seseorang dapat dibantu dengan membina, memupuk, serta mengembangkan minat. Guru dapat melakukan untuk menjadikan para siswa minat membaca.
Hal tersebut, sejalan dengan pendapat Henry Guntur Tarigan yang menjelaskan bahwa minat membaca dapat diusahakan melalui dua cara yaitu
dengan menyediakan waktu untuk membaca dan memilih bacaan yang baik. Dengan demikian guru dapat memberikan waktu kepada siswa untuk
membaca dan memilih bacaan yang baik bagi siswa masing-masing namun tentu untuk hal kedua ini, harus tetap terkait dengan materi ajar yang sedang
diajarkan guru.
C. Puisi
1. Pengertian Puisi
Puisi menjadi salah satu materi pelajaran dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, tidak hanya itu puisi menjadi materi ajar yang selalu ada di setiap
tingkat pendidikan mulai dari SD Sekolah Dasar, SMP Sekolah Menengah Pertama, SMA Sekolah Menengah Atas, bahkan perguruan tinggi untuk
jurusan tertentu. Puisi tidak hanya terkenal di Indonesia saja, bahkan di negara lain. Oleh karena itu, asal usul pengertian puisi pun disinonimkan
dengan beberapa negara lain. Secara etimologis dan secara kamus umum dan kamus istilah kata puisi
disinonimkan dengan istilah poetry bahasa Inggris, poesie bahasa Prancis, poezie bahasa Belanda. Istilah-istilah itu berasal dari bahasa Yunani,
poieetes dan bahasa Gerik, yaitu poeta. Secara sederhana pengertian puisi itu adalah membangun, menyebabkan, menimbulkan, dan menyair. Makna
sederhana itu berkembang dan menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut irama, sajak, kata-kata kiasan.
29
Berdasarkan pengertian tersebut maka pada dasarnya puisi merupakan hasil seni sastra yang kata-katanya terdiri dari irama, sajak, serta kata hiasan
yang hasil seni sastranya disebut membangun, menyebabkan, menimbulkan, dan menyair. Namun pengertian puisi tidak sebatas berdasarkan pengertian
asal-usul tersebut, banyak ahli yang menaruh perhatian dan mengemukakan
29
Antilan Purba, Sastra Indonesia Kontemporer, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, Cet. Ke-2, h. 11
pengertian puisi. Tentu tidak hanya ahli yang berasal dari Indonesia saja, melainkan ahli yang berasal dari negara lain.
Waluyo mengemukakan puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun
dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.
30
Sedangkan Wardjito Soeharso mengemukakan puisi adalah ekspresi pikiran dan pikiran
penulisnya dalam bentuk susunan kata-kata indah dan bermakna. Indah dan bermakna adalah kata-kata kunci untuk pengertian puisi.
31
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Waluyu mengemukakan puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair yang bersifat khayal dan memusatkan perhatian pada struktur fisik dan struktur batin puisi. Sedangkan tidak jauh berbeda pengertian oleh
Wardjito Soeharso yang mengemukan puisi adalah ungkapan pikiran dalam bentuk susunan kata-kata indah dan bermakna.
Harlold Bloom dalam buku The Norton Anthology of Theory and Criticism, mengemukakan pendapatnya tentang puisi, yaitu: Poetry is the
anxiety of influence, is misprision, is a disciplined perverseness. Poetry is misunderstanding, misinterprestation, misalliance.
32
Arti pengertian puisi tersebut adalah suatu kecemasan pengaruh, menginsprirasi yang menjadi siasat disiplin sebuah ilmu. Puisi juga
merupakan memahami, pencapai suatu hasil, serta penggabungan antara keduannya. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa puisi berdasarkan
yang telah dikemukakan Harlold Bloom adalah suatu kegiatan seseorang untuk memahami suatu puisi serta memahami makna yang berarti mencapai
suatu hasil dari bacaannya. Sebab itulah, puisi menjadi suatu yang mempengaruhi serta menginsprirasi sehingga dijadikan puisi sebagai disiplin
ilmu. Berdasarkan uraian yang telah diuraikan terkait pengertian puisi,
penulis menyimpulkan puisi sejalan dengan pendapat Waluyo yang berarti puisi merupakan pengungkapan pikiran dan perasaan penyair yang bersifat
khayal dan memusatkan perhatian pada struktur fisik dan struktur batin.
30
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, Jakarta: Grasindo, 2008, h.108
31
Wardjito Soeharso, Yuk, Nulis Puisi, Surabaya: PNRI Perum Percetakan Negara RI Cabang Surabaya, h. 18
32
Vincent B. Leitch, The Norton Anthology of Theory and Criticism, London: W.W.Norton Company, 2001, h. 1805
Struktur fisik dan dan struktur batin puisi suatu hal yang tentu tak terlepaskan dari suatu puisi yang dibuat oleh penyair. Dengan demikian, puisi menjadi
salah satu bentuk dari karya sastra.
2. Struktur Fisik dan Batin Puisi
Puisi terdiri dari struktur fisik dan struktur batin puisi. Seorang penyair dalam menciptakan sebuah puisi tidak hanya mengungkapkan pikiran dan
perasaan yang dimilikinya, tetapi juga memperhatikan struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur fisik dan struktur batin dalam sebuah puisi juga
menjadi perhatian seorang yang membaca puisi, pembaca puisi tentu akan melihat dan menganalisis kedua struktur puisi tersebut. Dalam pembelajaran
puisi di sekolah struktur fisik dan struktur batin puisi juga menjadi perhatian dan analisis siswa, namun tidak semua bagian dari kedua struktur puisi
tersebut dipelajari, sesuai dengan tingkat pendidikan siswa dan standar kurikulum yang sedang ditetapkan. Adapun kedua struktur tersebut adalah
sebagai berikut: a.
Struktur fisik puisi Struktur fisik menjadi suatu ketentuan unsur-unsur yang harus ada dalam
sebuah puisi. Selain itu, struktur fisik dapat pula dijadikan struktur yang cenderung terlihat dari sebuah puisi. Adapun struktur fisik meliputi empat
unsur seperti yang telah dijabarkan Wahyu Siswanto berikut ini, yaitu: a
Perwajahan puisi tipografi Puisi memiliki perwajahan yang disebut tipografi. Perwajahan dalam
puisi menjadi bagian pertama dalam struktur fisik puisi karena perwajahan ini lebih memusatkan pada pemakaian kata keseluruhan yang diciptakan penyair
yang menjadi sebuah puisi dan terlihat. Ciri-ciri yang dapat dilihat secara sepintas dari bentuk puisi adalah
perwajahannya. Perwajahan adalah pengaturan dan penulisan kata, larik dan bait dalam puisi. Pengaturan baris dalam puisi sangat berpengaruh terhadap
pemaknaan puisi karena menentukan kesatuan makna, dan juga berfungsi untuk memunculkan ketaksaan makna ambiguitas. Perwajahan puisi juga
bisa mencerminkan maksud dan jiwa pengarangnya.
33
33
Wahyudin Siswanto, Pengantar Teori Sastra, Jakarta: P. Grafindo, 2008, h. 113-114