Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam yang dikeluarkan tertanggal 10 juni 1991.
Pernikahan bagi muslim di Indonesia yang mempergunakan Kompilasi Hukum Islam, yang memberikan definisi dari pernikahan secara tegas pada Pasal 2
Kompilasi Hukum Islam, yaitu : “ Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang
sangat kuat atau miitsaaqan gholidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakanya merupakan ibadah.”
Pengertian dari akad dalam Kompilasi Hukum Islam tertuang secara tegas dalam Pasal 1 huruf c, yaitu :
“ Rangkaian ijab yang diucapkan oleh wali dan Kabul yang diucapakan oleh mempelai pria atau wakilnya disaksikan oleh dua orang saksi. “
3. Walimah
Yang dimaksud dengan walimah adalah kenduri atau pesta yang dilaksanakan dalam perkawinan. Mengenai walimah ini dianjurkan oleh Rasulullah yang
diriwayatkan oleh anas dengan sabdanya : “ Semoga Allah memberkahimu, adakanlah walimah meskipun dengan seekor
kambing.” Oleh sebab itu mengadakan walimah hukumnya sunnat sedangkan orang yang
di undang pada upacara walimah hukumnya wajib untuk menghadirinya sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwatkan oleh H.R. Bukhori dan Muslim yang bunyinya sebagai berikut :
“ Seburuk-buruknya makanan adalah makanan walimah yang hanya dipanggil hanya orang-orang kaya, sedangkan orang-orang fakir di
tinggalkan. Siapa yang tidak memperkenankan undangan walimah maka sebenarnya ia telah maksiat kepada Allah dan Rasulnya. “
4. Mahar
Kata “ mahar” berasal dari bahasa Arab dan telah menjadi bahasa , mahar menurut kamus besar bahasa Indonesia
58
adalah pemberian wajib berupa uang atau barang dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan ketika dilangsungkan
akad nikah.
59
Definisi ini sesuai dengan tradisi yang berlaku di Indonesia di mana mahar diserahkan ketika berlangsungnya akad nikah.
Hukum pemberian mahar adalah wajib, dengan arti laki-laki yang mengawini seorang perempuan wajib menyerahkan mahar kepada isterinya itu dan berdosa suami
tidak menyerahkan mahar kepada isterinya. Dasar wajibnya menyerahkan mahar tersebut ditetapkan dalam Al-Qur’an
dalam surat an-Nisa ayat 4, yaitu : “ Berikanlah mahar kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai
pemberian penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada
58
. Kamus besar bahasa indonesia
59
. Sayuti Thalib, Op.cit, hal 68.
Universitas Sumatera Utara
kamu sebagian dari mahar itu dengan senang hati, maka makanlah pemberian itu sebagai makanan yang sedap lagi baik akibatnya.”
Dari adanya perintah Allah untuk memberikan mahar itu, maka ulama sepakat menetapkan hukum wajibnya memberi mahar kepada isteri. Tidak ditemukan dalam
literatur ulama yang menempatkan mahar sebagai rukun.
60
Para ulama sepakat menempatkan mahar sebagai syarat dalam perkawinan, dalam arti perkawinan tanpa
mahar dianggap tidak sah. Tentang semenjak kapan berlakunya kewajiban membayar mahar itu ulama
sepakat mengatakan bahwa dengan berlangsungnya akad nikah yang sah berlakulah kewajiban untuk membayar mahar yang ditentukan waktu akad.
Kompilasi Hukum Islam mengatur tentang mahar secar panjang lebar dalam pasal-pasal 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37 dan 38
61
yang hampir semuanya mengadopsi dari kitab fiqh menurut jumhur ulama.
5. Syarat Wali