Analisis Pendapatan Sistem Integrasi Usahatani Salak Pondoh dan Kambing Peranakan Etawa di Desa Girikerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta

(1)

HASTIN RAHMAWATI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

ANALISIS PENDAPATAN SISTEM INTEGRASI USAHATANI SALAK

PONDOH DAN KAMBING PERANAKAN ETAWA DI DESA

GIRIKERTO KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pendapatan Sistem Integrasi Usahatani Salak Pondoh dan Kambing Peranakan Etawa di Desa Girikerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Hastin Rahmawati NIM H44090057


(4)

ABSTRAK

HASTIN RAHMAWATI. Analisis Pendapatan Sistem Integrasi Usahatani Salak Pondoh dan Kambing Peranakan Etawa di Desa Girikerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT

Usahatani integrasi merupakan alternatif usahatani yang potensial dalam rangka mengintensifkan lahan pertanian agar lebih optimal. Usahatani integrasi bertujuan meningkatkan pendapatan petani dalam mengatasi penggunaan lahan yang semakin kompetitif. Sektor peternakan menjadi salah satu pilihan petani agar dapat memanfaatkan sumberdaya secara efektif dan efisien. Usahatani integrasi ini telah berkembang di Desa Girikerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta antara tanaman salak pondoh dan ternak kambing peranakan etawa (PE). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola integrasi antara tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE, mengestimasi pendapatan petani sistem integrasi antara tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE dibandingkan dengan pendapatan petani salak yang tidak mengintegrasikan tanamannya dengan kambing PE dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan integrasi antara tanaman salak dan ternak kambing PE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi antara tanaman salak dan ternak kambing PE membentuk pola yang sederhana. Petani memanfaatkan kotoran ternak kambing sebagai pupuk kandang di kebun salak sedangkan daun salak menjadi pakan tambahan untuk ternak kambing PE. Pola integrasi ini belum melibatkan proses pengolahan terhadap limbah dari masing-masing usahatani. Petani integrasi memperoleh pendapatan lebih besar dibandingkan petani non integrasi dengan nilai masing-masing sebesar Rp 6.654.941 per tahun dan Rp 2.985.526 per tahun. Faktor utama yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan sistem usahatani integrasi yaitu pendidikan, luas lahan salak dan umur petani.

Kata kunci: Faktor Penentu Sistem Usahatani Integrasi, Kambing Peranakan Etawa, Pendapatan Petani, Salak Pondoh, Sistem Usahatani Integrasi


(5)

ABSTRACT

HASTIN RAHMAWATI. Income Analysis of Integrated Farming System between Salak Pondoh and Etawa Breed Goats in Girikerto Village, Turi Subdistrict, Sleman Regency, Yogyakarta. Supervised by YUSMAN SYAUKAT

Integrated farming is a potential alternative system to intensify agricultural

land to be more optimally used. Integrated farming aims to improve farmers’

income in addressing land use which has been increasingly competitive. The livestock sector becomes one of the options that can be developed in order to utilize resources effectively and efficiently. This integrated farming system has been applied between salak pondoh plants and etawa breed goats in Girikerto Village, Turi Subdistrict, Sleman Regency, Yogyakarta. Research objectives of this study were to identify the integration patterns between salak pondoh plants and etawa breed goats, to compare the income of farmers who undertake the integration system and who don’t, and also to identify the factors that influence farmers’ decisions to perform the integration between salak pondoh plants and etawa breed goats. The results showed that the integration system formed a

simple pattern. Farmers utilized the goat’s manure as fertilizers for the salak pondoh’s garden while the leaves of salak pondoh are used as additional feeds for goats. This integration pattern has not involved the processing of wastes from each farm yet. The farmers who undertook the integration earned more income with the value of Rp 6.654.941 per year whereas the farmers who did not undertake the integration got less income i.e. Rp 2.985.526 per year. The main factors that influence farmers' decisions to undertake the integrated farming system were education, area of salak’s land, and age of the farmers.

Keywords: Determinants of IFS, Etawa Breed Goats, Farmers’ Income, Integrated Farming System (IFS), Salak Pondoh


(6)

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

ANALISIS PENDAPATAN SISTEM INTEGRASI USAHATANI SALAK

PONDOH DAN KAMBING PERANAKAN ETAWA DI DESA

GIRIKERTO KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

HASTIN RAHMAWATI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(8)

(9)

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Sistem Integrasi Usahatani Salak Pondoh dan Kambing Peranakan Etawa di Desa Girikerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta

Nama : Hastin Rahmawati

NIM : H44090057

Disetujui oleh

Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen


(10)

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan Sistem Integrasi Usahatani Salak Pondoh dan Kambing Peranakan Etawa di Desa Girikerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta berhasil diselesaikan. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini antara lain:

1. Kedua orangtua tercinta ayah Poniman (Alm) dan ibu Sri Hartati serta kakak Hidayat Asy’Ari dan Taufik Dwi Yanto yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, arahan, saran dan kesabaran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Novindra, SP, M.Si selaku dosen penguji utama dan Bapak Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji perwakilan dari komisi pendidikan departemen yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Ir. Sutara Hendrakusumaatmadja, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen serta staff Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas ilmu, kesabaran dan bimbingan yang telah diberikan. 5. Keluarga besar Ardjo Pairo Kebur Kidul, Argomulyo, Kecamatan

Cangkringan dan Pakde Rodjo Cokrogaten, Bimomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman yang telah memberikan waktu dan dukungan selama penelitian.

6. Keluarga besar Bapak Paiji dan Bapak Ananta di Desa Girikerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman yang telah memberikan waktu, kesempatan, informasi, pelajaran dan dukungan selama penelitian.

7. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman dan Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman yang telah


(12)

memberikan kesempatan dan informasi kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Seluruh masyarakat di Desa Girikerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman yang telah memberikan waktu dan kesempatan kepada penulis selama penelitian.

9. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan, ilmu dan kegembiraan serta arti persahabatan yaitu Malla, Shinta, Dewi dan Devina.

10. Sahabat-sahabat ESL 46 terutama Rizqiyyah, Nita, Renita, Miranty, Susan, Nunu, Nadia dan Ayu yang selalu berbagi pengalaman, dukungan dan keceriaan.

11. Teman-teman satu bimbingan yaitu Yulis, Anjar, Kristina, Arief dan Wasis. 12. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan

satu per satu.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini sehingga kritik dan saran penulis terima. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang terkait.

