3. Persepsi terhadap iklim kelas
Persepsi menurut Irwanto dkk. 1996 adalah proses diterimanya rangsang objek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa sampai rangsang itu
disadari dan dimengerti. Sedangkan iklim kelas merupakan keadaan psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk di dalam kelas sebagai hasil interaksi antara
siswa dengan guru, dan antara siswa dengan siswa lainnya. Rawnsley Fisher, 1998.
Persepsi terhadap iklim kelas dapat diartikan sebagai proses pengenalan dan pemahaman akan keadaan psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk di
dalam kelas sebagai hasil interaksi antara siswa dengan guru, dan antara siswa dengan siswa lainnya. Rawnsley Fisher, 1998.
Persepsi positif terhadap iklim kelas ialah persepsi yang menggambarkan suasana kelas sebagai lingkungan yang positif dan nyaman. Persepsi negatif dari
iklim kelas adalah persepsi yang menggambarkan suasana kelas sebagai lingkungan yang negatif dan kurang nyaman.
C. Siswa Sekolah Menengah Atas SMA
Masa Sekolah Menengah Atas SMA, umumnya di Indonesia dimulai dari usia 1516 - 1718. Pada usia tersebut, individu berada pada masa remaja. Masa
remaja menurut Hurlock 1980 terbagi atas 2 bagian yaitu:
1 Remaja awal, yang berlangsung kira-kira dari 13 tahun sampai 16 atau 17
tahun
Universitas Sumatera Utara
2 Remaja akhir, yang bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun,
yaitu usia matang secara hukum.
Menurut Piaget dalam Papalia, Olds Feldman, 1998, masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak dengan
menggunakan alasan ilmiah. Masa remaja dikarakteristikkan sebagai periode yang penting, dimana pada tahap ini perkembangan mental yang cepat menimbulkan
perlunya remaja membentuk sikap, nilai dan minat yang baru. Selain itu, pada masa ini remaja mempersiapkan dirinya dalam karier dan ekonomi Hurlock,
1980. Hal ini juga diperkuat oleh Papalia, et.al. 1998 yang menyatakan pendidikan pada masa remaja difokuskan kepada persiapan memasuki universitas
atau bekerja.
D. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Iklim Kelas Dengan Kreativitas
Pada dasarnya setiap orang memiliki potensi kreatif, namun dengan tingkat atau derajat kreativitas yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat disebabkan
oleh adanya berbagai faktor yang mempengaruhi terbentuknya kreativitas dan salah satunya adalah dorongan dari luar individu lingkungan Munandar, 2009.
Dalam lingkungan sekolah, iklim kelas memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan kreativitas Munandar, 2009. Menurut Ormrod 2003,
iklim kelas yang menghargai cara berpikir dan perilaku kreatif; memberi kebebasan dan keamanan untuk mengambil resiko; mengembangkan penguasaan
dalam pokok area tertentu; serta menyediakan waktu bagi siswa untuk berkreasi dapat meningkatkan dan mengembangkan kreativitas siswa. Persepsi siswa akan
Universitas Sumatera Utara
lingkungan kelas merupakan penilaian paling tepat untuk mengetahui iklim kelas dikarenakan siswa telah menghadapi lingkungan belajar yang beraneka ragam
serta menghabiskan banyak waktu di dalam kelas sehingga memiliki perasaan yang akurat terhadap kelas Nair, 2001.
Menurut Myers dalam Sampson, 2009, persepsi siswa akan iklim kelas didasarkan pada seberapa baik guru menciptakan lingkungan yang didalamnya
terdapat hubungan yang bernilai, saling mendorong dan mendukung. Guru juga memiliki pengaruh dalam mengembangkan atau menghambat kreativitas siswa
dengan menerima atau menolak hasil dari siswa yang tidak biasa dihasilkan oleh siswa lainnya dan bersifat imajinatif Woolfolk, 2004. Oleh karena itu dapat
dilihat bahwa guru memegang peranan penting dalam menentukan iklim di dalam kelas serta kreativitas siswa.
Amar Strugo 2003 menyatakan perasaan senang akan muncul apabila siswa berada pada kelas yang mengikutsertakan keterlibatan mereka di dalam
kelas, memiliki hubungan personal antara guru dengan murid, memakai cara belajar yang inovatif, serta memiliki aturan-aturan tingkah laku yang jelas. Hal ini
berkaitan dengan faktor pengembangan kreativitas melalui pemberian kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis pikiran dan
perasaannya Rogers, dalam Munandar, 2009. Ormrod 2003 menyatakan siswa akan lebih mengembangkan
kreativitasnya apabila mereka merasa nyaman dalam melakukan aktivitas dan memperoleh penghargaan dari kelas akan apa yang telah dilakukannya. Hal ini
berkaitan dengan dimensi involvement yang ada di dalam dimensi iklim kelas,
Universitas Sumatera Utara
yang menekankan pada perasaan nyaman yang dirasakan siswa di dalam kelas Fraser, et al., dalam Brok 2005.
E. Hipotesis