Eksekusi Hak Eksekutorial Kreditur Preferen Dalam Kepailitan Debitor

Pasal 21 UUHT menetapkan bahwa Apabila pemberi hak tanggungan dinyatakan pailit, pemegang hak tanggungan tetap berwenang melakukan segala hak yang diperolehnya menurut Ketentuan Undang-Undang ini. Adapun Pasal 6 UUHT menegaskan bahwa jika debitur cidera janji wanprestasi maka pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri memalalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutannya dari hasil penjualan. Hal ini berarti pemenuhan atas hak tanggungan terhadap kreditur tidak dibatasi oleh jangka waktu tertentu.

A. Pengertian Eksekusi dan Harta Pailit

1. Eksekusi

Pada dasarnya pelaksanaan putusan atau eksekusi merupakan suatu pelaksanaan terhadap suatu putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap yang dilakukan dengan bantuan pengadilan. Eksekusi objek jaminan adalah pelaksanaan hak kreditur pemegang hak jaminan terhadap objek jaminan apabila terjadi perbuatan ingkar wanprestasi oleh debitur dengan cara penjualan benda objek jaminan untuk melunasi piutangnya. 87 Hak untuk melaksanakan pemenuhan hak kreditur ini dilakukan dengan cara menjual benda objek jaminan yang hasilnya digunakan sebagai pelunasan piutang krediturnya. Eksekusi sebagai tindakan hukum yang dilakukan oleh pengadilan kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara, merupakan 87 Djuhaendah Hasan. Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain Yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Asas Horizontal: Suatu Konsep Menyongsong Lahirnya Lembaga Hak Tanggungan. Bandung: Citra Aditya, 1996. hal 320 Universitas Sumatera Utara aturan dan tata cara lanjutan dari proses pemeriksaan perkara. 88 Suatu putusan pengadilan tidak ada artinya apabila tidak dapat dilaksanakan. Oleh karena itu putusan hakim mempunyai kekuatan eksekutorial, yaitu kekuatan untuk dapat dilaksanakan apa yang ditetapkan dalam putusan itu secara paksa oleh alat-alat negara. 89 Pedoman eksekusi merujuk kepada HIR atau RBg, dimana pasal-pasal yang masih efektif diberlakukan adalah pasal 195 HIR sd pasal 208 HIR dan pasal 224 HIR atau pasal 206 RBg sampai pasal 240 RBg dan pasal 258 RBg. Selain pasal- pasal tersebut terdapat juga pasal 225 HIR atau pasal 259 RBg yang mengatur eksekusi tentang putusan pengadilan menghukum tergugat untuk melakukan suatu perbuatan tertentu. Eksekusi adalah 90 Melaksanakan putusan yang sudah tidak dapat diubah lagi itu, ditaati secara sukarela oleh pihak yang bersengketa dan atau Eksekusi adalah Pelaksanaan putusan pengadilan atau salinan akta-akta yang mempunyai kekuatan eksekutorial. 91 Hukum eksekusi adalah hukum yang mengatur tentang pelaksanaan hak-hak kreditur dalam suatu perjanjian kredit utang-piutang yang dijamin dengan harta kekayaan tertentu milik debitor, apabila debitor tersebut ternyata tidak memenuhi prestasinya. 92 Jadi di dalam makna perkataan eksekusi sudah mengandung arti pihak yang kalah mau tidak mau harus mentaati putusan itu secara sukarela, 88 M. Yahya Harahap. Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata. Jakarta: Sinar Grafika, 2006. Hal 1 89 Sudikno Mjertokusumo. Hukum Perdata di Indonesia. Yogyakarta: Liberty, 1993. Hal 208 90 R Subekti. Hukum Acara Perdata, cet. 3. Bandung: Binacipta, 1989. Hal. 130 91 Rudhy A. Lontoh, et. al.,Op. Cit. Hal 540 92 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan., Op. Cit. Hal 31 Universitas Sumatera Utara sehingga putusan itu harus dipaksakan kepadanya dengan bantuan kekuatan umum, dimana kekuatan umum ini berarti polis. Sedangkan Hukum yang mengatur cara dan syarat-syarat yang dipakai oleh alat-alat negara guna membantu pihak yang berkepentingan untuk menjalankan putusan hakim, apabila pihak yang kalah tidak bersedia memenuhi bunyinya putusan dalam waktu yang ditentukan 93 . Suatu putusan hakim yang dapat dieksekusi harus putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap in kracht van gewijsde yaitu apabila tidak ada lagi upaya hukum biasa yang dipergunakan yaitu perlawanan, banding dan kasasi. Karena dengan memperoleh kekuatan hukum yang tetap maka putusan itu tidak dapat lagi diubah, sekalipun dengan pengadilan yang lebih tinggi, kecuali dengan upaya hukum yang khusus, yaitu request civil dan perlawanan oleh pihak ketiga. Dalam suatu putusan yang telah berkekuatan hukum yang tetap telah terkandung wujud hubungan hukum yang tetap dan pasti antara pihak yang berperkara sehingga putusan tesebut harus ditaati dan harus dipenuhi oleh para pihak. Cara menaati dan memenuhi hubungan hukum yang ditetapkan dalam amar putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap, yaitu dapat dilakukan atau dijalankan secara sukarela oleh pihak tergugat dan bila enggan menjalankan putusan secara sukarela, hubungan hukum yang ditetapkan dalam putusan harus dilaksanakan dengan paksa dengan jalan bantuan hukum. Tetapi tidak selalu hanya putusan yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap yang dapat dieksekusi, menurut ketentuan pasal 180 HIR191 RBg, hakim di 93 R. Soepomo. Hukum Acara Pengadilan Negeri, cet. 9. Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1986. Hal. 119. Universitas Sumatera Utara izinkan untuk menjalankan putusannya terlebih dahulu walaupun belum berkekuatan hukum tetap yang disebut dengan putusan serta merta uitvoerbaar bij vooraad. Putusan serta merta tersebut dianut dalam UUK dan PKPU, diatur dalam pasal 8 ayat 7: “Putusan atas permohonan pernyataan pailit sebagaimana dimaksud pada ayat 6 yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum dan dapat dilaksanakan terlebih dahulu, meskipun terhadap putusan tersebut diajukan suatu upaya hukum”. Adanya putusan serta merta ini disebabkan pembentuk undang-undang menginginkan agar putusan pernyataan pailit dapat secepatnya dilaksanakan. Pelaksanaan putusan secara serta merta ini dapat menimbulkan masalah hukum nantinya apabila terhadap putusan pailit tersebut dimintakan upaya hukum, baik Kasasi ataupun Peninjauan Kembali dan kemudian permintaan tersebut dikabulkan oleh Mahkamah Agung dan putusan Pengadilan Niaga dibatalkan sedangkan Kurator telah melakukan pengurusan dan atau pemberesan atas harta pailit tersebut, misalnya: telah dilakukan penjualan terhadap sebagian harta pailit kepada pihak ketiga, apakah pihak ketiga harus mengembalikan barang tersebut, Bagaimana bila barang tersebut sudah dijual oleh pihak ketiga. Menyikapi hal tersebut pasal 16 ayat 2 UUK dan PKPU mengatur bahwa dalam hal putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai akibat adanya kasasi atau peninjauan kembali, segala perbuatan yang telah dilakukan oleh kurator sebelum atau pada tanggal kurator menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan, tetap sah Universitas Sumatera Utara dan mengikat debitor. Namun walaupun undang-undang telah mengatur bahwa perbuatan pengurusan atau pembereresan kurator tetap sah dan mengikat debitor walau dilakukan upaya hukum tapi tetap tidak dapat dihindari kemungkinan terjadinya kerugian bagi kelangsungan usaha debitor setelah pembatalan putusan pernyataan pailit oleh Mahkamah Agung karena bisa saja yang berhasil dijual oleh kurator tersebut adalah asset yang diperlukan untuk kelangsungan usaha debitor. Sebaiknya undang-undang menentukan bahwa yang boleh dilakukan kurator terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit itu adalah tugas pengurusan dan pemberesan atas harta pailit kecuali melakukan penjualan harta tetap yang merupakan harta yang mutlak diperlukan bagi kegiatan usaha atau bisnis debitor, yang tanpa dimilikinya lagi harta itu oleh Debitor maka tidak mungkin lagi bagi Debitor untuk dapat melanjutkan usaha atau bisnisnya seandainya putusan pernyataan pailit itu dibatalkan. 