Bogor, April 2014


(13)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR LAMPIRAN ... ……… I. PENDAHULUAN ...

1.1 Latar Belakang ... 1.2 Perumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penelitian ... 1.4 Manfaat Penelitian ... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... II. TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Economics of Integrated Farming System ... 2.2 Konsep Sistem Integrasi Tanaman Ternak ... 2.3 Biaya dan Pendapatan Usahatani ... 2.4 Adopsi Teknologi ... 2.5 Penelitian Terdahulu ... III. KERANGKA PEMIKIRAN ... IV. METODE PENELITIAN ... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 4.2 Jenis dan Sumber Data ... 4.3 Teknik Penarikan Sampel ... 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 4.4.1 Identifikasi Pola Integrasi ... 4.4.2 Analisis Perbandingan Pendapatan Petani Integrasi dan Non

Integrasi ... 4.4.3 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan

Petani untuk Melakukan Integrasi... 4.4.3.1 Model Regresi Logistik…………. ... 4.4.3.2 Pengujian Model Regresi Logistik ... 4.4.4 Uji Beda Rata-rata ... V. GAMBARAN UMUM ... 5.1 Kondisi Umum Desa Girikerto ... 5.1.1 Letak Geografis ... .. 5.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi Desa Girikerto ... 5.1.3 Sarana dan Prasarana ... 5.2 Karakteristik Responden ...

5.2.1 Karakteristik Umum ... … 5.2.1.1 Usia ...

5.2.1.2 Pendidikan Formal Responden ... 5.2.2 Karakteristik Usahatani Salak Petani Integrasi dan Non

x xii xii 1 1 5 8 8 8 10 10 11 13 14 16 19 22 22 22 22 23 23 24 26 26 29 30 32 32 32 33 35 35 36 36 36


(14)

Integrasi ... ………. 5.2.2.1 Luas Lahan Salak ... .

5.2.2.2 Status Usahatani Salak ... 5.2.2.3 Pengalaman Budidaya Salak ... 5.2.3 Karakteristik Usahaternak Kambing Peranakan Etawa Petani Integrasi...

5.2.3.1 Jumlah Ternak dan Pengalaman Beternak ... 5.2.3.2 Status Kepemilikan Ternak……… 5.2.3.2 Status Kepemilikan Ternak ...

5.2.3.3 Motivasi Usahaternak ... VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6.1 Pola Integrasi antara Tanaman Salak Pondoh dan Ternak Kambing Peranakan Etawa ... 6.1.1 Penanganan Kotoran Ternak Kambing Peranakan Etawa ... 6.1.2 Penanganan Limbah Daun Salak ... 6.2 Perbandingan Pendapatan Petani Integrasi (Salak Pondoh dan Kambing PE) dan Non Integrasi (Salak Pondoh) ... 6.2.1 Usahatani Salak Pondoh ... 6.2.1.1 Output Usahatani Salak Pondoh ... 6.2.1.2 Penerimaan Usahatani Salak Pondoh ... 6.2.1.3 Biaya Usahatani Salak Pondoh ... 6.2.2 Usahaternak Kambing Peranakan Etawa ... 6.2.2.1 Output Usahaternak Kambing Peranakan Etawa ... 6.2.2.2 Penerimaan Usahaternak Kambing Peranakan Etawa ... 6.2.2.3 Biaya Usahaternak Kambing Peranakan Etawa ... 6.2.3 Analisis Pendapatan Usahatani Integrasi dan Non Integrasi ... 6.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani untuk

Melakukan Integrasi ... 6.3.1 Variabel yang Signifikan ... 6.3.2 Variabel yang Tidak Signifikan ... VII.SIMPULAN DAN SARAN ... 7.1 Simpulan ... 7.2 Saran ... . DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... RIWAYAT HIDUP ...

37 37 38 38 39 39 40 41 42 42 42 43 45 46 46 47 48 50 50 51 52 54 57 59 60 62 62 62 64 67 81


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1 Populasi tanaman buah di DIY tahun 2009-2011 ... 2 Populasi ternak di DIY tahun 2009-2011 ... 3 Luas lahan, jumlah rumpun dan produksi salak pondoh di Kecamatan Tempel, Turi dan Pakem tahun 2011 ... 4 Matriks metode analisis data………. ... 5 Luas wilayah berdasarkan penggunaan lahan di Desa Girikerto ... 6 Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Girikerto ... 7 Jenis pekerjaan masyarakat di Desa Girikerto ... 8 Kesejahteraan keluarga di Desa Girikerto ... 9 Jumlah petani integrasi dan non integrasi berdasarkan sebaran usia ... 10 Jumlah petani Integrasi dan non integrasi berdasarkan tingkat pendidikan 11 Jumlah petani integrasi dan non integrasi berdasarkan luas lahan salak .... 12 Jumlah petani integrasi dan non integrasi berdasarkan status usahatani………... 13 Jumlah petani integrasi dan non integrasi berdasarkan pengalaman budidaya salak……… ... 14 Jumlah ternak dan pengalaman beternak petani integrasi ... 15 Status kepemilikan ternak petani integrasi... 16 Motivasi beternak petani integrasi ... 17 Kandungan nutrisi berbagai hijauan ... 18 Data produktivitas salak pondoh petani integrasi dan non integrasi ... 19 Penerimaan usahatani salak pondoh petani integrasi dan non integrasi ... 20 Biaya usahatani salak pondoh petani integrasi dan non integrasi ... 21 Penerimaan usahaternak kambing peranakan etawa petani integrasi ... 22 Biaya usahaternak kambing peranakan etawa petani integrasi ... 23 Analisis pendapatan usahatani integrasi dan non integrasi ... 24 Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan usahatani integrasi ...

3 4 4 23 32 33 34 34 36 37 37 38 39 40 41 41 44 46 47 49 51 53 55 58


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1 Sistem integrasi salak pondoh dan kambing peranakan etawa ... 2 Skema kerangka pemikiran operasional penelitian ...

12 21

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1 Karakteristik petani integrasi antara tanaman salak pondoh dan ternak

kambing peranakan etawa ... 2 Karakteristik petani non integrasi (salak pondoh) ... 3 Jumlah produksi dan produktivitas salak pondoh petani integrasi dan

non integrasi……….. ... 4 Biaya usahatani salak pondoh petani integrasi dan non integrasi ... 5 Biaya usahaternak kambing peranakan etawa petani integrasi ... 6 Jumlah produksi dan produktivitas susu kambing peranakan etawa

petani integrasi………... 7 Hasil output regresi logistik…………... 8 Hasil uji beda produktivitas salak pondoh petani integrasi dan non

integrasi……….. ... 9 Dokumentasi penelitian……… ...

