Hak Atas Jaminan Yang Bersifat Preferen

c. Segala uang yang diberikan kepada debitor pailit untuk memenuhi suatu kewajiban memberi nafkah menurut undang-undang; d. Suatu jumlah yang ditentukan oleh Hakim Pengawas dari pendapatan hak nikmat hasil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 311 KUHPerdata, untuk membiayai beban-beban yang disebutkan dalam Pasal 312 KUHPerdata; e. Tunjangan yang oleh debitor pailit berdasarkan Pasal 318 KUHPerdata, diterima dari pendapatan anak-anaknya.

B. Eksekusi Terhadap Harta Pailit

1. Hak Atas Jaminan Yang Bersifat Preferen

Dalam melaksanakan eksekusi atas harta pailit, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah hak-hak yang dimiliki oleh kreditur pemegang hak jaminan preferen atas kebendaan milik debitur pailit. 102 Dalam KUHPerdata terdapat dua hak preferen, yaitu yang memberikan hak mendahulu kepada kreditur pemegang hak preferen tersebut untuk memperoleh pelunasan utang-utang debitor dengan cara menjual secara lelang kebendaan yang dijaminkan kepada kreditur tersebut secara preferen. Hak-hak tersebut adalah: 103 102 Ibid 103 Ibid Universitas Sumatera Utara 1. Hak gadai atas kebendaan yang bergerak, baik berwujud maupun tidak berwujud; 2. Hipotik atas kebendaan tidak bergerak bukan tanah, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Dengan diberlakukannya UU No.4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah dan UU No.42 tentang Jaminan Fidusia, maka hak preferen tersebut secara formal bertambah dua dengan Hak Tanggungan yang merupakan jaminan preferen atas tanah dan kebendaaan yang melekat diatasnya, yang merupakan pengganti ketentuan mengenai hipotik dan creditverband yang telah dihapuskan dengan berlakunya UUHT tersebut, dan Fidusia yang berlaku untuk kebendaaan lainnya yang tidak dapat dimainkan menurut peraturan perundang-undangan yang disebut terdahulu. Namun demikian, sebagai bahan perbandingan, dapat dilihat ketentuan tentang kedudukan Negara sebagai kreditur preferen sebagaimana diatur dalam UU Perpajakan. Penjelasan Pasal 21 ayat 1 UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994, menetapkan kedudukan Negara sebagai kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai hak mendahulu atas barang-barang milik penanggung pajak yang akan dilelang dimuka umum. Setelah utang pajak dilunasi baru diselesaikan pembayaran kepada kreditur lainnya, maksudnya adalah untuk memberi kesempatan kepada pemerintah untuk mendapatkan bagian lebih dahulu dari kreditur lain atas pelelangan Universitas Sumatera Utara barang-barang milik penanggung pajak dimuka umum guna menutupi atau melunasi hutang pajaknya. Hak mendahulu dalam utang pajak ini ditegaskan kembali dalam Pasal 19 UU No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, yang menyebutkan: Hak mendahulu untuk piutang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap: a. Biaya perkara yang semata-mata disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak maupun barang tidak bergerak; b. Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud; dan c. Biaya perkara yang semata-mata disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu warisan. Penyitaan tidak dapat dilaksanakan oleh jurusita pajak terhadap barang yang telah disita oleh Pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang, tentu dalam hal tersebut termasuk perusahaan yang telah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga. Terhadap perusahaan yang telah dinyatakan pailit maka jurusita pajak menyampaikan salinan Surat Paksa kepada Pengadilan Niaga maupun kepada kurator untuk menentukan pembagian hasil penjualan dimaksud berdasarkan ketentuan hak mendahulu Negara untuk piutang pajak sebagai kreditur preferen. Cara lain yang dapat dilakukan oleh jurusita pajak yaitu melakukan tindakan Penagihan seketika dan Universitas Sumatera Utara sekaligus. 104 Kemudian Penagihan seketika dan sekaligus dipertegas lagi dalam Pasal 6 UU No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, yaitu dapat dilakukan antara lain: 1. Terdapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan membubarkan badan usahanya atau berniat untuk itu; 2. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara atau; 3. Terjadi penyitaan atas barang penanggung pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan.

2. Eksekusi Jaminan Preferen