2. Adanya ijab dan kabul
Akad nikah berasal dari kata-kata aqad yang berasal dari Al-Qur’an ‘aqdu Al-nikah dibaca “aqdun-nikah, tetapi memang telah biasa disebut dalam kata sehari-
hari di Indonesia dengan sebutan akad nikah.
54
Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang melangsungkan perkawinan dalam ijab dan Kabul. Ijab adalah penyerahan dari pihak
pertama, sedangkan qabul adalah penerimaan dari pihak kedua.
55
Maka akad nikah dengan ijab dan qabul tersebut adalah proses pernikahan dimana pihak pertama menyerahkan kepada pihak kedua, dan pihak kedua menerima
dari pihak pertama. Dalam hukum Islam sebagaimana terdapat dalam kitab-kitab fiqh akad
perkawinan itu bukanlah sekedar perjanjian yang bersifat perdata saja. Artinya perkawinan di pandang dalam hukum Islam bukan sekedar perjanjian saja.
Para ulama sepakat menempatkan ijab dan qabul itu sebagai rukun perkawinan. untuk sahnya suatu akad perkawinan disyaratkan beberapa syarat.
Diantara syarat-syarat tersebut ada yang disepakati ada yang tidak disepakati oleh para ulama, yaitu :
a. hukum ijab artinya penegasan kehendak mengikatkan diri dalam bentuk
perkawinan dan dilakukan oleh pihak perempuan ditujukan pada laki-laki atau calon suami. Sedangkan Kabul berarti penegasan penerimaan mengikatkan diri
54
. Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Universitas Indonesia, Jakarta, hal.63.
55
. Amir Syarifuddin, Op.cit. hal 61.
Universitas Sumatera Utara
sebagai suami isteri yang dilakukan oleh pihak laki-laki.
56
Atau dapat diartikan Ijab adalah penyerahan dari pihak perempuan kepada pihak laki-laki. Seperti
ucapan wali pengantin perempuan sebagai berikut: akad harus dimulai dengan ijab dan dilanjutkan dengan qabul. Dalam teknisnya sebagai berikut :
“ Saya nikahkan anak saya yang bernama si A kepadamu dengan mahar sebuah kitab suci Al-Qur’an”.
Qabul adalah penerimaan dari pihak laki-laki, seperti ucapan mempelai laki- laki, yaitu :
“ Saya terima menikahi anak Bapak yang bernama si A dengan mahar sebuah kitab suci Al-Qur’an.
b. Materi dari ijab dan qabul tidak boleh berbeda, seperti nama si perempuan secara
lengkap dan bentuk mahar yang disebutkan c.
ijab dan qabul diucapkan secara bersambungan tanpa terputus walaupun sesaat. d.
ijab dan qabul tidak boleh dengan menggunakan ungkapan yang bersifat membatasi masa berlangsungnya perkawinan, karena perkawinan itu ditujukan
untuk selama hidup. Ijab dan qabul mesti menggunakan lafaz yang jelas dan terang.
Akad perkawinan juga diatur dalam Kompilasi Hukum Islam dalam pasal 27, 28 dan 29 yang seluruhnya mengikuti apa yang terdapat dalam fiqh dengan rumusan
sebagai berikut : Pasal 27 Kompilasi Hukum Islam menyatakan sebagai berikut :
56
. Sayuti Thalib, Op.cit, hal.63.
Universitas Sumatera Utara
“Ijab dan kabul antara wali dan calon mempelai pria harus jelas beruntun dan tidak berselang waktu.”
Pasal 28 Kompilasi Hukum Islam menyatakan : “Akad nikah dilaksanakan sendiri secara pribadi oleh wali nikah yang
bersangkutan. Wali nikah mewakilkan kepada orang lain.” Pasal 29 Kompilasi Hukum Islam menyatakan :
1 Yang berhak mengucapkan kabul ialah calon mempelai pria secara pribadi.
2 Dalam hal-hal tertentu ucapan kabul nikah dapat diwakilkan kepada pria lain dengan ketentuan calon mempelai pria memberi kuasa yang tegas
secara tertulis bahwa penerimaan wakil atas akad nikah itu adalah untuk mempelai pria.
57
3 Dalam hal calon mempelai wanita atau wali keberatan calon mempelai pria diwakili, maka akad nikah tidak boleh dilangsungkan.
Dari uraian di atas tampak bahwa akad nikah diatur dalam kompilasi hukum Islam, sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh para ulama.
Pengaturan perkawinan dalam agam Islam selain di tentukan dalam kitab suci Al-Qur’an di Indonesia di atur pula dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia
57
. Dalam hal contoh kasus” jika seorang calon mempelai laki-laki dalam suatu keadaan tertentu tidak dapat menghadiri ijab dan qabul dikarenakan suatu hal yang tidak dapat dihadirkan sama
sekali, bisa dikarenakan tidak dalam suatu tempat atau daerah dengan tempat dilaksanakannya ijab dan qabul. Maka degan persetujuan mempelai wanita, ijab dan qabul tersebut dapat digantikan kepada pria
lain namun atas dasar penunjukan dari calon mempelai laki-laki”. Namun jika calon mempelai wanita mesarasa keberatan hal tersebut dapat dibatalkan.
Universitas Sumatera Utara
Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam yang dikeluarkan tertanggal 10 juni 1991.
Pernikahan bagi muslim di Indonesia yang mempergunakan Kompilasi Hukum Islam, yang memberikan definisi dari pernikahan secara tegas pada Pasal 2
Kompilasi Hukum Islam, yaitu : “ Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang
sangat kuat atau miitsaaqan gholidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakanya merupakan ibadah.”
Pengertian dari akad dalam Kompilasi Hukum Islam tertuang secara tegas dalam Pasal 1 huruf c, yaitu :
“ Rangkaian ijab yang diucapkan oleh wali dan Kabul yang diucapakan oleh mempelai pria atau wakilnya disaksikan oleh dua orang saksi. “
3. Walimah