68 70 71 73 74 75 76 77 78


(17)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional. Menurut Ashari (2009) peran penting sektor pertanian ini ditunjukkan ketika krisis moneter tahun 1998 dimana sektor pertanian memiliki andil yang besar sebagai mesin penggerak dan penyangga perekonomian nasional. Sektor pertanian berkontribusi terhadap pembentukan PDB, peningkatan pendapatan masyarakat dan sumber perolehan devisa. Daryanto (2009) menyatakan bahwa saat ini sektor pertanian memiliki peranan baru yang dapat diletakkan dalam kerangka “3F contribution in the economy”, yaitu food (pangan), feed (pakan) dan fuel (bahan bakar). Artinya, sektor pertanian sangat menentukan terwujudnya ketahanan pangan, penyediaan bahan baku pakan ternak dan sebagai penghasil energi (biofuel). Hal ini menunjukkan bahwa pertanian masih menjadi andalan dalam pembangunan nasional.

Pembangunan di sektor pertanian tidak hanya bertujuan meningkatkan produksi demi tercapainya pemenuhan kebutuhan tetapi juga untuk menjamin tercapainya kesejahteraan petani. Kondisi pertanian Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai permasalahan terutama dalam hal penguasaan lahan. Proses pembangunan yang kian meningkat berdampak pada terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Selama periode tahun 2002 hingga 2010, alih fungsi lahan pertanian untuk kepentingan lainnya mencapai rata-rata 56.000 hingga 60.000 hektar per tahun1. Hal tersebut mengakibatkan semakin berkurangnya lahan untuk budidaya pertanian dan berpotensi menurunkan kesejahteraan serta pendapatan petani karena kebutuhan hidup yang semakin beragam. Salah satu upaya yang dilakukan dalam menghadapi sempitnya lahan pertanian ini adalah dengan menerapkan usahatani campuran. Menurut Soedjana (2007) alasan yang melatarbelakangi petani melakukan usahatani campuran adalah karena kebiasaan (tradisi) untuk memaksimalkan penerimaan dari sumberdaya yang terbatas dan

1 http://cybex.deptan.go.id/lokalita/konversi-lahan-pertanian-mengancam-swasembada-pangan-keberlanjutan diakses pada


(18)

meningkatkan manfaat keterkaitan antarcabang usaha, seperti tanaman dan ternak, ternak dan tanah serta tanaman dan tanaman.

Usahatani campuran yang bisa dikembangkan adalah dengan mengintegrasikan antara hewan ternak dan tanaman. Hewan ternak memiliki potensi sebagai sektor penyangga dalam usahatani disamping hasil panen tanaman sebagai komoditas utama. Perpaduan antara tanaman dan ternak merupakan salah satu pilihan yang dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya lokal. Sistem integrasi tanaman ternak tersebut dapat menimbulkan hubungan sinergis antara dua komoditas yang diusahakan. Puastuti (2009) menyatakan bahwa ternak menjadi komponen dalam mendukung perbaikan lahan pertanian, karena kotoran yang dihasilkan dapat diolah menjadi pupuk organik sedangkan by product pertanian dapat dimanfaatkan sebagai pakan. Dengan demikian, adanya sistem integrasi tersebut diharapkan mampu menambah sumber pendapatan petani sekaligus meningkatkan kesuburan lahan yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan petani.

Upaya mengintegrasikan tanaman dengan ternak telah banyak diimplementasikan pada komoditas tanaman pangan (padi dan jagung) dan komoditas perkebunan (karet, sawit dan kakao). Adapun integrasi antara padi dengan ternak atau yang lebih dikenal dengan sistem integrasi padi ternak (SIPT) menjadi salah satu pola yang umum dimasyarakat. Kegiatan SIPT ini mengarah pada pemanfaatan limbah padi sebagai pakan dan limbah ternak yang digunakan untuk lahan budidaya padi. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam satu areal persawahan ini dihasilkan padi sebagai produk utama, susu atau daging sebagai produk usaha peternakan dan pupuk sebagai hasil samping (Haryanto et al. 2002). Selain itu, pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk ini juga bisa menekan terjadinya pencemaran yang berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan.

Bentuk usahatani campuran melalui integrasi tidak hanya dilakukan dengan melibatkan komponen ternak dengan tanaman pangan atau perkebunan tetapi mulai berkembang ke arah komoditas hortikultura. Ginting et al. (2011) menyebutkan bahwa integrasi antara komoditas ternak, khususnya ruminansia kecil (kambing dan domba) dan komoditas hortikultura secara konseptual memiliki dasar yang kuat karena terdapat kompatibilitas yang tinggi sehingga


(19)

diharapkan bisa memberikan manfaat dan keuntungan yang lebih besar kepada petani. Salah satu ruminansia kecil yang berpotensi untuk dikembangkan melalui integrasi dengan tanaman adalah kambing. Kambing mampu menghasilkan produk berupa daging dan susu yang kaya akan sumber gizi. Kelebihan yang diperoleh dari beternak kambing antara lain mudah dipelihara, biaya pemeliharaan rendah, perputaran modal relatif cepat dan dapat dijual sewaktu-waktu (Santiananda et al. 2009).

Salah satu daerah yang mengembangkan sistem integrasi tanaman hortikultura dengan kambing adalah Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tanaman yang diintegrasikan tersebut adalah salak pondoh. Adapun data perkembangan populasi tanaman buah di DIY dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Populasi tanaman buah di DIY tahun 2009-2011 (pohon/rumpun)

Komoditas 2009 2010 2011

Mangga 693.131 213.008 479.941

Rambutan 243.284 225.993 191.092

Sukun 101.038 106.282 129.739

Pepaya 59.427 128.904 106.946

Salak* 4.836.703 4.789.215 3.639.296

Nangka 190.296 165.740 193.908

Pisang* 1.018.606 1.075.047 63.075

Sumber: Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta (2011) Keterangan: * (rumpun)

Tabel 1 menunjukkan bahwa selama periode tahun 2009-2011 populasi salak terus mengalami penurunan. Tahun 2011 populasi salak mencapai 3.639.296 rumpun lebih rendah dibandingkan tahun 2010 sebanyak 4.789.215 rumpun dan 4.836.703 rumpun pada 2009. Meskipun demikian, diantara berbagai jenis buah yang ada salak masih memiliki populasi terbesar di Provinsi DIY dan menjadi komoditas unggulan terutama jenis salak pondoh.

