Dampak terhadap sosial ekonomi dan lingkungan Proses produksi 1. Standar mutu produk

Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. kelangsungan tujuan usaha perusahaan. Pasar merupakan tempat dimana produsen dan konsumen melangsungkan transaksi suatu produk barang atau jasa. Pemasaran adalah suatu aktivitas atau usaha yang digunakan untuk menyediakan atau memindahkan produk atau jasa dari produsen ke konsumen. Perusahaan yang lebih memperhatikan kepentingan dan kebutuhan konsumen, dalam jangka panjang lebih berhasil dan akan tetap eksis dibandingkan dengan perusahan yang mengabaikannya. Perusahaan yang menggunakan pola pikir demikian akan selalu menempatkan konsumen dan kebutuhannya sebagai titik pusat bidang usahanya, sehingga produk yang dihasilkan juga lebih berkualitas dimata konsumen. Menurut kebijaksanaan, hasil produksi PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para dipasarkan melalui pelabuhan Belawan yang akan diekspor keluar negeri seperti ke Jepang, Amerika Serikat, Australia, Jerman, Korea Selatan, Italia, sebagian produk dipasarkan di dalam negeri. Perusahaan memilih pasar di luar negeri karena pasar luar negeri lebih luas dan terbuka lebar.

2.5. Dampak terhadap sosial ekonomi dan lingkungan

Dampak terhadap sosial ekonomi dan lingkungan yaitu dengan adanya PT. Perkebunan Nusantara III kebun Gunung Para maka masyarakat yang ada didekat perusahaan, sosial ekonominya akan meningkat dimana mereka dapat bekerja dengan gaji yang telah ditetapkan pemerintah. Dengan adanya pekerjaan yang menetap maka sosial ekonomi masyarakat yang ada di dekat lingkungan dapat terjamin. Dampak terhadap lingkungan yaitu perusahaan menghasilkan limbah Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. yang terdiri dari limbah padat dan cair dan limbah yang dihasilkan tidak membahayakan terhadap lingkungan sekitar. Fasilitas-fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan adalah perumahan, jaminan kesehatan, pembayaran sekolah anak. 2.6. Proses produksi 2.6.1. Standar mutu produk Spesifikasi produk jadi pada PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para adalah sesuai dengan jenis mutunya yang disebut sebagai produk utama yaitu SIR 10. Untuk mendapatkan produk utama dibuat skema mutu SIR Standard Indonesia Rubber. Spesifikasi karet alam PT. Nusantara III Gunung Para adalah sebagai berikut : 1. Kadar kotoran Dirt Content Kadar kotoran yang tidak larut dalam karet tidak dalam jumlah yang berlebihan. Bila berlebihan menyebabkan penurunan sifat dinamik dari barang jadi yang terbuat dari karet mengenai ketahanan lenturnya. 2. Kadar Abu Ash Content Penentuan kadar abu dimaksud untuk menjamin agar karet mentah yang dijual tidak terlalu banyak mengandung abu dari karet alam yang berisi bahan- bahan lain yang berasal dari karet alam dan yang bukan berasal dari karet alam yang merugikan. Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. 3. Kadar Zat Menguap Volatile Matter Kadar zat menguap adalah kadar air yang terdapat dari karet untuk memastikan bahwa karet tersebut benar-benar sudah kering dan bila karet mentah sudah kering sedikit kemungkinan timbulnya jamur. 4. Plastysity Retention Index PRI Adalah ukuran ketahanan karet yang sudah mengalami pemanasan dibandingkan sebelum pemanasan yang ditentukan dengan Plastimeter Walance yaitu dari potongan uji sebelum dan sesudah dipanaskan. Dengan diketahuinya nilai PRI, dapat diketahui ketahanan karet dan mudah tidaknya karet tersebut menjadi lengket bila disimpan lama. 5. Po Plastisitas awal Po adalah plastisitas karet sebelum diberi perlakuan panas. Karet yang memiliki nilai Po yang memenuhi spesifikasi akan dapat mempertahankan keelastisannya tidak menyusut atau mengerut. Dan untuk mendapatkan mutu produk yang utama di berlakukan syarat mutu SIR. Tertera pada Tabel 2.1. Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. Tabel 2.1. Skema persyaratan mutu SIR 1988 Standard Indonesia Rubber Sumber : PT.Perkebunan Nusantara III Gunung Para 2.6.2. Bahan yang digunakan 2.6.2.1. Bahan baku Bahan baku memiliki komposisi terbesar dari semua bahan yang digunakan. Bahan ini merupakan bahan utama dalam proses produksi dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan. Bahan baku pada produk crumb rubber adalah kompo yang terdiri dari slab dan cup Lump.

2.6.2.2. Bahan tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam produk atau bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk. No Jenis Uji Satuan SIR 10 Kerakteristik 1 Kadar Kotoran Max 0.1 2 Kadar Abu Max 0.75 3 Kadar Zat Menguap Max 0.80 4 PRI - Min 60 5 Po - Min 30 Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. Bahan tambahan yang digunakan adalah: 1. Plastik pembungkus digunakan untuk membungkus bale yang sudah di press dan sebagai alas metal box. 2. Metal box atau peti pallet digunakan untuk pengepakan atau kemasan bale. 3. Band izjer digunakan untuk mengikat produk yang sudah di pallet.

