Masyarakat Jawa juga mengenal dulur sak kapal atau saudara satu kapal. Karena seluruh masyarakat Jawa yang ada di Desa ini dulunya adalah perantauan
yang mengadu nasib di negeri orang, dimana pada awalnya mereka tidak saling kenal. Mereka berkenalan ketika berada satu kapal yang membawa mereka ke
tempat mereka merantau lalu bersama-sama merasa senasib sepenanggungan selama dikapal dan di daerah mereka merantau. Kapal merupakan sarana angkutan
mereka menuju wilayah Sumatera Utara ini. Dengan istilah saudara Satu Kapal maka akan semakin mempererat hubungan mereka. Bagi masyarakat Jawa
saudara satu kapal ini sama dekatnya dengan saudara kandung. Karena hanya merekalah yang saling mengenal dalam perantauan mereka.
Istilah saudara satu kapal saat ini sudah jarang digunakan oleh masyarakat muda di Desa ini. Istilah ini hanya digunakan oleh masyarakat yang sudah lanjut
usia saja kepada teman sesama perantauan mereka dahulu. Namun meskipun demikian mereka tetap saja menganggap saudara satu kapal mereka seperti
saudara kandung sendiri sampai dengan saat ini.
2.7.2. Organisasi Kemasyarakatan
Di desa Tanjung Jati masyarakatnya mempunyai beberapa organisasi sosial seperti organisasi perempuan yaitu kelompok pengajian at,taqwa. organisasi
kepemudaan seperti AMPG, PK dan PP. Selain itu ada pula organisasi keagamaan seperti Serikat Tolong Menolong STM.
Untuk organisasi kepemudaan di desa Tanjung Jati ini sifatnya hanya berupa organisasi hura-hura saja sebab tidak memiliki kegiatan yang berarti.
Sedangkan untuk organisasi STM organisasi ini berjalan dengan baik, terlihat dari rata-rata penduduk dengan kesadarannya sendiri ikut bergabung di organisasi ini.
Mereka menganggap banyak keuntungan yang bisa diperoleh dengan bergabung diorganisasi ini, hanya dengan membayar uang iyuran yang relatif kecil mereka
dapat menggunakan fasilitas ketika ada kegiatan yang akan mereka lakukan. Biasanya fasilitas yang dapat mereka gunakan itu adalah berupa teratak tenda
untuk pesta, kain tabir yang dipergunakan untuk orang meninggal, dan seperangkat alat makan seperti piring, gelas, kursi dan lainnya.
BAB III UPACARA TEDHAK SITEN
Sebelum melihat lebih jauh mengenai upacara Tedhak Siten terlebih dahulu kita harus mengetahui bagaimana upacara Tedhak Siten tersebut, seperti
perlengkapannya, pihak-pihak yang terlibat, juga latar belakang sejarahnya. Suatu tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat merupakan warisan dari para
pendahulu mereka, tradisi tetap dilakukan oleh masyarakat karena mereka melihat makna atau nilai-nilai yang terkandung serta manfaat dari tradisi tersebut,
terutama dari segi isi dan pesan yang terkandung dalam sejarahnya. Dengan memahami sejarah dari suatu tradisi maka masyarakat penerus suatu tradisi
tersebut akan mengetahui mengapa tradisi itu dibuat dan apa tujuannya. Dari sejarahnya penerus juga dapat memahami makna atau nilai-nilai yang
disampaikan dan manfaatnya bagi mereka, sehingga para pendukungnya melakukan hal tersebut.
Selain mengetahui sejarah asal mula suatu tradisi hal yang tak kalah pentingnya adalah memahami apa sebenarnya tradisi tersebut, seperti halnya
upacara Tedhak Siten. Sebelum mengetahui lebih jauh mengenai makna upacara Tedhak Siten bagi masyarakat pendukungnya akan sangat penting jika terlebih
dahulu memahami arti dari Tedhak Siten tersebut dan bagaimana pelaksanaannya. Untuk itu pada Bab ini akan diuraikan mengenai defenisi atau pengertian dari
Tedhak Siten tersebut, sejarah mengapa Tedhak Siten dilaksanakan, perlengkapan atau unsur-unsur yang mendukung pelaksanaan Tedhak Siten dan bagaimana
pelaksanaan upacara Tedhak Siten itu sendiri.