Syarat Material IDENTITAS PRIBADI

membina keluarga yang kekal dan bahagia sesuai dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa 72 . Suatu perkawinan yang sah, selain memenuhi ketentuan Pasal 2 ayat 1 dan 2 ayat 2, maka harus pula memenuhi syarat-syarat perkawinan, baik materil maupun formil, yang ditentukan oleh undang-undang. Syarat-syarat perkawinan yang dimaksud adalah terdiri dari:

1. Syarat Material

Syarat material adalah mengenai diri pribadi orang yang akan melangsungkan perkawinan. Dengan demikian syarat-syarat material ini langsung melekat pada diri calon mempelai. Syarat material untuk dapat melangsungkan perkawinan bagi calon mempelai dapat dibagi ke dalam dua klasifikasi, yaitu sebagai berikut : a. syarat material yang bersifat umum Syarat material umum adalah persyaratan yang berlaku secara umum bagi semua perkawinan. Jadi syarat ini harus dipenuhi oleh semua calon mempelai, yaitu : 1. Asas momogami Asas ini diatur dalam Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, yang menegaskan bahwa : “ dalam hal suami 72 . Muhammad Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional, CV. Zahir Trading Co , Medan,1975, hal.11. Universitas Sumatera Utara akan beristeri lebih dari seorang, sebagaimana tersebut dalam Pasal 3 ayat 2 undang-undang ini, maka ia wajib mengajukan permohonan ke pengadilan di daerah tempat tinggalnya”. Berarti pada asanya dalam waktu yang sama, maka seorang suami hanya dapat atau boleh beristeri satu orang saja, demikianpun sebaliknya seorang isteri hanya boleh bersuami satu. Tetapi apabila para pihak menginginkan sesuai dengan ketentuan pasal 3 ayat 2 , jo pasal 4 ayat 2 undang-undang perkawinan, dengan ketentuan : • isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri • isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan • isteri tidak dapat melahirkan keturunan 2. Persetujuan antara kedua calon mempelai Perkawinan harus berdasarkan kepada persetujuan kedua calon mempelai pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Hal ini adalah wajar sebab apabila suatu perkawinan dilangsungkan dengan adanya paksaan, maka dikhawatirkan perkawinan tersebut tidak akan dapat berlangsung. 3. Batas usia untuk melangsungkan perkawinan Perkawinan hanya dijinkan jika pria sudah mencapai umur 19 tahun dan wanita mencapai usia 16 tahun. Persyaratan yang demikian sudah selayaknya diberikan, apabila usia kawin terlalu muda dikhawatirkan Universitas Sumatera Utara mereka belum cukup mampu untuk membentuk keluarga, yang kekal dan bahagia dan juga dikhawatirkan akan mudah menimbulkan penyakit. 4. Tenggang waktu waktu tunggu bagi seorang perempuan Diatur dalam pasal 39 Peraturan Pemrintah Nomor 9 tahun 1975. a.Waktu tunggu bagi seorang janda sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 11 ayat 2 undang0undang ini, ditentukan sebagai berikut : • apabila perkawinan putus karena kematian waktu tunggu ditetapkan 130 seratus tiga puluh hari . • Apabila perkawinan putus karena perceraian, waktu tunggu bagi yang masih berdatang bulan ditetapkan 3 tiga kali suci dengan sekurang- kurangnya 90 sembilan puluh hari. b. Apabila perkawinan putus sedang janda tersebut dalam keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan sampai kelahiran sang anak dalam kandungan. Perkawinan yang putus karena perceraian, tenggang waktu dihitung sejak putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap. Sedangkan perkawinan yang putus karena kematian suami, tenggan waktu dihitung sejak kematian si suami. b. Syarat material yang bersifat khusus Maksudnya adalah persyaratan yang hanya berlaku bagi perkawinan tertentu, artinya adalah dalam keadaan tertentu para pihak tidak dapat melangsungkan Universitas Sumatera Utara perkawinan pasal 8 jo pasal 9 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan , yaitu : 1. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus keatas atau kebawah 2. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping, yaitu antara saudara orang tua dan antara seseorang dengan saudara neneknya. 3. Berhubungan semenda 4. Berhubungan susuan 5. Berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari isteri dalam hal seorang suami yang beristeri lebih dari seorang. 6. Yang mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan yang berlaku dilarang untuk kawin 7. Seseorang yang masih terikat perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin 8. Harus ada izin kawin pasal 6 ayat 1-5 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan , yaitu : • Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai • Untuk melangsungkan perkawinan, maka bagi mereka yang belum mencapai usia 21 tahun harus mendapat izin dari orang tua • Dalam hal salah seorang orang tua telah meninggal dunia atau tidak dapat untuk menyatakan kehendaknya, maka izin cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup. Universitas Sumatera Utara • Dalam hal kedua orang tua telah mati atau tidak dapat mengatakan kehendaknya izin diperoleh dari wali atau keluarga terdekat. • Apabila terdapat sengketa dalam hal memberi izin, maka pengadilan dalam daerah hukumnya akan memberikan izin. Dengan demikian telah selesai dijabarkan tentang persayaratan material yang harus dipenuhi agar suatu perkawinan dapat berlaku secara syah.

2. Syarat formal

Dokumen yang terkait

Perkawinan Dibawah Umur Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Hukum Adat Serta Kompilasi Hukum Islam

6 131 125

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN BEDA AGAMA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ISLAM

0 9 14

Pengaturan Usia Perkawinan Dalam Undang undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Perspektif Politik Hukum Islam

0 6 177

NIKAH TAFWIDH MENURUT HUKUM ISLAM DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM.

1 5 1

Sanksi Adat Dalam Perkawinan Sesuku Di Minangkabau dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Hukum Adat Minangkabau.

0 1 1

PERBANDINGAN HUKUM PERKAWINAN DIBAWAH UMUR ANTARA HUKUM ADAT MADURA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMER 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN.

0 6 38

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN A. Pengertian Perkawinan Dan Asas Perkawinan Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam 1. Pengertian Perkawinan Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 - Pelaksanaa

0 0 42

PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ADAT SERTA KOMPILASI HUKUM ISLAM SKRIPSI

0 0 13

TESIS PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT HUKUM KANONIK KATOLIK DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

0 0 14

BAB IV ANALISIS PENGATURAN USIA PERKAWINAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN PERSPEKTIF POLITIK HUKUM ISLAM - Pengaturan Usia Perkawinan Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Perspektif Politik Hukum Islam. - Ra

0 0 37