Sementara itu dari sektor peternakan, hewan ternak yang mendominasi di Provinsi DIY adalah sapi, kambing dan domba. Apabila dilihat dari perkembangan populasinya, ternak kambing memiliki jumlah terbesar. Data perkembangan populasi ternak di DIY ditunjukkan pada Tabel 2.


(20)

Tabel 2 Populasi ternak di DIY tahun 2009-2011 (ekor)

Komoditas 2009 2010 2011

Kuda 1.222 1.360 1.508 Sapi 283.043 290.949 385.370 Sapi Perah 5.495 3.466 3.888 Kerbau 4.312 4.277 1.238 Kambing 308.353 331.147 343.647 Domba 132.872 136.657 147.773

Babi 12.038 12.695 13.056

Sumber: Badan Pusat Statistik DIY (2012)

Berdasarkan Tabel 2, pada tahun 2009 populasi kambing di DIY mencapai 308.353 ekor. Kondisi tersebut terus mengalami peningkatan pada 2010 dan 2011 dengan masing-masing populasi sebanyak 331.147 ekor dan 343.647 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa provinsi DIY memiliki potensi untuk mengembangkan usahaternak kambing.

Kabupaten Sleman merupakan daerah yang menjadikan salak pondoh sebagai komoditas unggulan. Adapun sentra pengembangan budidaya salak pondoh di Kabupaten Sleman ini terdapat di Kecamatan Tempel, Turi dan Pakem. Data mengenai luas lahan, jumlah rumpun dan produksi salak pondoh di tiga kecamatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Luas lahan, jumlah rumpun dan produksi salak pondoh di Kecamatan Tempel, Turi dan Pakem tahun 2011

Kecamatan Luas Lahan (ha) Jumlah Tanaman (rumpun) Produksi (kw/tahun) Tempel 865 1.788.223 137.041

Turi 1.122 2.322.855 213.945

Pakem 105 266.534 14.859

Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman (2012)

Tabel 3 menyajikan data bahwa Kecamatan Turi menjadi sentra budidaya salak pondoh di Kabupaten Sleman. Hal ini ditunjukkan dengan luas lahan, jumlah tanaman dan produksi salak pondoh terbesar diantara tiga kecamatan tersebut. Kecamatan Turi memiliki lahan salak pondoh dengan luas 1.122 hektar dengan jumlah tanaman sebanyak 2.322.855 rumpun. Produksi salak pondoh di Kecamatan Turi ini mencapai 213.945 kw/tahun.

Sementara itu apabila dilihat dari potensi pengembangan hewan ternak khususnya kambing, Kabupaten Sleman memiliki peluang yang baik untuk bisa menggerakkan sektor peternakan. Menurut Pemerintah Kabupaten Sleman (2011)


(21)

populasi ternak kambing pada tahun 2010 mencapai 31.837 ekor meningkat menjadi 35.732 ekor pada tahun 2011. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa usahaternak kambing ini sudah mulai diminati sebagai bentuk kegiatan dalam rangka mengoptimalkan penggunaan sumberdaya yang dimiliki.

Desa Girikerto menjadi daerah di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman yang sudah mengembangkan usahaternak kambing secara terintegrasi dengan usahatani tanaman salak pondoh. Adapun jenis kambing yang diintegrasikan dengan salak pondoh di Desa Girikerto adalah kambing peranakan etawa (PE). Usahaternak kambing PE ini memiliki prospek yang cukup besar untuk bisa dikembangkan terutama dalam hal pemanfaatan susu yang dihasilkan. Priyanto et al. (1996) menyatakan bahwa kambing PE merupakan salah satu bangsa kambing dwiguna (produksi daging disamping susu) yang banyak diusahakan peternak di pedesaan dalam rangka pemanfaatan tenaga kerja. Integrasi antara tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE memiliki potensi cukup besar dalam mendukung ekonomi rumah tangga petani. Hal ini didukung dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan taraf hidup serta pengetahuan masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang bergizi seperti buah dan susu.

Sistem integrasi yang dilakukan petani dengan tanaman bernilai ekonomis tinggi seperti salak pondoh bisa menjadi alternatif untuk menghindari risiko dalam usahatani. Selain itu, adanya integrasi tersebut diharapkan menjadi model pengembangan usahatani berkelanjutan yang berbasiskan tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini akan mengkaji perbedaan pendapatan petani salak pondoh yang tidak mengintegrasikan tanamannya dengan kambing PE dengan petani yang melakukan integrasi antara tanaman salak pondoh dan kambing PE di Desa Girikerto.

1.2 Perumusan Masalah

Kondisi ketersediaan sumberdaya alam yang semakin kompetitif dan terbatas menjadi alasan perlunya upaya-upaya inovatif untuk meningkatkan produksi maupun produktivitas usaha pertanian. Dalam hal ini, petani harus bisa memanfaatkan cabang usahatani yang disesuaikan dengan kondisi lahan dan jumlah pengusahaan yang tepat. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi peningkatan


(22)

biaya yang hanya akan membebani petani. Salah satu cabang usahatani yang memiliki potensi untuk dijadikan tambahan sumber pendapatan adalah sektor peternakan. Menurut Sutanto (2002) memadukan jenis tanaman dan ternak dan menerapkan usahatani yang sepadan dengan kebutuhan masing-masing serta melaksanakan usaha perlindungan lingkungan akan membantu petani dalam mempertahankan produktivitas tanah dan menekan sekecil mungkin risiko usahatani.

Upaya untuk mengembangkan cabang usahatani telah dilakukan oleh kelompok tani yang ada di Desa Girikerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman. Selain menggantungkan sumber pendapatan dari budidaya salak pondoh, para petani juga melakukan usaha lain di bidang peternakan kambing PE. Berdasarkan Pemerintah Kabupaten Sleman (2011) salak pondoh dan kambing PE merupakan komoditas yang menjadi unggulan di Kabupaten Sleman.