94 Dalam perkara kepailitan, yang melaksanakan putusan pailit dalam hal pengrusan dan atau pemberesan terhadap harta pailit adalah Kurator bukan Ketua Pengadilan dan dalam perkara kepailitan tidak ada yang memimpin eksekusi, sebab UU Kepailitan hanya menyatakan bahwa dalam melakukan pemberesan dan pengurusan harta pailit, Kurator diawasi oleh Hakim Pengawas. 95 Tujuan akhir dari kepailitan adalah menjadikan harta pailit menjadi uang untuk kemudian dipakai untuk membayar seluruh utang debitor pailit secara adil merata berimbang menurut 94 Sutan Remi Sjahdeini. Op.Cit., Hal.256-257. 95 Parwoto Wignyosumarto. Peran dan Tugas Hakim Pengawas; Kepailitan dan Transfer Aset Secara Melawan Hukum, Prosiding. Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2004. Hal. 180. Universitas Sumatera Utara tingkatan dan sifat utang masing-masing di bawah pengawasan Hakim Pengawas 96 dimana orang yang mempunyai tugas melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit adalah Kurator, maka perlu diketahui pekerjaan yang harus dilakukan oleh Kurator adalah: 97 1. Menginventarisir harta kekayaan debitor pailit untuk kemudian menentukan mana yang masuk harta pailit, mana yang bukan, mengingat adanya pengecualian yang diatur dalam undang-undang. 2. Membuat daftar kreditur dari debitor pailit dengan menyebutkan sifat dan jumlah utang debitor atau piutang kreditor beserta nama dan tempat tinggalnya. 3. Mengadakan verifikasi dari piutang kreditur dari debitor pailit dalam rapat verifikasi yang dipimpin oleh Hakim Pengawas. 4. Membuat daftar pembayaran piutang pada kreditor sesuai peraturan hukum yang berlaku tingkatan para kreditor. Dalam hal pemberesan harta pailit dapat terlihat bahwa tugas kurator sangat berat karena kurator bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaiannya dalam menjalankan tugas pengurusan danatau pemberesan yang yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit. Sehubungan dengan hal tersebut maka kurator dapat digugat dan wajib membayar ganti kerugian apabila karena kelalaiannya atau 96 Elijana. Inventarisasi dan Verifikasi Dalam Rangka Pemberesan Boedel Pailit; Undang- Undang Kepailitan dan Perkembangannya, Prosiding. Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2004. Hal 273 97 Ibid Universitas Sumatera Utara terutama karena kesengajaannya telah menyebabkan harta pailit mengalami kerugian. Dalam transaksi perkreditan atau peminjaman uang, terdapat dua jenis perikatan ditinjau dari pemenuhan pembayaran kembali uang yang dipinjam. 98 Pertama, transaksi kredit “tanpa jaminan” atau unsecured transaction: 1. Tidak ada jaminan not guaranteed atau tidak ada perlindungan not protected atas pemenuhan pembayaran kembali utang; 2. Pelunasan pembayaran kembali utang tidak dijamin dengan sesuatu barang yang sama atau melebihi jumlah pinjaman; 3. Ditinjau dari berbagai aspek, transaksi tersebut dapat dikategorikan: a. Utang tanpa jaminan unsecured debt, apabila dilihat dari aspek bisnis; b. Tuntutan tanpa jaminan unsecured claim, dan krediturnya dikategorikan kreditur tanpa jaminan unsecured creditor, apabila dilihat dari aspek yuridis. Kedua, transaksi kredit yang “dilindungi jaminan” atau “secured transaction”: 1. Terhadap utang atau pinjaman, debitur memberi barang jaminan sebagai perlindungan pemenuhan pembayaran kepada kreditur; 2. Apabila debitor ingkar janji atau lalai memenuhi pembayaran utang sebagaimana mestinya sesuai dengan perjanjian, pemenuhan dapat dipaksa imposed dengan jalan eksekusi barang jaminan melalui “penjualan lelang” oleh kreditur atau pengadilan: 98 M. Yahya Harahap., Op.Cit., Hal 179 Universitas Sumatera Utara a. Transaksi utang dilindungi jaminan secured debt, dan kreditur berada dalam posisi terjamin secured creditor, apabila dilihat dari segi bisnis; b. Tuntutan pemenuhan pembayaran utang dilindungi barang jaminan, sehingga dikategori “secured claim” dengan jalan menjual atau mengeksekusi barang jaminan melalui pengadilan.

2. Harta Pailit