e. Fungsi informatif
Dengan membaca informatif contohnya surat kabar, majalah, dan lain- lain dapat memperoleh berbagai informasi yang sangat kita perlukan
dalam kehidupan.
f. Fungsi religius
Membaca dapat digunakan untuk membina dan meningkatkan keimanan, memperluas budi, dan meningkatkan diri kepada Tuhan.
g. Fungsi sosial
Kegiatan membaca memiliki fungsi sosial yang tinggi manakala dilaksanakan secara lisan atau nyaring. Dengan demikian, kegiatan
membaca tersebut langsung dapat dimanfaatkan oleh orang lain mengarahkan sikap berucap, berbuat, dan berpikir. Contohnya
pembacaan berita, karya sastra, pengumuman, dan lain-lain.
h. Fungsi pembunuh sepi
Kegiatan membaca dapat juga dilakukan untuk sekedar merintang- rintang waktu, mengisi waktu luang. Contohnya membaca majalah,
surat kabar, dan lain-lain.
24
Berdasarkan fungsi-fungsi membaca tersebut, dapat dikategorikan beberapa fungsi membaca yang sejalan dengan penelitian yang penulis
lakukan, yaitu fungsi intelektual, fungsi pemacu kretivitas, fungsi rekreatif, fungsi religius, fungsi sosial, dan fungsi pembunuh sepi. Fungsi-fungsi yang
telah penulis tetapkan tentu karena penelitian ini berkaitan dengan membaca puisi, sehingga fungsi-fungsi tersebut dapat menjadi fungsi yang didapatkan
siswa dalam kegiatan membaca puisi.
4. Tujuan Pembelajaran Membaca
Setiap pembelajaran tentu memiliki tujuan yang hendak dicapai, begitu pula pembelajaran membaca. Membaca menjadi bagian dalam pembelajaran
bahasa Indonesia yang merupakan kategori pembelajaran yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa. Dengan demikian, dalam pembelajaran
membaca memiliki tujuan berbahasa yang dijabarkan oleh Budinuryanta Y, dkk.
Secara umum tujuan membaca dilingkupi oleh empat tujuan berbahasa, yaitu: a.
Tujuan penalaran, menyangkut kesanggupan berpikir dan pengungkapan nilai serta sikap sosial budaya.
b. Tujuan instrumental, menyangkut penggunaan bahasa yang dipelajari
itu untuk tujuan-tujuan material dan konkret.
24
Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Ketrampilan Berbahasa Indonesia, Bandung: Karya Putra Darwati, 2012, h.65-66
c. Tujuan integratif, menyangkut keinginan seseorang menjadi anggota
suatu masyarakat yang menggunakan bahasa atau dialek itu sebagai bahasa pergaulan sehari-hari dengan cara menguasai bahasa seperti
seorang penutur asli, atau paling sedikit membuat orangnya tidak akan dianggap “asing” lagi oleh penutur-penutur bahasa atau dialek itu.
d. Tujuan kebudayaan, terdapat pada orang yang secara ilmiah ingin
mengetahui atau memperdalam pengetahuannya tentang suatu kebudayaan atau masyarakat.
Berdasarkan tujuan
pembelajaran membaca
tersebut, penulis
menyimpulkan bahwa mencakupi empat bagian yaitu pertama tujuan penalaran berarti tujuan pembelajaran membaca yang dihubungkan dengan
keterjangkauan berpikir siswa terkait isi bacaan, kedua tujuan instrumental berarti tujuan pembelajaran membaca yang dihubungkan dengan penggunaan
bahasa dalam suatu bacaan, ketiga tujuan integratif berarti tujuan pembelajaran membaca yang dihubungkan dengan variasi bahasa yang
digunakan oleh masing-masing individu, dan terakhir tujuan kebudayaan berarti tujuan pembelajaran membaca yang dihubungkan dengan kebudayaan
yang meliputi pengetahuan sebagai makhluk yang bertimbal-balik dengan orang lain.
Untuk memenuhi semua tujuan tersebut salah satu cara efektif yang dapat ditempuh adalah dengan membaca. Dengan membaca dunia berada di tangan.
Artinya, semua informasi dengan mudah dapat diketahui lewat membaca. Mengingat begitu pentingnya membaca, membaca perlu diajarkan kepada
setiap generasi. Hasrat dan minat membaca perlu ditumbuhkembangkan pada diri setiap orang.
25
Berdasarkan penjabaran tersebut, penulis menyimpulkan bahwa kutipan tersebut berkaitan dengan empat tujuan pembelajaran membaca yang telah
diuraikan sebelumnya. Dalam pencapaian semua tujuan pembelajaran membaca tentu dengan cara membaca, namun untuk mencapainya harus
melalui cara efektif agar siswa berkeinginanan membaca. Dengan demikian, setiap generasi hendaklah dapat ditumbuhkembangkan hasrat dan minat
membaca karena dengan hasrat dan minat siswa terhadap membaca, tentu membaca bukan lagi sebab tuntutan guru tetapi keinginan dari diri sendiri.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian penulis yang melakukan penelitian
25
Budinuryanta Y, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008, Cet. ke-2, h.11.2