oleh mereka. Maka sahnya pembebanan hak tanggungan dipersyaratkan, bahwa wajib disebut secara jelas piutang mana dan sampai sejumlah berapa
yang dijaminkan serta benda-benda yang mana dijadikan jaminan. d.
Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. Jika debitor cidera janji maka kreditur pemegang hak tanggungan behak untuk melelang objek yang
dijadikan jaminan sebagai pelunasan piutangnya. Kepastian pelaksanaan eksekusi tersebut yang menjadi ciri hak tangungan, dengan disediakannya
cara-cara yang lebih mudah daripada memalui acara gugatan seperti perkara perdata biasa.
2. Objek Hak Tanggungan
Objek hak tanggungan terdiri atas hak-hak atas tanah serta benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Secara normatif, objek hak tanggungan telah disebutkan di
dalam Pasal 4 dan Pasal 27 UUHT, yaitu: a.
Objek hak tanggungan yang ditunjuk oleh Undang-Undang Pokok Agraria terdiri dari:
1. Hak milik;
2. Hak Guna Usaha; dan
3. Hak Guna Bangunan.
b. Objek hak tanggungan yang ditunjuk oleh Undang-Undang Nomor 16
Tahun 1985 tentang Rumah Susun terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
1. Rumah susun yang berdiri sendiri diatas tanah hak milik, hak guna
bangunan dan hak pakai yang diberikan oleh negara 2.
Hak milik atas satuan rumah susun yang bangunannya berdiri di atas tanah hak-hak yang disebutkan diatas.
c. Objek hak tanggungan yang ditunjuk oleh Undang-Undang Hak
Tanggungan, yaitu Hak Pakai atas Tanah Negara, karena menurut ketentuan undang-undang, tanah-tanah tersebut wajib di daftarkan dan menurut sifatnya
dapat dipindah tangankan, hal ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar hak pakai dimungkinkan menjadi agunan, yang dalam UUPA tidak
ditunjuk sebagai objek hak tanggungan dan oleh UUHT kebutuhan tersebut akhirnya ditampung dengan menetapkan hak pakai juga sebagai objek hak
tanggungan. Dalam penjelasan umum UUHT dikemukakan bahwa terhadap hak pakai atas
tanah Negara, yang walaupun wajib didaftar karena sifatnya tidak dapat dipindah tangankan bukan merupakan objek hak tanggungan. Hak pakai yang demikian
contohnya adalah hak pakai atas nama pemerintah, hak pakai atas nama Badan Keagamaan dan Sosial, dan hak pakai atas nama Perwakilan Negara Asing. Tanah
hak milik yang sudah di wakafkan, tanah-tanah yang dipergunakan untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya, walaupun didaftar, karena sifat dan tujuannya
tidak dapat dipindah tangankan, maka tidak dapat dibebani hak tanggungan.
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian tersebut, maka objek hak tanggungan atas hak-hak atas tanah adalah:
a. Hak Milik;
b. Hak Guna Usaha;
c. Hak Guna Bangunan;
d. Hak Pakai atas tanah Negara yang menurut sifatnya dapat dipindah
tangankan; dan e.
Hak Pakai atas Hak Milik. Objek hak tanggungan atas benda-benda yang berkaitan dengan tanah,
menurut Pasal 4 ayat 4 UUHT, bahwa hak tanggungan tidak dapat dibebankan pada hak atas tanahnya saja, tetapi dapat pula berikut bangunan, tanaman, dan hasil kaya
yang merupakan suatu kesatuan dengan tanah tersebut, atau di dalam UUHT disebut “benda-benda yang berkaitan dengan tanah”. Pembebanan hak tanggungan atas
benda-benda yang berkaitan dengan tanah itu hanya terjadi bila dengan tegas dinyatakan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan. Bila tidak
dinyatakan secara tegas, maka hak tanggungan hanya terjadi atas tanahnya saja. Hal ini adalah sesuai dengan asas pemisahan horizontal yang dianut oleh Hukum Tanah
Nasional. Sebagaimana diketahui, KUHPerdata menganut asas perlekatan, sedangkan UUHT menganut asas pemisahan horizontal. UUHT menganut asas pemisahan
horizontal karena UUHT merupakan derivatif dari Undang-Undang Pokok Agraria yang berdasarkan Hukum Adat. Hukum tanah berdasarkan hukum adat menganut
Universitas Sumatera Utara
asas pemisahan horizontal,
72
oleh karena itu segala benda yang merupakan satu kesatuan dengan tanah yang telah dibebani dengan hak tanggungan itu tidak dengan
sendirinya tidak demi hukum terbebani pula dengan hak tanggungan yang dibebankan atas tanah tersebut. Asas pemisahan horizontal akan lebih bermanfaat
terutama bagi masyarakat kecil, selain itu asas pemisahan horizontal akan dapat memecahkan masalah pemasaran rumah kepada warga Negara asing karena dengan
asas pemisahan horizontal dimana bangunan juga rumah terpisah dari hak atas tanah maka warga Negara asing dapat memiliki rumah saja, tetapi tidak hak atas tanahnya.
3. Subjek Hukum Hak Tanggungan