Tujuan Prinsip Pengalihan Perlindungan Prinsip Pengalihan Perlindungan yang dimuat dalam Permenakertrans

perusahaan yang melaksanakan sebagian pekerjaan borongan dari perusahaan lain atau perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh.

B. Perlindungan Hukum Pekerja Outsourcing Pasca Putusan MK No.27PUU-

IX2011 Dengan Menerapkan Prinsip Pengalihan Perlindungan Prinsip pengalihan tindakan perlindungan dijelaskan pada butir [3.18] Putusan Mahkamah Konstitusi No.27PUU-IX2011, prinsip pengalihan tindakan perlindungan bagi pekerjaburuh Transfer of Undertaking Protection of Employment atau TUPE adalah perlindungan atas hak-hak pekerjaburuh yang bekerja pada perusahaan yang melaksanakan pekerjaan outsourcing. Menurut butir [3.18] Putusan Mahkamah Konstitusi No.27PUU-IX201, prinsip tersebut telah diterapkan dalam hukum ketenagakerjaan, yaitu dalam hal suatu perusahaan diambil alih oleh perusahaan lain. Prinsip tersebut diterapkan untuk melindungi hak-hak para pekerja ketika perusahaan tempat pekerja diambil alih oleh perusahaan lain.

1. Tujuan Prinsip Pengalihan Perlindungan

Prinsip pengalihan perlindungan pekerjaburuh diterapkan untuk melindungi para pekerjaburuh outsourcing dari kesewenang-wenangan pihak pemberi kerjapengusaha. Dengan menerapkan prinsip pengalihan perlindungan, ketika perusahaan pemberi kerja tidak lagi memberikan pekerjaan borongan atau penyediaan jasa pekerjaburuh kepada suatu perusahaan outsourcing yang lama dan memberikan pekerjaan tersebut kepada perusahaan outsourcing yang baru, maka selama pekerjaan yang diperintahkan untuk dikerjakan masih ada dan berlanjut, perusahaan penyedia jasa baru tersebut harus melanjutkan kontrak kerja yang telah ada sebelumnya, tanpa mengubah ketentuan yang ada dalam kontrak, tanpa persetujuan pihak- pihak yang berkepentingan, kecuali perubahan untuk meningkatkan keuntungan bagi pekerjaburuh karena bertambahnya pengalaman dan masa kerjanya. Selain itu penerapan prinsip pengalihan perlindungan yang bertujuan untuk melindungi hak-hak pekerjaburuh oursourcing juga diharapkan dapat : 1 Mendorong perusahaan-perusahaan untuk mengurangi atau tidak melakukan sistem kerja outsourcing. 2 Mendorong perusahaan-perusahaan untuk sebanyak mungkin menggunakan sistem kerja dengan perjanjian kerja waktu tidak tertentu PKWTT. 3 Memastikan kelangsungan pekerjaan bagi pekerja dengan menerapkan prinsip pengalihan perlindungan pekerja Transfer of Undertaking Protection of Employement-TUPE. 4

