Pengolahan Data Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para

Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

5.2. Pengolahan Data

Setelah semua data dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pengolahan data.

5.2.1. Perhitungan Availability

Availability, adalah rasio waktu operation time terhadap loading time-nya. Untuk menghitung nilai availability digunakan rumusan sebagai berikut : 100 × = time Loading time Operation ty Availabili Loading time adalah waktu yang tersedia per hari atau per bulan dikurangi dengan downtime mesin yang direncanakan. Perhitungan loading time ini dapat dituliskan dalam formula matematika, sebgai berikut : Loading time = Total Available Time – Planned Down Time Operation time adalah total waktu proses yang efektif. Dalam hal ini operation time adalah hasil pengurangan loading time dengan downtime mesin. Formula matematikanya adalah : Operation time = Loading time – Downtime Downtime = Breakdown + Set up Nilai availability mesin Dryer Twind untuk Februari 2008 adalah sebagai berikut : Loading Time = 480 – 34 = 446 Downtime = 6,21 + 5,96 = 12,17 Operation time = 446 – 12,17 = 433,83 Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. Availability = 446 83 , 433 x 100 = 97,27 Dengan perhitungan yang sama untuk menghitung availability sampai periode Januari 2009 dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Availability mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 Bulan Loading time jam Total Downtime Jam Operation time jam Availability Februari 446 12,17 433,83 97,27 Maret 473 14,17 458,83 97,00 April 452 11,55 440,45 97,44 Mei 468 18,32 449,68 96,08 Juni 451 10,56 440,44 97,65 Juli 472 20.25 451,75 95,70 Agustus 466 14,08 451,92 96,97 September 446 11,85 434,15 97,34 Oktober 475 11,46 463,54 97,58 November 449 12,92 436,08 97,12 Desember 471 10,72 460,28 97,72 Januari 474 10,71 463,29 97,74 Sumber : Hasil Pengolahan Data

5.2.2. Perhitungan Performance Efficiency

Performance effeciency adalah rasio kuantitas produk yang dihasilkan dikalikan dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia untuk melakukan proses produksi operation time. Untuk menghitung nilai performance effeciency digunakan rumusan sebagai berikut : Perfomance efficiency = net operating x operating cycle time time cycle actual time cycle ideal time operating cycletime actual amount processed x x Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. 100 × = Time Operation Time Cycle Ideal x Amount Processed Efficiency e Performanc Ideal Cycle Time adalah siklus waktu proses yang diharapkan dapat dicapai dalam keadaan optimal atau tidak mengalami hambatan. Ideal Cycle Time pada mesin dryer twind merupakan siklus waktu proses yang dapat dicapai mesin dalam proses produksi dalam keadaan optimal atau mesin tidak mengalami hambatan dalam berproduksi. Waktu optimal mesin dryer twind dalam menghasilkan produk adalah 4 jam. Dengan ketentuan dalam sekali proses selama 4 jam terdapat 16 box dryer yang masuk ke dalam mesin dryer twind . Untuk satu box dryer memiliki berat yang dihasilkan adalah 198 Kg, maka dapat dihitung untuk berat 16 box dryer twind adalah 16 x 198 Kg = 3168 Kg. Ideal Cycle Time mesin dryer twind = 4 jam 3168 Kg = 0,00126 jamKg Untuk Mesin Dryer Twind bulan Februari 2008 : Performance effeciency = 83 , 433 0,00126 x 293593 x 100 = 85,27 Dengan perhitungan yang sama untuk menghitung Performance Efficiency sampai periode Januari 2009 dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6. Performance Efficiency Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 Bulan Total Product Processed Kg Ideal Cycle Time jamKg Operation time jam Performance Efficiency Februari 293593 0,00126 433,83 85,27 Maret 307171 0,00126 458,83 84,35 April 288836 0,00126 440,45 82,62 Sumber : Hasil Pengolahan Data Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. Tabel 5.6. Performance Efficiency Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 Lanjutan Bulan Total Product Processed Kg Ideal Cycle Time jamKg Operation time jam Performance Efficiency Mei 302751 0,00126 449,68 84,83 Juni 288971 0,00126 440,44 82,66 Juli 304232 0,00126 451,75 84,85 Agustus 291128 0,00126 451,92 81,16 September 273846 0,00126 434,15 79,47 Oktober 297123 0,00126 463,54 80,76 November 294359 0,00126 436,08 85,05 Desember 294541 0,00126 460,28 80,62 Januari 306925 0,00126 463,29 83,47 Sumber : Hasil Pengolahan Data