2.6.2.3. Bahan penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan sebagai penolong dalam proses pengolahan pada kegiatan produksi. Bahan penolong yang digunakan pada proses pengolahan crumb rubber adalah air, digunakan untuk pencucian dan melembutkan bahan baku.

2.6.3. Uraian proses

Uraian proses produksi crumb rubber PT. Perkebunan Nusantara III adalah sebagai berikut : 1. Penerimaan Bahan baku Sebelum kompo dibawa ketempat penerimaan bahan baku, truck yang membawa Kompo ditimbang. Setelah itu ditempatkan bak penerimaan bahan baku lalu dituang ke bak penimbunan untuk disortasi bahan baku. Apabila di dalam sortasi terdapat benda-benda non karet dikumpulkan dan dikembalikan ke kebun pengirim. Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. 2. Bak Makro Blending Setelah itu kompo dimasukan ke dalam bak Makro Blending yang berfungsi sebagai pencucian kompo agar terhindar dari kotoran-kotoran seperti: pasir,tanah,dan dedaunan. 3. Mesin Prebreaker Slab dan lump dimasukkan ke dalam mesin prebreker untuk pemecahan bongkahan slab dan lump menjadi ukuran 30 mm. 4. Bak Mikro Blending Bak mikro blending berfungsi sebagi tempat penampungan kompo yang telah dicacah dan juga sebagai tempat pencucian. Bak mikro blending ini berbentuk lingkaran dan di tengahnya terdapat mesin agitator yang berfungsi sebagai pengaduk. 5. Mesin Hummer Mill Karet dimasukkan ke dalam mesin hummer mill untuk pemecahan lanjutan menjadi diameter 15 mm. 6. Bak Sirkulasi Bak sirkulasi berfungsi sebagai aliran jalan kompo dari mesin hammer mill ke mesin creffer jumbo. Alat Bantu yang digunakan sebagai aliran jalan kompo yaitu: dengan menggunakan air. 7. Mesin Crepper Cacahan karet dimasukkan ke dalam mesin Crepper untuk menggiling cacahan karet menjadi lembaran blengket menjadi ketebalan 3-5 mm. Dengan 10 kali penggilingan. Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. 8. Maturasi Gulungan blengket dimasukkan ke dalam ruang maturasi pemeraman untuk mengeringkan gulungan blangket selama 7 hari sehingga kadar air turun. 9. Mesin Schereder Gulungan blengket dikeluarkan dari ruang maturasi dan dimasukkan ke dalam mesin schreder untuk merajang blengket menjadi butiran karet dengan ukuran 3 mm. Hasil butiran dari mesin dimasukkan ke dalam box dryer lalu butiran ditiriskan selama 1,5- 2 jam sebelum masuk ke mesin dryer. 10. Mesin Dryer Butiran karet dimasukkan ke dalam mesin dryer untuk mengeringkan butiran karet. Pengeringan dilakukan selama 4 jam dengan temperatur 110-120 C. 11. Penimbangan Rempahan karet selanjutnya ditimbang dengan berat sekitar 33kg sesuai dengan permintaan pasar lalu diprosespacking. 12. Pengepresan Sebelum dipacking butiran karet kemudian dipress untuk memadatkan butiran karet yang sudah kering menjadi berbentuk bandela. 13. Packing Karet yang sudah berbentuk bandela di packing. Bale disusun dalam pallet yang berisikan 36 bale dengan berat 1260 kgpallet. 14. Penyimpanan produk pada gudang produksi siap eksport. Uraian proses produksi dapat dilihat pada skema pengolahan crumb rubber seperti pada Gambar 2.1. Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. PENERIMAAN BAK MAKRO BLENDING MESIN PREBREAKER BAK MIKRO BLENDING MESIN HUMMER MILL BAK SIRKULASI MESIN CREPPER MATURASI MESIN SCHEREDER MESIN DRYER PENGEPRESAN PACKING PENIMBANGAN PENYIMPANAN Gambar 2.1. Skema pengolahan crumb rubber Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

2.7. Mesin dan peralatan

Dokumen yang terkait

Peningkatan Efektifitas Mesin Blowing Berdasarkan Evaluasi Overall Equipment Effectiveness dan FMEA pada Industri Manufaktur Plastik

13 124 92

Integrasi Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis untuk Meningkatkan Efektivitas Mesin Hammer Mill di PT. Salix Bintama Prima

12 167 136

Penerapan Total Productive Maintenance Pada Pembangkit Listriktenaga Gas Gt 2.1 Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness

29 159 132

Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Pada Pabrik RSS PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Batang Serangan.

1 52 148

Studi Aplikasi Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness Di PT. Rolimex Kimia Nusa Mas

1 37 117

Study Peningkatan Overall Equipment Effectiveness Melalui Penerapan Total Productive Maintenance Di PTPN IV PKS Pasir Mandoge

19 90 160

Studi Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi di PT. Sinar Sosro

11 118 155

IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DALAM PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS DI PT. MULTI BINTANG INDONESIA

1 6 69

Penerapan Total Productive Maintenance untuk Peningkatan Efisiensi Produksi dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness Pada Turbin Uap Type C5DS II - Gvs di PT. PP London Sumatera Indonesia Tbk Begerpang POM

1 9 92

Analisis Total Productive Maintenance untuk Peningkatan Efisiensi Produksi dengan Menggunakan Metode Overall

2 5 11