2. Prinsip Pengalihan Perlindungan yang dimuat dalam Permenakertrans

No. 19 Tahun 2012 Prinsip pengalihan perlindungan yang lahir dari Putusan Mahkamah Konstitusi No.27PUU-IX2011 dimaksudkan untuk menciptakan kepastian 4 Iftida Yasar, Apakah Benar Outsourcing Bisa Dihapus ?, Jakarta : Pohon Cahaya, 2013, h.140. hukum bagi pekerjaburuh outsourcing di Indonesia, maka untuk menjalankan amanah dari putusan tersebut, Pemerintah menerbitkan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Ketenagakerjaan yaitu Permenakertrans No.19 Tahun 2012. Prinsip pengalihan perlindungan diterapkan dengan cara membuat klausul mengenai pengalihan perlindungan pada perjanjian kerja outsorcing, antara perusahaan pelaksana sebagian pekerjaan dengan pekerjaburuh. Menurut Permenakertrans No. 19 Tahun 2012, ada dua jenis penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain Outsourcing, yaitu melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau perjanjian penyedia jasa pekerjaburuh. Beberapa pasal dalam Permenakertrans No.19 Tahun 2012 memuat ketentuan mengenai prinsip pengalihan perlindungan bagi pekerjaburuh outsourcing melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yaitu : Pasal 9 ayat 2 huruf b “Perjanjian pemborongan pekerjaan harus memuat jaminan terpenuhinya perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerjaburuh sesuai peraturan perundang-undangan. ” Pasal 10 “Perjanjian pemborongan pekerjaan harus didaftarkan oleh perusahaan penerima pemborongan kepada instansi yang bertangung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupatenkota tempat pemborongan pekerjaan dilaksanakan.” Berdasarkan 2 dua ketentuan di atas, perjanjian pemborongan pekerjaan merupakan perjanjian antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penerima pemborongan yang dalam perjanjian itu harus memuat jaminan terpenuhinya perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerjaburuh sesuai peraturan perundangan. Jaminan tersebut pun diperkuat dengan ketentuan yang mengaharuskan pendaftaran perjanjian tersebut pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupatenkota tempat dilaksanakannya pemborongan pekerjaan. Selanjutnya, ketentuan perjanjian kerja pemborongan pekerjaan yang memuat prinsip pengalihan perlindungan terdapat pada Pasal 13 Permenakertrans No.19. Perjanjian kerja pemborongan merupakan perjanjian antara perusahaan pemborongan pekerjaan perusahaan outsourcing dengan pekerjaburuh, ketentuat tersebut berbunyi : Pasal 13 “Setiap perjanjian kerja dalam pemborongan pekerjaan wajib memuat ketentuan yang menjamin terpenuhinya hak-hak pekerjaburuh dalam hubungan kerja sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- undangan.” Kententuan tersebut tidak memaparkan secara langsung mengenai prinsip pengalihan perlindungan, namun mengandung tujuan utama prinsip peangalihan perlindungan. Oleh sebab itu, pada perjanjian kerja pemborongan pekerjaan harus memuat jaminan terpenuhinya perlindungan kerja, agar dapat mencegah terjadinya pelanggaran yang dilakukan perusahaan pemborongan pekerjaan dalam hal terjadi pergantian perusahaan pemborongan dan perusahaan tersebut mengalihkan hak-hak pekerjanya pada perusahaan lain sehingga pekerjaburuh tetap menerima hak-hak pekerjaburuh pada jenis pekerjaan pemborongan pekerjaan. Selanjutnya, pasal-pasal dalam Permenakertrans No.19 Tahun 2012 yang memuat ketentuan mengenai prinsip pengalihan perlindungan bagi pekerjaburuh outsourcing pada jenis perjanjian penyedia jasa pekerjaburuh : Pasal 19 ayat 1 huruf b “Perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh bersedia menerima pekerjaburuh dari perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh sebelumnya untuk jenis pekerjaan yang terus menerus ada di perusahaan pemberi pekerjaan dalam hal terjadi pergantian perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh.” Pasal 20 ayat 1 “Perjanjian penyedia jasa pekerjaburuh antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh harus didaftarakan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupatenkota tempat pekerajaan dilaksanakan.” Pasal 32 ayat 1 “Dalam hal perusahaan pemberi pekerjaan tidak melanjutkan perjanjian penyediaan jasa pekerjaburuh dan mengalihkan pekerjaan penyediaan jasa pekerjaburuh kepada perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh yang baru, harus melanjutkan perjanjiasn kerja yang telah ada sebelumnya tanpa mengurangi ketentuan yang ada dalam perjanjian kerja yang telah disepakati.” Pasal 32 ayat 2 “Dalam hal terjadi pengalihan pekerjaan kepada perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh yang baru maka masa kerja yang telah dilalui pada perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh yang lama harus tetap dianggap ada dan diperhitungnkan oleh perusahaan penyedi a jasa pekerjaburuh yang baru.” Beberapa ketentuan diatas merupakan ketentuan yang mengandung prinsip pengalihan perlindungan bagi pekerjaburuh outsourcing pada jenis perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh. Prinsip pengalihan perlindungan lebih banyak diterapkan pada jenis pekerjaan yang terus menerus ada di perusahaan, maka akan mungkin sering terjadi pergantian perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh. Perjanjian penyedia jasa pekerjaburuh juga harus didaftarkan pada instansi yang bertanggung jawab pada bidang ketenagakerjaan kabupatenkota tempat dilaksanakannya pekerjaan. Ketentuan tersebut juga mengatur pelaksanaan prinsip pengalihan perlindungan diberlakukan dalam hal perusahaan pemberi pekerjaan tidak melanjutkan perjanjian penyediaan jasa pekerjaburuh. Perusahaan pemberi kerja tersebut mengalihkan pekerjaan penyediaan jasa pekerjaburuh kepada perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh yang baru, maka perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh tersebut harus melanjutkan perjanjian kerja yang telah ada sebelumnya tanpa mengurangi ketentuan yang ada dalam perjanjian kerja yang telah disepakati. Seperti masa kerja yang telah dilalui pada perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh yang lama harus tetap dianggap ada dan diperhitungnkan oleh perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh yang baru.

C. Penerapan Prinsip Pengalihan Perlindungan Pekerja Outsourcing