Hubungan Kerja Pada Perjanjian Kerja Outsourcing

badan hukum yang memenuhi syarat untuk menerima pelaksanaan sebagian pekerjaan dari perusahaan pemberi pekerjaan. 2 Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja Menurut Pasal 1 Angka 3 Permenakertrans No.19 Tahun 2012, perusahaan penyedia jasa pekerja adalah perusahaan yang berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas PT yang memenuhi syarat yaitu berbadan hukum dan memiliki izin dari instansi ketenagakerjaan untuk melaksanakan kegiatan jasa penunjang perusahaan pemberi pekerjaan. c. Pekerja Pengertian pekerjaburuh dalam konteks praktik outsourcing diatur dalam Pasal 1 Angka 6 Permenakertrans No.19 Tahun 2012 yaitu, setiap orang yang bekerja pada perusahaan penerima pemborongan atau perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh yang menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Penegasan imbalan dalam bentuk lain ini karena ada pula pekerjaburuh yang menerima imbalan dalam bentuk barang. 8

2. Hubungan Kerja Pada Perjanjian Kerja Outsourcing

a. Hubungan Kerja Hubungan kerja adalah hubungan hukum antara pengusaha dengan pekerjaburuh berdasarkan perjanjian kerja. Adanya perjanjian kerja yang dibuat merupakan ikatan antara pengusaha dan pekerja. Dengan perkataan 8 Iftida Yasar, Apakah Benar Outsourcing Bisa Dihapus?, h.45. lain, ikatan karena adanya perjanjian kerja inilah yang merupakan hubungan kerja. 9 Hubungan kerja yang terjadi dalam praktik outsourcing ini berbeda dengan hubungan kerja pada umumnya, karena dalam outsourcing terdapat hubungan kerja segi tiga, dikatakan bersegi tiga karena terdapat 3 tiga pihak yang terlibat dalam hubungan kerja outsourcing, yaitu pihak perusahaan pemberi pekerjaan, pihak perusahaan yang melaksanakan sebagaian pekerjaan Perusahaan Outsourcing dan terakhir adalah pihak pekerjaburuh. Maka hubungan kerja yang terjalin diantara ketiganya adalah hubungan kerja antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan outsourcing, dan hubungan kerja antara perusahaan outsourcing dengan pekerjaburuh. Hubungan kerja antara perusahaan outsourcing dengan pekerjaburuh diatur dalam Pasal 65 ayat 4, 6 dan 7 Undang-Undang Ketenagakerjaan, berikut adalah bunyi ayat pada pasal tersebut : 4 Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerjaburuh di perusahaan lain sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja di perusahaan pemberi pekerjaan, atau sesuai dengan perundang-undangan. 9 Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, h.45. 6 Hubungan kerja pada outsourcing diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan lain dengan karyawan yang dipekerjakannya. 7 Hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 6 dapat didasarkan atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu PKWTT dan perjanjian kerja waktu tertentu PKWT apabila memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang sama Pasal 59. Selain itu hubungan kerja pada pekerjaan outsourcing juga diatur dalam Pasal 29 ayat 1 Permenakertrans No.19 Tahun 2012. Bunyi Pasal 29 ayat 1 adalah hubungan kerja antara perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh dengan pekerjaburuh dapat didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu PKWTT atau perjanjian kerja waktu tertentu PKWT. b. Perjanjian Kerja Menurut ketentuan dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan, hubungan kerja dalam praktik outsourcing dapat didasarkan atas PKWTT dan PKWT. PKWTT merupakan perjanjian kerja antara pekerjaburuh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap, jangka waktunya tidak ditentukan, baik dalam perjanjian, undang-undang, maupun kebiasaan. Dalam PKWTT dapat dipersyaratkan adanya masa percobaan kerja maksimal tiga bulan. Sedangkan PKWT merupakan perjanjian kerja antara pekerjaburuh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu yang bersifat sementara dan selesai dalam waktu tertentu. Perjanjian kerja yang lazim digunakan pada perusahaan outsourcing adalah PKWT. Perjanjian ini dianggap lebih fleksibel bagi perusahaan outsourcing karena lingkup pekerjaan dan perusahaan pemberi kerja yang berubah-ubah. 10 c. Jenis Pekerjaan Yang Dapat Diserahkan Pada dasarnya pekerjaan yang bisa diserahkan dioutsource adalah pekerjaan penunjang non core dan bukan pekerjaan utama core. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 66 Undang-Undang Ketenagakerjaan yang berbunyi pekerjaburuh dari perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melakasanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak beruhubungan langsung dengan proses produksi. Kemudian ketentuan lain yang mengatur jenis pekerjaan yang dapat diserahkan yaitu Pasal 65 ayat 2 Undang-Undang Ketenagakerjaan jo. Pasal 3 ayat 2 Permenakertrans No.19 Tahun 2012, pasal tersebut menyatakan pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 10 Iftida Yasar, Apakah Benar Outsourcing Bisa Dihapus?, h. 27. a Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; b Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan; c Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan d Tidak menghambat proses produksi secara langsung. Jenis pekerjaan yang dapat diserahkan juga dijelaskan lebih lanjut pada Permenakertrans No.19 Tahun 2012 yaitu Pasal 17 ayat : 2 Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh harus merupakan kegiatan jasa penunjang atau yang tidak berhubungan langsn dengan proses produksi. 3 Kegiatan jasa penunjang yang dapat diserahkan pada perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh meliputi: 1. Usaha pelayanan kebersihan cleaning service; 2. Usaha penyedia makanan bagi pekerjaburuh catering; 3. Usaha tenaga pengaman securitysatuan pengamanan; 4. Usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan; dan 5. Usaha penyediaan angkutan bagi pekerjaburuh. 27

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK-HAK PEKERJA