Pada umumnya, para petani di Desa Girikerto menggabungkan usaha salak dan kambing PE dengan cara mengintegrasikan kedua komoditas tersebut. Lahan yang digunakan untuk lokasi ternak kambing PE di Desa Girikerto merupakan lahan sewa milik pemerintah desa dan diusahakan oleh para peternak yang tergabung dalam suatu kelompok tani ternak. Hal tersebut berbeda dengan lahan budidaya salak pondoh yang merupakan lahan milik sendiri dan menjadi sumber penghasilan utama bagi petani. Adanya integrasi ini, petani tidak hanya memperoleh hasil dari salak dan kambing tetapi juga bisa memanfaatkan limbah ternak sebagai pupuk untuk kebun salaknya. Selain itu, dari kebun salak yang diusahakan petani mampu memanfaatkan daun salak yang sudah tua sebagai tambahan pakan kambing PE. Adapun petani yang hanya mengusahakan buah salak memperoleh pupuk kandang dengan cara membeli kepada peternak. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan biaya pembelian input pupuk antara petani yang memiliki dua komoditas (salak dan kambing PE) dengan petani yang hanya bergerak di bidang komoditas salak. Petani yang melakukan integrasi bisa menghemat biaya pembelian input dengan memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk.

Sistem integrasi tersebut dilakukan untuk mencapai efisiensi dalam usahataninya sehingga petani berupaya untuk mempertimbangkan kembali


(23)

bahan-bahan organik yang tersedia di lingkungan sekitar sebagai input demi meningkatkan kesuburan lahan. Hal ini menunjukkan adanya low external input sustainable agriculture (LEISA) yang mengarah pada pertanian berkelanjutan dengan memanfaatkan keberadaan sumberdaya lokal sebagai bahan baku. Konsep LEISA menekankan pada dua hal yaitu memanfaatkan limbah pertanian terutama sisa budidaya menjadi pakan ternak dan mengubah limbah peternakan menjadi pupuk organik yang dapat dimanfaatkan kembali dalam proses budidaya tanaman2.

Adapun kelebihan dari adanya sistem usahatani integrasi ini disamping menunjang pertanian yang ramah lingkungan juga mampu meningkatkan potensi usaha peternakan. Pemeliharaan ternak kambing PE menjadi salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan sumberdaya dalam menghadapi kondisi lahan pertanian yang relatif sempit. Adanya usaha di bidang peternakan juga dapat mengurangi risiko dari usahatani salak pondoh yang dijalankan. Ketersediaan pupuk kandang dari pemeliharaan ternak kambing PE untuk kebun salak dapat menghemat penggunaan pupuk anorganik sehingga mampu memperbaiki struktur dan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai usahatani integrasi antara salak pondoh dan kambing peranakan etawa ini sehingga diharapkan menjadi alternatif usahatani dengan konsep zero waste. Dengan demikian, adanya sistem integrasi antara tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE diharapkan mampu memberikan tambahan pendapatan bagi petani.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pola integrasi antara tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE di Desa Girikerto?

2. Bagaimana pendapatan petani sistem integrasi antara tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE dibandingkan dengan pendapatan petani salak yang tidak mengintegrasikan tanamannya dengan kambing PE di Desa Girikerto?

2

http://www.bbpp-lembang.info/index.php/en/arsip/artikel/artikel-pertanian/609-pertanian-yang-berkelanjutan.html diakses pada tanggal 15 Mei 2013


(24)

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan integrasi antara tanaman salak dan ternak kambing PE di Desa Girikerto?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi pola integrasi antara tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE di Desa Girikerto.

2. Mengestimasi pendapatan petani sistem integrasi antara tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE dibandingkan dengan pendapatan petani salak yang tidak mengintegrasikan tanamannya dengan kambing PE di Desa Girikerto.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan integrasi antara tanaman salak dan ternak kambing PE di Desa Girikerto.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya:

1. Secara akademik penelitian ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program Strata Satu (S1) Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

2. Sebagai bahan masukan kepada pengambil kebijakan tentang upaya peningkatan kesejahteraan petani melalui sistem usahatani integrasi.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan pada penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wilayah penelitian hanya meliputi kawasan Desa Girikerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.


(25)

2. Responden dalam penelitian adalah petani yang menerapkan integrasi antara tanaman (salak pondoh) dan ternak (kambing PE) dimana limbah dari masing-masing usahatani menjadi input bagi usahatani yang lain dan petani salak yang tidak mengintegrasikan tanaman salaknya dengan kambing PE. 3. Jenis komoditas yang menjadi analisis adalah tanaman salak pondoh dan

ternak kambing PE.

4. Usahatani salak pondoh dan usahaternak kambing PE dianalisis dalam jangka waktu satu tahun.

5. Harga-harga yang berlaku dalam analisis sesuai dengan harga yang berlaku pada saat penelitian.


(26)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Economics of Integrated Farming System

Penerapan usahatani yang mengintegrasikan dua cabang usahatani bisa menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan dan menjaga stabilitas pendapatan petani. Dalam hal ini, terdapat unsur keterkaitan antarcabang usaha tersebut terutama dalam penggunaan input. Menurut Gupta et al. (2012) sistem integrasi pertanian merupakan bentuk dari penghematan sumberdaya untuk mencapai keuntungan yang maksimal dengan tingkat produksi yang berkelanjutan sekaligus melestarikan lingkungan. Sistem integrasi pertanian memiliki peranan dalam hal 1) mengurangi tingkat erosi; 2) meningkatkan hasil panen, aktivitas biologis dan daur ulang nutrisi tanah; 3) mengintensifkan penggunaan lahan dan meningkatkan keuntungan; 4) membantu mengurangi kemiskinan dan kekurangan gizi serta meningkatkan kelestarian lingkungan. Usahatani yang terintegrasi menjadi suatu alternatif pendekatan dari sistem pertanian yang berkelanjutan.

Adanya pengembangan sistem integrasi pertanian tersebut tidak hanya mengutamakan prinsip memaksimalkan keuntungan tetapi juga mempertimbangkan kualitas lingkungan ekosistem. Soepranianondo (2009) mendefinisikan sistem integrasi pertanian sebagai sistem yang berwawasan ekologis, ekonomis dan berkesinambungan atau yang sering disebut dengan model sustainable mix farming. Model tersebut diarahkan pada upaya memperpanjang siklus biologis dengan mengoptimalkan pemanfaatan hasil samping pertanian dan peternakan. Siklus daur ulang ini diharapkan mampu menghasilkan produk baru yang memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga pemberdayaan dan pemanfaatan lahan marginal dapat lebih dioptimalkan.

