Walaupun suami dalam keluarga tidak mempunyai kedudukan dalam masyarakat adat Minangkabau, tidak secara otomatis isteri adalah kepala keluarga.
Isteri hanya mempunyai kedudukan dalam keluarga, terutama dalam hal pengurusan anak dan harta pusaka. Yang menjadi pemimpin dalam keluarga adalah mamak yang
berasal dari klan isteri tersebut. Suami dalam hal kedudukan, mempunyai kedudukan keluar dalam keluarga.
Artinya suami berperan dalam keluarga asalnya atau klan ibunya. Namun tidak mempunyai hubungan atau kedudukan ke dalam dengan keluarga isterinya, karena
suami adalah tamu di klan isterinya. Sebagai tamu atau urang sumando di rumah isterinya, pada hakikatnya dia
tidak dibebani dengan tanggung jawab apapun dan tidak mempunyai kekuasaan penuh terhadap isteri dan anak-anaknya. Segala kebutuhan hidup bagi isteri dan anak-
anaknya diberikan oleh keluarga isterinya, namun hati nuraninya dan perasaan takut dipandang rendah oleh masyarakat sekelilingnya mendorong dia memberi nafkah
kepada isterinya.
2. Hubungan orang tua dengan anak
Seperti yang telah kita bahas pada bab sebelumnya, tujuan dari suatu perkawinan adalah membentuk suatu keluarga. Keluarga mempunyai peranan penting
dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan kesatuan masyarakat terkecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak.
Universitas Sumatera Utara
Anak merupakan persoalan yang selalu menjadi perhatian berbagai elemen masyarakat, bagaimana kedudukan dan hak-haknya dalam keluarga dan bagaimana
seharusnya ia diperlakukan oleh kedua orang tuanya, bahkan juga dalam kehidupan masyarakat dan negara melalui kebijakan-kebijakannya dalam mengayomi anak.
Anak dan orang tua mempunyai hubungan yang timbal balik dalam suatu keluarga. Hubungan timbal balik tersebut antara anak dan orang tua menyebabkan
adanya hak dan kewajiban antara orang tua dengan anak.
87
Hubungan timbal balik antara orang tua dengan anak sangat dipengaruhi oleh sistem kekerabatan yang dianut
oleh suatu keluarga. Anak dalam masyarkat adat Minangkabau adalah generasi penerus dari klan
ibunya, di karenakan ciri matrilineal yang dianut oleh masyarakat Minangkabau. Dimana ciri matrilineal menarik garis keturunan melalui garis ibu. Artinya anak-anak
adalah keturunan ibunya. Dalam susunan kekerabatan matrilineal dimana sistem pertalian keturunan
lebih dititik beratkan menurut garis keturunan perempuan,
88
maka yang lebih di utamakan adalah kedudukan anak perempuan dari pada anak laki-laki. Dengan
demikian anak-anak perempuan adalah penerus keturunan ibunya yang ditarik dari satu ibu asal, sedangkan anak-anak pria seolah-olah hanya berfungsi sebagai pemberi
bibit keturunan saja.
87
. Hilman Hadikusuma, Hukum Kekerabatan Adat, Fajar Agung, Jakarta, 1986, hal.33.
88
. Ibid, hal. 45.
Universitas Sumatera Utara
Didalam kekerabatan Minagkabau walaupun kekuasaan atas anak dan harta pusaka dipegang oleh keluarga wanita, tidak berarti bahwa pria atau suami itu tanpa
kekuasaan dalam kekerabatan. Seperti apa yang dinyatakan oleh pepatah adat yang berbunyi :
89
Rumah bertungganai, Kampong bertuan,
Suku berpenghulu. Maksud dari pepatah adat di atas rumah “bertungganai” adalah dalam suatu
rumah harus ada yang memimpin rumah yaitu mamak rumah. Sedangkan yang dimaksud dengan tua kampong atau penghulu adalah pria bukan wanita. Tetapi
kedudukan itu tidak dalam kerabat isterinya melainkan di dalam kerabat asalnya atau klan asalnya yaitu kerabat ibunya.
Dalam kerabat asalnya atau klan asalnya seorang pria mempunyai kedudukan atau hubungan dengan klan asalnya sebagai mamak yang mengurus keponakan, anak-
anak terhadap saudara wanitanya. Ia pun bertanggung jawab mengurus harta peninggalan orang tuanya bagi kelangsungan hidup anak kemenakannya.
Semua anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan dari saudara perempuan dipimpin oleh mamak saudara laki-laki tertua dari ibu, seperti juga si ayah
merupakan mamak bagi kemenakan-kemenakannya di dalam paruiknya. Anak-anak dari saudara perempuan di didik, diasuh dan dipimpin oleh
mamaknya, sehingga apabila anak-anak besar mereka juga akan membalas
89
. Ibid, hal. 46.
Universitas Sumatera Utara
guna kepada mamak mereka. Oleh karena itu timbullah kewajiban- kewajiban timbal balik antara mamak dan kemenakan.
Berdasarkan uraian prinsip garis keturunan matrilineal di atas, maka jelaslah bahwa pada masyarakat Minangkabau peranan seorang laki-laki sebagai ayah
terhadap anak-anaknya sangat kecil, sedangkan peranannya sebagai seorang mamak terhadap kemenakan-kemenakannya sangat menonjol.
Anak menurut masyarakat Minangkabau tidak mempunyai hubungan dalam arti satu klan atau generasi penerus dari klan ayahnya. Di katakan bukan penerus
garis keturunan ayahnya di karenakan ciri matrilineal yang dianut oleh orang Minangkabau.
Masyarakat matrilineal walaupun menarik garis keturunan melalui garis ibu, tetapi tidak dimunculkan pada penyebutan di belakang nama si anak.
90
Penarikan keturunan melalui garis ibu menjadi salah satu faktor penentu renggangnya hubungan
anak dengan ayahnya karena kekerabatan mereka berbeda. Menurut adat, anak-anak baik laki-laki maupun perempuan mengambil suku
ibunya. Ada perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan dalam suatu keluarga. Anak laki-laki sebagai pagar potensial son in law yang akan menjaga kelangsungan
kerabat itu. Sebaliknya pendidikan anak perempuan diarahkan sebagai pelanjut keturunan
yang akan mewarisi harta pusaka dan menjadi tumpuan bagi mamak atau anak laki- laki di rumah gadang.
90
. Yaswirman, hal.177
Universitas Sumatera Utara
Hubungan seorang ibu dengan anak-anaknya merupakan hubungan keluarga matrilineal menurut adat dan syara. Menurut adat, anak laki-laki dan perempuan
mengambil suku ibunya.
91
3. Harta bersama