5.2.3. Perhitungan Rate of Quality Product

Rate of Quality Product adalah rasio produk yang baik good products yang sesuai dengan spesifikasi kualitas produk yang telah ditentukan terhadap jumlah produk yang diproses. Perhitungan rate of quality product menggunakan data produksi pada Tabel 5.4 yaitu gross product dan total broke. Dalam perhitungan rasio rate of quality product ini, process amount adalah total product processed sedangkan defect amount adalah total broke, dengan rumusan sebagai berikut : 100 × = Amount Processed Amount Defect - Amount Processed Product Quality of Rate Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. Untuk Mesin Dryer Singel bulan Februari 2008 : Rate of Quality Product = 288250 710 288250 − x 100 = 99,75 Dengan perhitungan yang sama untuk menghitung rate of quality product mesin Dryer Singel dari periode Februari 2008 - Januari 2009 dapat dilihat pada Tabel 5.7. Tabel 5.7. Rate of Quality Product Mesin Dryer Periode Feb 2008 - Jan 2009 Bulan Total Products processed Kg Total Srap Kg Rate of Quality Product Februari 293593 747 99,74 Maret 307171 759 99,75 April 288836 811 99,71 Mei 302751 703 99,76 Juni 288971 714 99,75 Juli 304232 630 99,79 Agustus 291128 724 99,75 September 273846 692 99,74 Oktober 297123 655 99,77 November 294359 710 99,75 Desember 294541 659 99,77 Januari 306925 817 99,73 Sumber : Hasil Pengolahan Data

5.2.4. Perhitungan Overall Equipment Effectivenes OEE

Setelah nilai availability, performance efficiency dan rate of quality product pada mesin Dryer Twind diperoleh maka dilakukan perhitungan nilai overall equipment effectiveness OEE untuk mengetahui besarnya efektivitas penggunaan mesin Dryer Twind di PTP-Nusantara III Gunung Para. Perhitungan OEE adalah perkalian nilai-nilai availability, performance efficiency dan rate of quality product yang sudah diperoleh. Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. OEE = Availability × Performance Rate × Quality Rate Untuk mesin Dryer Twind bulan Februari 2008 : OEE = 0,9727 × 0,8527 × 0,9974 x 100 = 82,72 Dengan perhitungan yang sama, maka nilai OEE mesin Dryer Twind sampai periode Januari 2009 dapat dilihat pada Tabel 5.8. Tabel 5.8. Perhitungan Overall Equipment Effectivenes OEE Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 Bulan Availability Performance Efficiency Rate of Quality Product OEE Februari 97,27 85,27 99,74 82,72 Maret 97,00 84,35 99,75 81,98 April 97,44 82,62 99,71 80,27 Mei 96,08 84,83 99,76 81,30 Juni 97,65 82,66 99,75 80,51 Juli 95,70 84,85 99,79 81,03 Agustus 96,97 81,16 99,75 78,50 September 97,34 79,47 99,74 77,15 Oktober 97,58 80,76 99,77 78,60 November 97,12 85,05 99,75 82,39 Desember 97,72 80,62 99,77 78,60 Januari 97,74 83,47 99,73 81,36 Sumber : Hasil Pengolahan Data . 5.2.5. Perhitungan OEE Six Big Losses 5.2.5.1. Downtime Losses Downtime adalah waktu yang seharusnya digunakan untuk melakukan proses produksi akan tetapi karena adanya gangguan pada mesin equipment failures mengakibatkan mesin tidak dapat melaksanakan proses produksi sebagaimana mestinya. Dalam perhitungan overall equipment effectiveness OEE, Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. equipment failures dan waktu setup and adjustment dikategorikan sebagai kerugian waktu downtime downtime losses

