Pengertian Outsourcing PENGATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KETENAGAKERJAAN JENIS

16

BAB II PENGATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KETENAGAKERJAAN JENIS

PEKERJAAN OUTSOURCING DI INDONESIA

A. Pengertian Outsourcing

Menurut definisi Maurice Greaver, Outsourcing dipandang sebagai tindakan mengalihkan beberapa aktivitas perusahaan dan hak pengambilan keputusannya kepada pihak lain outside provider, di mana tindakan ini terikat dalam suatu kontrak kerja sama. 1 Dapat juga dikatakan outsourcing sebagai penyerahan kegiatan perusahaan baik sebagian ataupun secara menyeluruh kepada pihak lain yang tertuang dalam kontrak perjanjian. Penyerahan kegiatan ini dapat meliputi bagian produksi, beserta tenaga kerjanya, fasilitas, peralatan, teknologi dan aset lain serta pengambilan keputusan dalam kegiatan perusahaan. Penyerahan kegiatan ini kepada pihak lain merupakan hasil dari keputusan internal perusahaan yang bertujuan meningkatkan kinerja agar dapat terus kompetitif dalam menghadapi perkembangan ekonomi dan teknologi global. Dalam bidang ketenagakerjaan, outsourcing diartikan sebagai pemanfaatan tenaga kerja untuk memproduksi atau melaksanakan suatu pekerjaan oleh suatu perusahaan, melalui perusahaan penyediapengerah tenaga kerja. 1 Iftida Yasar, Apakah Benar Outsourcing Bisa Dihapus?, Jakarta : Pohon Cahaya, 2013, h. 17. Perusahaan penyedia tenaga kerja secara khusus mempersiapkan, menyediakan, mempekerjakan tenaga kerja untuk kepentingan perusahaan lain. 2 Untuk mempermudah penjelasan menganai istilah outsourcing, penulis akan memberikan ilustrasi sebagai berikut 3 : A diangkat sebagai karyawan di perusahaan X. Sebelum diangkat sebagai karyawan, antara A dan perusahaan X dibuat perjanjian kerja yang isinya menyatakan bahwa A bersedia untuk ditempatkan di Perusahaan Y, disitu dapat dilihat bahwa perusahaan X adalah perusahaan penyedia jasa pekerja dan perusahaan Y adalah perusahaan pemberi kerja. Setelah perjanjian kerja antara A dan perusahaan X disepakati maka perusahaan X akan membuat perjanjian dengan perusahaan Y yang isinya bahwa perusahaan X akan mempekerjakan karyawannya di perusahaan Y. Terhadap penempatan tersebut, perusahaan Y membayar sejumlah dana kepada perusahaan X. Dari ilustrasi di atas, dapat kita lihat bahwa dalam sistem outsourcing terdapat dua perjanjian yaitu, yaitu : 1. Perjanjian kerja antara A denga perusahaan X. 2. Perjanjian penempatan A, antara perusahaan X dan perusahaan Y. Dengan adanya dua perjanjian yang terpisah tersebut, walaupun A sehari- hari bekerja di perusahaan Y, status A tetap sebagai karyawan perusahan X. Oleh karena itu, dalam sistem outsourcing ini pemenuhan kebutuhan hak-hak A, seperti 2 Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2012, h. 187. 3 Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan,Jakarta : Sinar Grafika, 2009, h. 217-218. perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang timbul tetap menjadi tanggung jawab perusahaan Y. Kecenderungan suatu perusahaan untuk memperkerjakan karyawan dengan sistem outsourcing , pada umumnya dilatarbelakangi oleh strategi perusahaan untuk melakukan efisiensi biaya produksi. Dengan menggunakan sistem outsourcing tersebut, pihak perusahaan berusaha untuk menghemat pengeluaran dalam membiayai sumber daya manusia yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan. 4

B. Sejarah Hukum Ketenagakerjaan yang Mengatur Outsourcing di Indonesia