peserta didik menjadi pelaku dalam memaknai pengalaman belajarnya sendiri. Dengan teori ini guru
dapat mengetahui teknik yang dapat mengembangkan jiwa anak didik dalam Pembelajaran
2
. Aplikasi teori humanisme lebih menonjolkan kebebasan setiap individu
siswai memahami
materi pembelajaran
untuk memperoleh
informasipengetahuan baru dengan caranya sendiri, selama proses pembelajaran. Dalam teori ini peserta didik berperan sebagai subjek didik, peran guru dalam
pembelajaran humanisme adalah fasilitator. Peserta Didik Dalam pembelajaran yang humanis ditempatkan sebagai pusat
central dalam aktifitas belajar. Peserta didik menjadi pelaku dalam memaknai
1
Prayito, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Humanistik Berbasis Konstruktivisme Berbantuan E-Learning Materi Segitiga Kelas VII, Jurnal AKSIOMA, Vol. 2,
No.2September 2011, h. 5-6, http:e-jurnal.ikippgrismg.ac.id, pada 08032014.
2
M. Amir, ”Aplikasi Teori Humanisme dalam Kegiatan Pembelajaran”, h.1, http:filsafat.kompasiana.com20131028aplikasi-teori-humanisme-dalam-kegiatan-
pembelajaran--604568.html, pada 1292014.
9 pengalaman belajarnya sendiri. Dengan demikian, peserta didik diharapkan
mampu menemukan potensinya dan mengembangkan potensi tersebut secara memaksimal. Peserta didik bebas berekspresi cara-cara belajarnya sendiri. Peserta
didik menjadi aktif dan tidak sekedar menerima informasi yang disampaikan oleh guru.
Peran guru dalam pembelajaran humanisme adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didiknya dengan cara memberikan motivasi dan memfasilitasi
pengalaman belajar, dengan menerapkan strategi pembelajaran yang membuat peserta didik aktif, serta menyampaikan materinya pembelajaran yang sistematis.
Aktifitas selama proses pembelajaran siswa berperan sebagai pelaku utama student center yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.
Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran
lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar
3
. Dalam dunia pendidikan seorang guru harus bisa membantu muridnya dalam
proses belajar, karena siswa yang satu memiliki pribadi yang berbeda. Jika hal ini tidak dapat di atasi maka siswa akan sulit dalam melakukan atau terlibat dalam
proses belajar. Pengaplikasian teori ini dalam dunia pendidikan sangatlah membantu. Dengan teori ini guru dapat mengetahui teknik yang dapat
mengembangkan jiwa anak didik dalam belajar. Seperti yang kita ketahui siswa terkadang sangat sulit terlibat dalam pembelajaran di kelas dengan berbagai alasan
misalnya, karena belum sarapan, kepanasan, masalah keluarga dan sebagainya. Hal inilah yang perlu diketahui oleh seorang guru. Dan juga dalam aplikasinya
teori humanisme ini lebih mengutamakan siswa dalam belajar mandiri atau menentukan belajar mandiri serta adanya kebebasan bergerak atau siswa aktif,
sedangkan guru hanya sebagai fasilitator, dan memberi motivasi serta arahan dalam belajar, berfungsi juga sebagai pengawas dalam kegiatan belajar mengajar.
3
Ibid.
10
2. Model Pembelajaran Salingtemas