1. Equipment Failures Breakdowns

Kegagalan mesin melakukan proses equipment failure atau kerusakan breakdown yang tiba-tiba dan tidak diharapkan terjadi adalah penyebab kerugian yang terlihat jelas, karena kerusakan tersebut akan mengakibatkan mesin tidak menghasilkan output. Besarnya persentase efektivitas mesin yang hilang akibat faktor breakdowns loss dapat dihitung dengan menggunakan rumusan sebagai berikut : 100 × = Time Loading time Breakdown Total Loss Breakdowns Dengan menggunakan rumusan di atas, maka diperoleh perhitungan breakdowns loss sebagai berikut : Untuk Mesin Dryer Twind bulan Februari 2008 : Breakdowns Loss = 446 21 , 6 x 100 = 1,31 Dengan cara perhitungan yang sama maka nilai persentase breakdown loss mesin Dryer Twind dapat dilihat pada Tabel 5.9. Tabel 5.9. Breakdown Loss pada mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 Bulan Total Breakdown jam Loading Time jam Breakdown Loss Februari 6,21 446 1,39 Maret 8,33 473 1,76 Sumber : Hasil Pengolahan Data . Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. Tabel 5.9. Breakdown Loss pada mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 Lanjutan Bulan Total Breakdown jam Loading Time jam Breakdown Loss April 5,24 452 1,15 Mei 12,07 468 2,57 Juni 4,14 451 0,91 Juli 14,23 472 3,01 Agustus 8,21 466 1,76 September 5,48 446 1,22 Oktober 5,22 475 1,09 November 6,36 449 1,41 Desember 4,39 471 0,93 Januari 4,43 474 0,93 Sumber : Hasil Pengolahan Data .

2. Setup dan Adjustment

Kerusakan pada mesin maupun pemeliharaan mesin secara keseluruhan akan mengakibatkan mesin tersebut harus dihentikan terlebih dahulu. Sebelum mesin difungsikan kembali akan dilakukan penyesuaian terhadap fungsi mesin tersebut yang dinamakan dengan waktu setup dan adjustment mesin. Dalam perhitungan setup dan adjustment loss dipergunakan data waktu setup mesin yang mengalami kerusakan dan pemeliharaan mesin secara keseluruhan di mesin Dryer Twind. Untuk mengetahui besarnya persentase downtime loss yang diakibatkan oleh waktu setup and adjustment tersebut digunakan rumusan sebagai berikut 100 × = time Loading time ustment Setupadj Total Loss stment Setupadju Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. Untuk Mesin Dryer Twind bulan November 2008 : Setup and Adjustment Loss = 446 96 , 5 = 1,33 Dengan cara yang sama dilakukan untuk periode berikutnya dan dapat dilihat pada Tabel 5.10. berikut ini : Tabel 5.10. Set up and Adjustment Losses di mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 Bulan Set up Time jam Loading Time jam Set up and Adjustment Losses Februari 5,96 446 1,33 Maret 5,84 473 1,23 April 6,31 452 1,39 Mei 6,25 468 1,33 Juni 6,42 451 1,42 Juli 6,02 472 1,27 Agustus 5,87 466 1,25 September 6,37 446 1,42 Oktober 6,24 475 1,31 November 6,56 449 1,46 Desember 6,33 471 1,34 Januari 6,28 474 1,32 Sumber : Hasil Pengolahan Data

5.2.5.2. Speed Loss

Speed loss terjadi pada saat mesin tidak beroperasi sesuai dengan kecepatan produksi maksimum yang sesuai dengan kecepatan mesin yang dirancang. Faktor yang mempengaruhi speed losses ini adalah idling and minor stoppages dan reduced speed. Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