Sistem integrasi pertanian menjadi salah satu cara untuk mengatasi masalah terkait keterbatasan input dan tingginya biaya input serta pencemaran lingkungan (Ugwumba 2010). Selain itu, penerapan sistem integrasi pertanian mengedepankan aspek pencapaian efisiensi dalam melakukan usahatani sehingga mampu mengoptimalkan sumberdaya yang ada. Devendra (1993) menyebutkan penerapan sistem integrasi memberikan keuntungan seperti:


(27)

1. Diversifikasi dalam penggunaan sumberdaya produksi. 2. Mengurangi terjadinya risiko.

3. Efisiensi penggunaan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan pendapatan.

4. Efisiensi dalam penggunaan komponen sumberdaya.

5. Efisiensi dalam penggunaan energi biologi dan kimia sehingga mengurangi ketergantungan input luar.

6. Terciptanya sistem ekologi yang berkelanjutan melalui penggunaan bahan daur ulang.

7. Meningkatkan output.

8. Menciptakan rumah tangga petani yang stabil.

2.2 Konsep Sistem Integrasi Tanaman Ternak

Sistem pertanian yang terintegrasi dapat dilakukan dengan mengembangkan potensi keterkaitan antarcabang usahatani. Salah satu upaya tersebut adalah dengan menggabungkan antara usahatani tanaman dan usahaternak melalui konsep integrasi antara tanaman dengan ternak. Sistem integrasi tanaman ternak melibatkan kombinasi antara satu atau lebih jenis tanaman dan hewan ternak. Output yang dihasilkan dari satu komponen menjadi input bagi komponen lainnya sehingga terjalin hubungan yang sifatnya saling melengkapi. Secara umum, terdapat dua jenis sistem integrasi yaitu: 1) sistem integrasi yang mengombinasikan antara ternak (ruminansia maupun non ruminansia) dengan tanaman semusim; 2) sistem integrasi yang mengombinasikan antara ternak (ruminansia dan non ruminansia) dengan tanaman tahunan (Devendra et al. 1997).

Konsep integrasi tanaman dengan ternak diharapkan dapat memajukan sektor pertanian dengan memanfaatkan potensi sumberdaya lokal. Konsep integrasi ternak dalam usahatani baik itu tanaman perkebunan, pangan atau hortikultura adalah menempatkan dan mengusahakan sejumlah ternak, dalam hal ini ternak ruminansia (sapi, kerbau, domba, kambing) atau psedoruminansia (kelinci, kuda) tanpa mengurangi aktivitas dan produktivitas tanaman. Keberadaan ternak ini harus dapat meningkatkan produktivitas tanaman sekaligus dengan produksi ternaknya (Kementerian Pertanian 2011).


(28)

Adapun manfaat dari penerapan integrasi tanaman ternak dapat ditinjau dari apek: 1) agronomi, dengan adanya pemeliharaan kapasitas produktif dari lahan; 2) ekonomi, melalui diversifikasi produk diperoleh hasil yang lebih tinggi dan berkualitas dengan biaya yang lebih sedikit; 3) ekologis, terciptanya pengendalian erosi 4) sosial, menciptakan lapangan pekerjaan di pedesaan sehingga menekan urbanisasi. Dalam sistem integrasi, tanaman dan ternak berinteraksi untuk menciptakan sinergi. Produk limbah dari satu komponen berfungsi sebagai sumberdaya untuk komponen lainnya. Sisa tanaman dapat digunakan sebagai pakan ternak, sementara limbah ternak digunakan untuk meningkatkan produktivitas pertanian sehingga bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan kesuburan lahan (Gupta et al. 2012). Proses interaksi dalam integrasi antara tanaman dan ternak tersebut dapat dicontohkan pada tanaman salak pondoh dan ternak kambing peranakan etawa seperti yang terdapat pada Gambar 1.

Gambar 1 Sistem integrasi salak pondoh dan kambing peranakan etawa Sumber: Penulis (2013)

Sistem integrasi antara tanaman dengan ternak seperti pada Gambar 1 menunjukkan adanya pemanfaatan sumberdaya lokal dengan memaksimalkan upaya daur ulang yang menghasilkan suatu usaha dengan konsep zero waste sehingga semua hasil dari ternak dan tanaman dapat digunakan kembali (Soepranianondo 2009). Limbah ternak kambing dapat dimanfaatkan sebagai

Daun Salak Pondoh

Kambing Peranakan

Etawa

Kotoran Salak


(29)

pupuk bagi tanaman salak pondoh dan sisa tanaman bisa digunakan sebagai pakan ternak. Pola tersebut memperlihatkan bahwa terdapat keterkaitan antara ternak kambing dengan tanaman salak pondoh yang diusahakan.

2.3 Biaya dan Pendapatan Usahatani

Usahatani merupakan cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal, waktu dan pengelolaan) yang terbatas dengan tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu (Soekartawi et al. 1986). Usahatani tersebut dapat dikatakan efektif apabila petani atau produsen mampu mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki sebaik-baiknya dan efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi 1995).

Dalam melakukan suatu usahatani, perhitungan terkait biaya dan penerimaan menjadi hal yang perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan besarnya biaya dan penerimaan akan sangat menentukan tingkat keuntungan yang diperoleh dalam suatu usahatani. Rahim dan Hastuti (2007) mendefinisikan biaya usahatani sebagai pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani, nelayan dan peternak) dalam mengelola usahanya demi mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) (Soekartawi 1995). Biaya tetap merupakan biaya yang relatif tetap jumlahnya dan tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh, seperti biaya sewa tanah, pajak, alat pertanian dan iuran irigasi. Biaya tidak tetap yaitu biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh dan sifatnya selalu berubah-ubah tergantung dari jumlah produksi yang diinginkan, seperti biaya pupuk, tenaga kerja, dan sarana produksi.

Menurut Hernanto (1989) biaya produksi dalam usahatani dibedakan menjadi biaya tunai dan tidak tunai. Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja luar keluarga. Biaya tidak tunai adalah biaya tenaga kerja dalam keluarga.


(30)

Selain biaya dalam usahatani juga perlu diketahui mengenai besarnya pendapatan. Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Besarnya pendapatan sangat bergantung pada komponen pengeluaran dan penerimaan dalam proses produksi. Adapun analisis pendapatan bertujuan untuk menggambarkan keadaan sekarang dari suatu usaha dan keadaan yang akan datang dari perencanaan. Selain itu, analisis pendapatan penting dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu kegiatan yang diusahakan.

Besarnya biaya dan pendapatan yang diperoleh petani tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi produksi usahatani tetapi juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi biaya dan pendapatan usahatani antara lain: 1) faktor internal yaitu: umur petani, pendidikan, pengalaman, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan, dan modal; 2) faktor eksternal yaitu: input meliputi ketersediaan dan harga, output meliputi permintaan dan harga; 3) faktor manajemen (Suratiyah 2006).

