Penerapan Prinsip Pengalihan Perlindungan Pekerja Outsourcing

Ketentuan tersebut juga mengatur pelaksanaan prinsip pengalihan perlindungan diberlakukan dalam hal perusahaan pemberi pekerjaan tidak melanjutkan perjanjian penyediaan jasa pekerjaburuh. Perusahaan pemberi kerja tersebut mengalihkan pekerjaan penyediaan jasa pekerjaburuh kepada perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh yang baru, maka perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh tersebut harus melanjutkan perjanjian kerja yang telah ada sebelumnya tanpa mengurangi ketentuan yang ada dalam perjanjian kerja yang telah disepakati. Seperti masa kerja yang telah dilalui pada perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh yang lama harus tetap dianggap ada dan diperhitungnkan oleh perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh yang baru.

C. Penerapan Prinsip Pengalihan Perlindungan Pekerja Outsourcing

Setelah terbitnya Putusan Mahkamah Konstitusi No.27PUU-IX2011, secara teknis dapat diatur suatu perjanjian outsourcing yang dapat melindungi semua pihak, dalam hal ini perusahaan pemberi kerja, perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh dan pekerja. Perusahaan outsourcing yang akan melaksanakan sebagian pelaksanaan pekerjaan dapat menentukan perjanjian kerja berdasarkan sifat pekerjaannya : 1. Pekerjaan yang bersifat tetap dan ada terus-menerus. Pada pekerjaan yang bersifat tetap ada dan terus-menerus, bagi pekerjaburuh yang memenuhi persyaratan diperlakukan dengan menggunakan PKWTT. Dalam hal jika perusahaan pengguna perusahaan pemberi kerja tetap menginginkan pekerjaburuh yang sama walaupun perusahaan pemenang tendernya berbeda, maka harus diatur adanya tanggung jawab renteng di mana perusahaan pengguna membayarkan komponen biaya pesangon ke dalam harga perjanjian kerja outsourcing. Untuk itu harus secara jelas diatur dalam hal terjadi pengalihan kepada perusahaan outsourcing baru dengan kondisi pekerjaburuh belum habis PKWT nya. Hak karyawan atas kepastian kelanjutan bekerja jika sebelum masa kontrak ada pengalihan pekerjaan kepada parusahaan lain atau tidak bersedia melanjutkan pekerjaan dengan adanya perhitungan uang pisah yang besarnya diatur tersendiri. 2. Pekerjaan yang bersifat sementara. Pada pekerjaan yang bersifat sementara, penggunaan pekerjaburuh outsourcing dapat dilakukan dengan menggunakan PKWT. Pelaksanaan PKWT tentu saja sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan yaitu kontrak hanya boleh diperpanjang dua kali atau dalam masa tidak lebih dari tiga tahun. Jadi, jika hanya dua kali PKWT, misalnya 1 tahun diperpanjang 1 tahun, maka tidak boleh lagi PKWT, harus menjadi karyawan tetap PKWTT diperusahaan outsourcing. 5 Untuk melaksanakan putusan Mahkamah Konstitusi No.27PUU- IX2011 pada perjanjian kerja waktu tertentu disarankan adanya pencantuman klausul sebagai berikut : 5 Iftida Yasar, Apakah Benar Outsourcing Bisa Dihapus?,h.118-119. a. Pada bagian Tanggung Jawab Para Pihak : “Pihak pertama perusahaan bertanggung jawab dalam terselenggaranya pengalihan hak Pihak Kedua pekerjaburuh ” b. Pada bagian Hak Para Pihak : “Pihak kedua berhak atas kepastian kelangsungan bekerja jika masa kontrak belum berakhir pada saat terjadi pengalihan kepada perusahaan lain ”. 6 6 Iftida Yasar, Apakah Benar Outsourcing Bisa Dihapus?, h.119. 61

BAB V P E N U T U P

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan diantaranya sebagai berikut : 1. Pada awalnya pengaturan perundang-undangan ketenagakerjaan jenis pekerjaan outsourcing diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Namun pelaksanaan outsourcing menurut Undang- Undang tersebut oleh pihak pekerja dianggap belum melindungi hak-hak pekerja dan tidak memberikan jamian kepastian karir. Hal ini kemudian menimbulkan berbagai reaksi dari kalangan pekerja untuk menuntut hak- haknya. 2. Perlindungan kerja dapat dilakukan baik dengan jalan memberikan tuntunan, santunan, maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusia, perlindungan fisik dan sosial ekonomi melalui norma yang berlaku dalam perusahaan. Perlindungan hukum pekerja outsourcing diterapkan untuk melindungi para pekerjaburuh outsourcing dari kesewenang-wenangan pihak pemberi kerjapengusaha. Campur tangan pemerintah dalam melindungi hak- hak pekerja outsourcing merupakan faktor yang sangat penting. Namun, perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan hanya melindungi buruh secara yuridis dan peraturan itu belum cukup melindungi hak-hak pekerja