1. Idling dan Minor Stoppages

Idling dan minor stoppages terjadi jika mesin berhenti secara berulang- ulang atau mesin beroperasi tanpa menghasilkan produk. Jika idling dan minor stoppages sering terjadi maka dapat mengurangi efektivitas mesin. Untuk mengetahui besarnya faktor efektivitas yang hilang karena faktor idling dan minor stoppages digunakan rumusan sebagai berikut : 100 × = time Loading time ive Nonproduct stoppages minor and Idling Nonproductive time = Operation time – Actual Production time Untuk Mesin Dryer Twind bulan Februari 2008 : Nonproductive time = 433,83– 370,69 = 63,14 Idling dan Minor Stoppages = 446 14 , 63 x 100 = 14,15 Dengan cara yang sama dilakukan untuk periode berikutnya dan dapat dilihat pada Tabel 5.11. berikut ini : Tabel 5.11. Idling dan Minor Stoppages di Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 Bulan Loading Time jam Nonproductive Time jam Idling and Minor Stoppages Februari 446 63,14 14,15 Maret 473 70,9 15,00 April 452 75,76 16,76 Mei 468 67,42 14,40 Juni 451 75,58 16,75 Juli 472 67,62 14,32 Agustus 466 84,34 18,09 September 446 88,39 19,81 Sumber : Hasil Pengolahan Data Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. Tabel 5.11. Idling dan Minor Stoppages di Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 Lanjutan Bulan Loading Time jam Nonproductive Time jam Idling and Minor Stoppages Oktober 475 88,39 18,60 November 449 64,64 14,34 Desember 471 88,39 18,76 Januari 474 75,76 15,98 Sumber : Hasil Pengolahan Data

2. Reduced Speed

Reduced speed adalah selisih antara waktu kecepatan produksi aktual dengan kecepatan produksi mesin yang ideal. Untuk mengetahui besarnya persentase faktor reduced speed yang hilang, maka digunakan rumusan berikut : 100 - 100 × × = × = time Loading process product Total time cycle Ideal time production Actual time Loading time production Ideal - time production Actual loss speed Reduce Untuk Mesin Dryer Twind bulan Februari 2008 : Ideal Production Time = 0,00126 x 293593 = 369,92 Reduced Speed Loss = 446 92 , 3692 69 , 370 − x 100 = 0,17 Dengan cara yang sama dilakukan untuk periode berikutnya dan dapat dilihat pada Tabel 5.12. Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. Tabel 5.12. Reduced Speed Loss di Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 Bulan Total Product Process Kg Actual Production Time jam Ideal Cycle Time jamkg Ideal Production Time Jam Loading Time jam Reduced Speed Time jam Reduced Speed Loss Februari 293593 370,69 0,00126 369,92 446 0,75 0,17 Maret 307171 387,84 0,00126 387,03 473 0,80 0,17 April 288836 364,69 0,00126 363,93 452 0,72 0,16 Mei 302751 382,26 0,00126 381,46 468 0,79 0,17 Juni 288971 364,86 0,00126 364,10 451 0,72 0,16 Juli 304232 384,13 0,00126 383,33 472 0,75 0,16 Agustus 291128 367,58 0,00126 366,82 466 0,74 0,16 September 273846 345,76 0,00126 345,04 446 0,71 0,16 Oktober 297123 375,15 0,00126 374,37 475 0,76 0,16 November 294359 371,66 0,00126 370,89 449 0,76 0,17 Desember 294541 371,89 0,00126 371,12 471 0,75 0,16 Januari 306925 387,53 0,00126 386,72 474 0,80 0,17 Sumber : Hasil Pengolahan Data Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

5.2.5.3. Defect Loss

Defect loss artinya adalah mesin tidak menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi dan standar kualitas produk yang telah ditentukan dan scrap sisa hasil proses selama produksi berjalan. Faktor yang dikategorikan ke dalam defect loss adalah rework loss dan yieldscrap loss.