2.4 Adopsi Teknologi

Inovasi teknologi di bidang pertanian guna meningkatkan produktivitas telah banyak dikembangkan. Teknologi yang diperkenalkan kepada petani tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan tetapi juga untuk memperbaiki dan mempertahankan fungsi ekosistem. Feder et al. (1981) menyebutkan bahwa adopsi inovasi teknologi di bidang pertanian telah menarik perhatian terutama di negara-negara sedang berkembang yang sebagian besar masih bergantung pada pertanian karena memberikan peluang untuk meningkatkan produksi secara substansial.

Adanya perubahan perilaku petani terhadap suatu teknologi sangat erat kaitannya dengan proses pengambilan keputusan untuk melakukan adopsi inovasi tersebut. Soekartawi (2005) menyatakan ada dua elemen penting yang perlu diperhatikan dalam proses adopsi inovasi yaitu adanya sikap mental untuk melakukan adopsi inovasi dan konfirmasi dari keputusan yang telah diambil. Hanafie (2010) mendefinisikan adopsi sebagai proses perubahan perilaku, baik


(31)

yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective) maupun keterampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi.

Secara ekonomi, petani akan melakukan adopsi teknologi dengan pertimbangan dapat memaksimalkan tingkat utilitas yang disesuaikan dengan harga, kebijakan, karakteristik pribadi petani dan ketersediaan sumberdaya (Caswell et al. 2001). Proses pengambilan keputusan petani untuk melakukan adopsi inovasi dipengaruhi oleh banyak faktor. Pattanayak et al. (2002) menggolongkan penentu adopsi teknologi di bidang pertanian dan kehutanan ke dalam lima faktor, yaitu:

1. Preferensi petani, secara eksplisit efek preferensi petani sulit untuk diukur sehingga dilakukan pendekatan berdasarkan kondisi sosial demografi seperti umur, jenis kelamin, pendidikan dan status sosial.

2. Resource endowment, digunakan untuk mengukur ketersediaan sumberdaya yang dimiliki oleh adopter dalam hal ini petani untuk diimplementasikan pada teknologi baru. Contohnya adalah kepemilikan aset seperti tanah, tenaga kerja, ternak dan tabungan.

3. Insentif pasar, merupakan faktor yang berhubungan dengan rendahnya biaya yang dikeluarkan atau tingginya manfaat yang diterima dari adopsi teknologi. Insentif pasar berfokus terhadap faktor-faktor ekonomi seperti harga, ketersediaan pasar, transportasi dan untung atau rugi. Faktor insentif pasar ini diharapkan dapat meningkatkan penerimaan sehingga memiliki pengaruh yang positif terhadap adopsi teknologi.

4. Faktor biofisik, faktor ini memiliki pengaruh terhadap proses produksi dalam bidang pertanian dan kehutanan. Contohnya, kualitas tanah, kemiringan lahan pertanian dan luas lahan. Secara umum, faktor biofisik yang rendah seperti kemiringan lahan yang besar sehingga berpotensi menimbulkan erosi akan mendorong adanya adopsi teknologi oleh petani dengan harapan dapat meminimalisasi hal tersebut.

5. Risiko dan ketidakpastian, faktor ini menunjukkan adanya ketidaktahuan petani terhadap kondisi pasar dan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Contohnya, risiko dan ketidakpastian dalam jangka pendek tersebut adalah harga komoditas yang berfluktuatif, jumlah output dan curah hujan. Salah


(32)

satu contoh risiko dan ketidakpastian dalam jangka panjang adalah tidak terjaminnya hak kepemilikan. Mengingat lamanya jangka waktu pengembalian investasi di bidang pertanian dan kehutanan ini maka adopsi teknologi menjadi cara untuk mengurangi risiko dan ketidakpastian dari investasi tersebut. Upaya untuk mengurangi risiko dan ketidakpastian dalam bidang pertanian dan kehutanan ditempuh melalui adopsi teknologi.

Penerapan teknologi memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu usahatani. Hal ini erat kaitannya dengan upaya untuk meningkatkan jumlah komoditas yang ditawarkan. Menurut Rahim dan Hastuti (2007) kemajuan teknologi mampu mengurangi biaya produksi, mempertinggi kualitas dan produktivitas dan menghasilkan komoditas baru.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terkait sistem integrasi tanaman dan ternak telah dilakukan oleh Priyanti (2007) mengenai Dampak Program Sistem Integrasi Tanaman Ternak Terhadap Alokasi Waktu Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani di lima Kabupaten yaitu Sleman dan Bantul (DIY), Sragen dan Grobogan (Jawa Tengah) dan Bojonegoro (Jawa Timur). Model persamaan simultan 2SLS dan analisis simulasi digunakan dalam penelitian ini sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam program tersebut digunakan model regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahaternak sapi dan keikutsertaan petani dalam organisasi pertanian menjadi faktor utama yang mempengaruhi keputusan petani untuk mengadopsi sistem integrasi tanaman ternak. Secara umum dapat dinyatakan bahwa peran usaha integrasi tanaman ternak (padi, sapi dan kompos) cukup besar terhadap pendapatan total rumah tangga petani, masing-masing sebesar 77 persen dan 64 persen bagi petani SITT dan Non SITT dimana sebagian besar alokasi pengeluaran dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan. Alokasi penggunaan tenaga kerja keluarga, kontribusi pendapatan dan alokasi pengeluaran rumah tangga petani sistem integrasi tanaman ternak relatif lebih besar dibandingkan dengan petani non integrasi.


(33)

Junaidi dan Yamin (2010) melakukan penelitian mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Pola Usahatani Diversifikasi dan Hubungannya dengan Pendapatan Usahatani Kopi di Sumatera Selatan. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi pola diversifikasi usahatani kopi dan membandingkan pendapatan usahatani kopi antara pola diversifikasi dan monokultur. Penelitian ini dilakukan terhadap 45 petani pola diversifikasi dan 45 petani monokultur. Alat analisis yang digunakan adalah regresi logistik dan analisis statistik parametrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk mengadopsi usahatani kopi pola diversifikasi adalah pendidikan dan pengalaman berusahatani. Sementara itu, pendapatan pola usahatani diversifikasi berbeda nyata secara statistik dimana pendapatan pola usahatani diversifikasi lebih besar dibandingkan pola usahatani monokultur.

