Pemohon mengajukan permohonan ke MK pasal-pasal tersebut di atas, untuk selengkapnya di didasarkan pada argumentasi bahwa dalam ketentuan
kontrak kerja outsourcing terdapat hal-hal sebagai berikut : a.
Kontrak kerja dalam outsourcing dilakukan sebagai penekanan efisiensi secara berlebihan dalam rangka peningkatan investasi dengan upah berakibat
hilangnya keamanan kerja job security; b.
Status pekerjaburuh outsourcing sebagai buruh kontrak menghilangkan hak- hak, tunjangan kerja, jaminan kerja dan jaminan sosial, yang dinikmati
pekerja tetap; c.
Perjanjian kerja waktu tertentu PKWT dalam Pasal 59 dan Pasal 64 Undang- Undang Ketenagakerjaan menjadikan buruh dipandang sebagai komoditas
perdagangan pasar kerja, sehingga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu hak atas pekerjaan dan penghidupan layak dalam Pasal 27
ayat 2 dan hak bekerja dan imbalan serta perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja dalam Pasal 28D ayat 2; dan
d. Bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu demokrasi ekonomi
dalam Pasal 33 ayat 1.
2. Pertimbangan dan Putusan Mahkamah Konstisusi
Dari uraian tersebut di atas, menurut MK, ketentuan Pasal 59, Pasal 64, Pasal 65 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, ayat 5, ayat 6, ayat 8, ayat
9 serta Pasal 66 ayat 1, ayat 2 huruf a, huruf c, huruf d, ayat 3, serta ayat 4 Undang-Undang Ketenagakerjaan telah sejalan dengan amanat
konstitusi Pasal 27 ayat 2, Pasal 28D ayat 2 dan Pasal 33 ayat 1 dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Terhadap ketentuan Pasal 65 ayat 7, dan Pasal 66 ayat 2 huruf b Undang-Undang Ketenagakerjaan bertentangan secara bersyarat dengan
Undang-Undang Dasar 1945 conditionally unconstitutional. Mahkamah Konstitusi kadang mempersempit atau memperluas makna suatu norma
undang-undang untuk memberikan kepastian hukum dan keadilan bagi warga negara. Inilah yang disebut dengan putusan inkonstitusional bersyarat
conditionally unconstitutional.
1
Setelah menimbang berbagai ketentuan tersebut Mahkamah Konstitusi memutuskan dalam amar putusannya pada Putusan Nomor 27PUU-IX2011
menyatakan : 1.
Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian; 2.
Frasa “…perjanjian kerja waktu tertentu” dalam Pasal 65 ayat 7 dan frasa “….perjanjian kerja untuk waktu tertentu” dalam Pasal 66 ayat 2 huruf b
Undang-Undang Ketenagakerjaan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang dalam perjanjian kerja tersebut tidak disyaratkan
1
Hamdan Zoelva, Negara Hukum dan Demokrasi : Peran Mahkamah Konstitusi dalam Menegakkan Hukum dan Demokrasi, dalam Susi Dwi Harijanti, et. al eds., Negara Hukum Yang
Berkeadilan : Kumpulan Pemikiran Dalam Rangka Purna Bakti Prof. Dr. H. Bagir Manan, S.H., M. CLBandung : Rosda, 2011 h. 646-647.
adanya pengalihan perlindungan hak-hak bagi pekerjaburuh yang objek kerjanya tetap ada, walaupun terjadi pergantian perusahaan yang
melaksanakan sebagian pekerjaan borongan dari perusahaan lain atau perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh.
3. Frasa “….perjanjian kerja waktu tertentu” dalam Pasal 65 ayat 7 dan frasa
“….perjanjian kerja untuk waktu tertentu” dalam Pasal 66 ayat 2 huruf b Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279 tidak memiliki
kekuatan hukum mengikat sepanjang dalam perjanjian kerja tersebut tidak disyaratkan adanya pengalihan perlindungan hak-hak bagi pekerjaburuh
yang objek kerjanya ada, walaupun terjadi pergantian perusahaan yang melaksanakan sebagian pekerjaan borongan dari perusahaan lain atau
perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh; 4.
Menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya; 5.
Memerintahkan untuk memuat putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya.
3. Pelaksanaan Outsourcing Pasca Putusan MK No.27PUU-IX2011