1. Rework Loss

Rework Loss adalah produk yang tidak memenuhi spesifikasi kualitas yang telah ditentukan walaupun masih dapat diperbaiki ataupun dikerjakan ulang. Untuk mengetahui persentase faktor rework loss yang mempengaruhi efektivitas penggunaan mesin. Digunakan rumusan sebagai berikut : 100 × × = time Loading Rework time cycle Ideal loss Rework Dikarenakan hasil rework tidak ada maka Rework Loss bernilai 0 Untuk Mesin Dryer Twind bulan Februari 2008: Rework Loss = 446 x 00126 , x 100 = 0 Dengan cara yang sama dilakukan untuk periode berikutnya dan dapat dilihat pada Tabel 5.13. Tabel 5.13. Rework Loss Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 Bulan Loading Time jam Ideal Cycle Time jamKg Rework Kg Rework Time jam Rework Loss Februari 446 0,00126 Maret 473 0,00126 April 452 0,00126 Mei 468 0,00126 Sumber : Hasil Pengolahan Data Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. Tabel 5.13. Rework Loss Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 Lanjutan Bulan Loading Time jam Ideal Cycle Time jamKg Rework Kg Rework Time jam Rework Loss Juni 451 0,00126 Juli 472 0,00126 Agustus 466 0,00126 September 446 0,00126 Oktober 475 0,00126 November 449 0,00126 Desember 471 0,00126 Januari 474 0,00126 Sumber : Hasil Pengolahan Data

2. YieldScrap Loss

Yieldscrap loss adalah kerugian yang timbul selama proses produksi belum mencapai keadaan produksi yang stabil pada saat proses produksi mulai dilakukan sampai tercapainya keadaan proses yang stabil, sehingga produk yang dihasilkan pada awal proses sampai keadaan proses stabil dicapai tidak memenuhi spesifikasi kualitas yang diharapkan. Untuk mengetahui persentase faktor yieldscrap loss yang mempengaruhi efektivitas penggunaan mesin. Digunakan rumusan sebagai berikut : 100 × × = time Loading Scrap time cycle Ideal loss p Yieldscra Untuk Mesin DryerTwind bulan Februari 2008 : Yieldscrap loss = 446 747 x 00126 , x 100 = 0,21 Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. Dengan cara yang sama dilakukan untuk periode berikutnya dan dapat dilihat pada Tabel 5.14. Tabel 5.14. Yieldscrap Loss Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 Bulan Loading Time jam Ideal Cycle Time jamKg Scrap Kg Scrap Time jam Yieldscrap Loss Februari 446 0,00126 747 0,94 0,21 Maret 473 0,00126 759 0,95 0,20 April 452 0,00126 811 1,02 0,22 Mei 468 0,00126 703 0,88 0,18 Juni 451 0,00126 714 0,89 0,19 Juli 472 0,00126 630 0,79 0,16 Agustus 466 0,00126 724 0,91 0,19 September 446 0,00126 692 0,87 0,19 Oktober 475 0,00126 655 0,82 0,17 November 449 0,00126 710 0,89 0,19 Desember 471 0,00126 659 0,83 0,17 Januari 474 0,00126 817 1,02 0,21 Sumber : Hasil Pengolahan Data Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisa Perhitungan Overall Equipment Effectiveness OEE

Dokumen yang terkait

Peningkatan Efektifitas Mesin Blowing Berdasarkan Evaluasi Overall Equipment Effectiveness dan FMEA pada Industri Manufaktur Plastik

13 124 92

Integrasi Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis untuk Meningkatkan Efektivitas Mesin Hammer Mill di PT. Salix Bintama Prima

12 167 136

Penerapan Total Productive Maintenance Pada Pembangkit Listriktenaga Gas Gt 2.1 Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness

29 159 132

Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Pada Pabrik RSS PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Batang Serangan.

1 52 148

Studi Aplikasi Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness Di PT. Rolimex Kimia Nusa Mas

1 37 117

Study Peningkatan Overall Equipment Effectiveness Melalui Penerapan Total Productive Maintenance Di PTPN IV PKS Pasir Mandoge

19 90 160

Studi Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi di PT. Sinar Sosro

11 118 155

IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DALAM PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS DI PT. MULTI BINTANG INDONESIA

1 6 69

Penerapan Total Productive Maintenance untuk Peningkatan Efisiensi Produksi dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness Pada Turbin Uap Type C5DS II - Gvs di PT. PP London Sumatera Indonesia Tbk Begerpang POM

1 9 92

Analisis Total Productive Maintenance untuk Peningkatan Efisiensi Produksi dengan Menggunakan Metode Overall

2 5 11