Syarat Wali IDENTITAS PRIBADI

kamu sebagian dari mahar itu dengan senang hati, maka makanlah pemberian itu sebagai makanan yang sedap lagi baik akibatnya.” Dari adanya perintah Allah untuk memberikan mahar itu, maka ulama sepakat menetapkan hukum wajibnya memberi mahar kepada isteri. Tidak ditemukan dalam literatur ulama yang menempatkan mahar sebagai rukun. 60 Para ulama sepakat menempatkan mahar sebagai syarat dalam perkawinan, dalam arti perkawinan tanpa mahar dianggap tidak sah. Tentang semenjak kapan berlakunya kewajiban membayar mahar itu ulama sepakat mengatakan bahwa dengan berlangsungnya akad nikah yang sah berlakulah kewajiban untuk membayar mahar yang ditentukan waktu akad. Kompilasi Hukum Islam mengatur tentang mahar secar panjang lebar dalam pasal-pasal 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37 dan 38 61 yang hampir semuanya mengadopsi dari kitab fiqh menurut jumhur ulama.

5. Syarat Wali

Yang dimaksud dengan wali secara umum adalah seseorang yang karena kedudukannya berwenang untuk bertindak terhadap dan atas nama orang lain. Wali bertindak atas nama orang lain dikarenkan ketidak mampuan atau kekurangan orang yang diwakili tidak memungkinkan untuk bertindak secara hukum. 60 . Amir Syarifuddin, Op.cit, hal. 86. 61 . Lihat Kompilasi Hukum Islam. Universitas Sumatera Utara Dalam perkawinan wali adalah sesorang yang bertindak atas nama mempelai perempuan dalam suatu akad nikah. 62 Ada beberpa pendapat menganai wali dalam akad mengenai wajib tidaknya, yaitu : 63 1. Imam Syafi’i berpendapat bahwa perempuan yang kawin wajib memakai wali dan wali itu merupakan syarat bagi sahnya perkawinan itu. 2. Salah satu alasan yang dipergunakan untuk mengatakan syarat adanya wali pada pihak perempuan, bahwa sahnya perkawinan dari pihak perempuan harus ada wali. 3. Ajaran Hanafi menyatakan bahwa wali untuk mengkawinkan wanita yang telah dewasa tidaklah menjadi syarat. Sehingga seorang yang telah dewasa baik gadis maupun janda adalah sah mengikatkan dirinya dalam perkawinan. Izin wali adalah sangat diperlukan dalam suatu perkawinan. Haizairin juga menyatakan, bahwa wali bukanlah syarat bagi sahnya perkawinan seorang perempuan yang telah dewasa itu. Wali menurut Hazairin di pandang dari segi hukum, bagi wanita yang telah dewasa tidak menjadi syarat sahnya pengikatan diri dalam perkawinan, akan tetapi alangkah baiknya menggunkan wali dalam ijab dan Kabul. 4. Izin wali adalah sangat diperlukan dalam suatu perkawinan. tetapi soal wali ini hanya ditujukan kepada pengantin perempuan saja. 62 . Pasal 19 Kompilasi Hukum Islam, wali nikah dalam perkawinan merupakan rukun yang harus dipenuhi bagi calon mempelai wanita yang bertindak menikahkannya. 63 . Sayuti Thalib, Op.cit. hal 64. Universitas Sumatera Utara Orang-orang yang berhak menjadi wali ada tiga kelompok, yaitu wali nasab, wali mu’thiq dan wali hakim 64 . Wali nasab adalah wali yang berhubungan tali kekeluargaan dengan perempuan yang akan menikah. Wali mu’thiq adalah orang yang menjadi wali terhadap perempuan bekas hamba sahaya yang dimerdekakanya. Sedangkan wali hakim adalah orang yang menjadi wali dalam kedudukannya sebagai hakim atau penguasa. Kompilasi Hukum Islam mengatur tentang wali nasab pada Pasal 21, yaitu : a Wali nasab terdiri dari empat kelompok dalam urutan kedudukan, kelompok yang satu didahulukan dan kelompok yang lain sesuai erat tidaknya susunan kekerabatan dengan calon mempelai wanita. Pertama, kelompok kerabat laki-laki garis lurus keatas yakni ayah, kakek dari pihak ayah dan seterusnya. Kedua, kelompok kerabat saudara laki-laki kandung atau saudara laki-laki seayah, dan keturunan laki-laki mereka. Ketiga, kelompok kerabat paman, yakni saudara laki-laki kandung ayah, saudara seayah dan keturunan laki-laki mereka. Keempat, kelompok saudara laki-laki kandung kakek, saudara laki-laki seayah dan keturunan laki-laki mereka. b Apabila dalam satu kelompok wali nikah terdapat beberapa orang yang sama- sama berhak menjadi wali, maka yang paling berhak menjadi wali ialah yang lebih dekat derajat kekerabatannya dengan calon mempelai wanita. 64 . Amir Syarifuddin, Op.cit.hal 75. Universitas Sumatera Utara c Apabila dalam satu kelompok sama derajat kekerabatan maka yang paling berhak menjadi wali nikah ialah karabat kandung dari kerabat yang seayah. d Apabila dalam satu kelompok, derajat kekerabatannya sama yakni sama-sama derajat kandung atau sama-sama dengan kerabat seayah, mereka sama-sama berhak menjadi wali nikah, dengan mengutamakan yang lebih tua dan memenuhi syarat-syarat wali. Maka mengenai urutan perwalian secara tegas dinyatakan dalam Kompilasi Hukum Islam, mengenai bagaiamana urutan penggunaan wali. Mengenai wali hakim, diatur dalam Pasal 23 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam. Diamana kedudukan wali hakim baru bisa digunakan apabila wali nasab tidak ada atau tidak mungkin untuk mnghadirkannya. Dengan demikian dapat kita lihat, urutan kedudukan wali adalah berurut, apabila wali nasab tidak ada maka kedudukan nya dapat digantikan oleh wali hakim 65 untuk menjadi wali perempuan yang hendak melangsungkan pernikahan.

6. Saksi

Dokumen yang terkait

Perkawinan Dibawah Umur Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Hukum Adat Serta Kompilasi Hukum Islam

6 131 125

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN BEDA AGAMA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ISLAM

0 9 14

Pengaturan Usia Perkawinan Dalam Undang undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Perspektif Politik Hukum Islam

0 6 177

NIKAH TAFWIDH MENURUT HUKUM ISLAM DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM.

1 5 1

Sanksi Adat Dalam Perkawinan Sesuku Di Minangkabau dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Hukum Adat Minangkabau.

0 1 1

PERBANDINGAN HUKUM PERKAWINAN DIBAWAH UMUR ANTARA HUKUM ADAT MADURA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMER 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN.

0 6 38

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN A. Pengertian Perkawinan Dan Asas Perkawinan Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam 1. Pengertian Perkawinan Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 - Pelaksanaa

0 0 42

PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ADAT SERTA KOMPILASI HUKUM ISLAM SKRIPSI

0 0 13

TESIS PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT HUKUM KANONIK KATOLIK DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

0 0 14

BAB IV ANALISIS PENGATURAN USIA PERKAWINAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN PERSPEKTIF POLITIK HUKUM ISLAM - Pengaturan Usia Perkawinan Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Perspektif Politik Hukum Islam. - Ra

0 0 37