1 Harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah dibawah penguasaan
masing-masing, sepanjang para pihak tidak menetukan lain dalam perjanjian perkawinan.
2 Suami dan isteri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum atas hak masing-masing berupa hibah, hadiah, sadaqah atau
lainnya.
C. Persintuhan Hukum Adat Minangkabau dengan Hukum Islam Mengenai Hak dan Kewajiban Suami Isteri
1. Masuknya Islam Ke Minagkabau
Pada waktu mula-mula agama Islam dikembangkan oleh Muhammad SAW, di tanah arab sudah terdapat norma-norma yang mengatur kehidupan masyarakat
dalam bentuk hukum tidak tertulis yang disebut urf atau adat. Adat yang telah berkembang di tanah Arab itu mengandung prinsip-prinsip yang berdasarkan kepada
pemikiran manusia yang telah berkembang yang telah turun-temurun dari generasi ke generasi.
Agama Islam membawa ajaran yang menyangkut kehidupan dunia dan kehidupan di akhirat. Ajaran ini dalam mengatur kehidupan masyarakat, mengandung
prinsip yang terdapat dalam beberapa hal berbeda dengan prinsip yang terdapat dalam norma adat yang sudah berjalan.
Universitas Sumatera Utara
Bila kita telaah cara penyiaran agam Islam di Minangkabau yang kaya dengan adat dan lembaga, terlihat bahwa penyiaran agama di sana menempuh cara dan
kebijakan pembentuk hukum syara pada saat proses pembentukkannya, hingga pada waktu ini adat memperlihatkan bentuknya yang berjalin dengan hukum Islam
syara . Pada waktu Islam masuk ke Minangkabau, Islam menemukan adat
Minangkabau dalam bentuknya yang terpadu dengan dengan membawa sedikit pengaruh dari kebudayaan HindhuBudha.
108
Dimana Islam mengajarkan mengenai kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Di Minangkabau berlaku norma
adat yang mengatur kehidupan sosial masyarakat. Pada masyarakat Minangkabau yang hanya berlaku norma adat sebelum
masuknya Islam pada masyarakat Minangkabau, tidak menampakkan bentuknya yang nyata mengenai akidah dan mendasarkan pada alam semesta saja. Tidak ditemukan
dalam pepatah adat yang memberi petunjuk kepada kehidupan balik alam nyata. Dalam pepatah adat seperti :
109
Penakik pisau siraut Ambil galah batang lintamun selodang ambil niru
Setitik jadikan
laut Sekepal
jadikan gunung
Alam terkembang jadikan guru
108
. Amit Syarifuddin, Op.cit, hal 170.
109
. Ibid
Universitas Sumatera Utara
Ajaran Islam tentang kepercayaan terhadap alam gaib dan kehidupan di hari kemudian, secara lahir berbeda dengan ajaran adat. Dalam persintuhan tersebut,
ajaran Islam tidak menghancurkan pandangan lama, karena pada prinsipnya perhatian terhadap alam nyata banyak mendapat tempat dalam Al-qur’an.
Adat menempatkan alam nyata sebagai tujuan akhir, sedangkan ajaran agama menjadikan alam nyata sebagai alat atau ayat untuk mengetahui kekuasaan Allah dan
untuk mengetahui alam gaib. Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa ajaran agama Islam datang untuk
mengarahkan pandangan yang sudah ada dalam masyarakat, kedalam wujudnya yang baru yaitu pemaduan alam nyata dengan alam gaib. Hal ini tampak pada kalimat akhir
yaitu : “ alam terkembang jadikan guru “
Dari kalimat diatas sudah terlihat adanya dasar pandangan itu, dimana alam nyata dijadikan guru dan tanda untuk mengetahui sesuatu yang berada di balik alam
itu. Oleh karena wujud alam gaib belum dikenal oleh adat Minangkabau sebelum
datangnya Islam. Maka usaha ajaran Islam dalam memberikan wujud alam gaib sesuai dengan akidah Islam, sehingga dapat cepat diterima oleh masyarakat adat
Minagkabau pada waktu itu. Menyangkut bidang politik dan susunan kemasyarakatan, penyesuaian
berjalan dengan lancar. Yaitu dengan tidak menghancurkan bangunan adat lama,
Universitas Sumatera Utara
bentuk baru diciptakan dengan cara memasukkan paham Islam. Cara penyesuain ini berarti bahwa Islam menambah dan menyempurnakan bangunan adat lama.
Islam menambah dan menyempurnakan bangunan adat lama yaitu menyangkut dengan bidang politik dan susunan kemasyarakatan. Dengan cara tidak
menghancurkan bangunan adat lama, bentuk baru diciptakan dengan cara memasukkan paham Islam.
Bentuk baru yang diciptakan oleh Islam dalam hal lembaga Raja Adat yang menurut asalnya mngurus hal-hal menyangkut dengan pemerintahan, disempurnakan
dengan mengadakan lembaga raja ibadat yang mengurus keagamaan. Selanjutnya raja adat khusus mengurus bidang adat dan bidang pemerintahan dipegang oleh raja alam.
Dengan demikian terbentuklah lembaga baru yang mashyur dengan sebutan “ Rajo nan Tigo Selo “, yaitu Raja adat di Buo, Raja Ibadat di Sumpur Kudus dan Raja Alam
di pusat pemerintahan yaitu Pagaruyung. Pemegang kekusaan eksekutif di samping adanya tiga raja tersebut dilakukan
oleh Dewan Menteri yang disebut “ Basa Ampek Balai “ atau tempat orang besar yaitu, Bandahara di Sungai Tarab, Indomo di Suaso, Tuan Kadi di Padang Ganting
dan Makhudum di Sumanik. Masuknya lembaga tuan Kadi yang menyelesaikan urusan keagamaan, adalah
merupakan integritas dengan tiga lembaga yang sudah ada sebelumnya, hingga lembaga dewan menteri mencapai bentuknya yang terpadu. Dalam hal ini bangunan
lama tetap dipertahankan dengan menambah bangunan baru menurut konsep Islam.
Universitas Sumatera Utara
Perbenturan yang berarti antara adat Minangkabau dengan Islam pada waktu mulanya penyiarannya adalah dalam bidang sosial, khusunya yang menyangkut
sistem kekerabatan yang menetukan bentuk perkawinan, pergaulan dan kediaman Dalam bidang sosial yang khusus itu, adat mempunyai prinsip yang menurut
lahirnya berbeda dengan ajaran Islam. Adat Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal, sedangkan Islam walaupun menurut petunjuk Al-Qur’an
adalah parental tetapi dipahami menurut patrilienal oleh sebagian dia antara mujtahid terdahulu disampaikan oleh pembawanya ke Minangkabau dalam pemahaman
demikian. Oleh karena kedua belah pihak berbeda dalam prinsip, maka persintuhan dan
penyesuaian berlangsung lama dan berlarut-larut. Dalam masa yang panjang menuju ke dalam bentuk yang terpadu dan serasi itu, berlakulah tahap-tahap sebagaimana
dijelaskan berikut ini, yaitu :
110
1. Tahap pertama