Penelitian lainnya adalah mengenai Pendapatan Usahatani Integrasi Pola Sayuran Ternak Ikan (Studi Kasus: Pondok Pesantren Al-Ittifaq Kampung Ciburial Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung) oleh Hanifah (2008). Penelitian ini bertujuan: 1) mengkaji keragaan usahatani integrasi pola sayuran ternak ikan; 2) menganalisis pendapatan usahatani integrasi pola sayuran ternak ikan dan usahatani tidak terintegrasi serta pendapatan tiap cabang usahatani; 3) menganalisis efisiensi usahatani integrasi pola sayuran ternak ikan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan dan R/C rasio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa R/C rasio atas biaya tunai maupun biaya total pada usahatani terintegrasi lebih besar dari usahatani yang tidak terintegrasi. Nilai R/C rasio atas biaya total pada usahatani terintegrasi sebesar 6,34 sedangkan atas biaya tunai 10,80. Pada usahatani tidak terintegrasi R/C rasio atas biaya total dan biaya tunai masing-masing sebesar 5,2 dan 7,42. Pendapatan atas biaya tunai maupun biaya total pada usahatani terintegrasi lebih besar dibandingkan jika cabang-cabang usahatani tersebut berdiri sendiri. Total pendapatan usahatani terintegrasi yang diamati selama satu tahun atas biaya tunai dan biaya total sebesar Rp 3.018.953.319 dan Rp 2.802.343.117 sedangkan yang tidak terintegrasi sebesar Rp 2.880.553.974 dan Rp 2.678.735.190.


(34)

Hardjanto (2010) melakukan penelitian mengenai analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam adopsi teknologi konservasi lahan di DTA Saguling Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan petani non konservasi lahan lebih menguntungkan dibandingkan dengan petani konservasi lahan. Berdasarkan perhitungan NPV, sistem usahatani non konservasi menghasilkan NPV sebesar Rp 97.136.330 dan sistem usahatani konservasi lahan menghasilkan NPV sebesar Rp 79.162.388. Artinya, sistem usahatani konservasi lahan ini tidak menguntungkan secara ekonomi namun memiliki keunggulan dari aspek lingkungan. Komoditas yang diusahakan petani konservasi lahan adalah tanaman semusim (sayuran) dengan tanaman tahunan (kopi) sedangkan petani non konservasi lahan hanya mengusahakan sayuran.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani konservasi lahan yang diestimasi dengan model regresi berganda adalah harga kopi, biaya obat, biaya pupuk dan harga sayur. Sementara itu, model regresi logistik digunakan untuk mengidentifikasi variabel apa saja yang berpengaruh terhadap adopsi teknologi konservasi lahan dan variabel yang diduga berpengaruh hanya variabel sumber informasi yang signifikan dalam adopsi teknologi tersebut.

Penelitian yang dilakukan memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yakni, mengidentifikasi pola integrasi antara tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE secara deskriptif, melakukan perbandingan pendapatan usahatani yang menggabungkan antara komoditas salak pondoh dan ternak kambing PE melalui sistem integrasi dengan pendapatan usahatani yang hanya bergerak pada satu komoditas yaitu salak pondoh, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan untuk melakukan integrasi dengan menggunakan analisis regresi logistik melalui software Minitab 14.


(35)

III KERANGKA PEMIKIRAN

Petani dalam melakukan usahataninya selalu dihadapkan pada kondisi ketersediaan sumberdaya yang kompetitif dan terbatas baik dari segi lahan, modal maupun input pertanian. Usaha di bidang pertanian juga sangat rentan terhadap perubahan yang terjadi pada alam sehingga memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya yang bisa meminimalisasi kondisi tersebut, salah satunya dengan cara menerapkan sistem pertanian yang terintegrasi antarcabang usahatani seperti tanaman dan ternak. Usahatani tanaman dapat menghasilkan produk utama dari tanaman tersebut dan juga limbah tanaman, sedangkan usahatani ternak memberikan hasil berupa daging atau susu dan limbah kotoran ternak.

Upaya mengintegrasikan kedua usahatani ini berarti limbah tanaman dapat dimanfaatkan oleh ternak yang diusahakan sedangkan limbah ternak dapat digunakan sebagai pupuk bagi tanamannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya lokal sehingga bisa mengurangi ketergantungan sarana produksi (input dan pakan) dari luar. Kondisi tersebut menunjukkan adanya suatu bentuk usaha untuk mencapai efisiensi dalam penggunaan input usahatani. Adanya integrasi tersebut diharapkan dapat menciptakan suatu sistem pertanian yang berkelanjutan yang tidak hanya bertujuan meningkatkan perolehan pendapatan petani tetapi juga memperhatikan aspek ekologi yang ada seperti pemanfaatan limbah kotoran ternak yang biasanya dibuang sehingga dapat mencemari lingkungan.

Salah satu contoh usahatani terintegrasi yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah dengan mengombinasikan antara cabang usahatani tanaman hortikultura dengan ternak seperti tanaman salak pondoh dan ternak kambing peranakan etawa (PE) yang ada di Desa Girikerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman. Pada umumnya, pengembangan budidaya salak pondoh di Desa Girikerto dikombinasikan dengan ternak seperti kambing PE. Tambahan hijauan pakan untuk kambing ini dapat diperoleh petani dari daun salak yang dibudidayakan sedangkan kotoran kambing dapat dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman salaknya.


(36)

Tahap awal dari penelitian ini adalah dengan mengidentifikasi pola integrasi antara tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE yang dilakukan di Desa Girikerto. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana interaksi yang terjadi antara dua komoditas yang diusahakan secara integrasi yaitu salak pondoh dan kambing PE. Data yang didapat berasal dari wawancara mendalam dengan responden (petani) yang melakukan integrasi salak pondoh dan kambing PE. Sementara itu, alat analisis yang digunakan berupa analisis deskriptif. Analisis mengenai perbandingan pendapatan antara petani yang melakukan integrasi (salak pondoh dan kambing PE) dengan yang tidak mengintegrasikan salak pondohnya dengan kambing PE merupakan ruang lingkup masalah kedua yang akan diteliti. Biaya dan penerimaan dari masing-masing petani integrasi dan non integrasi tersebut dianalisis menggunakan pendekatan R/C (Return/Cost). Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kondisi usahatani tersebut menguntungkan secara ekonomi dan efisien dalam penggunaan biaya produksi.

Tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap keputusan petani untuk melakukan integrasi antara salak pondoh dan kambing PE. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan wawancara langsung kepada petani dan dianalisis menggunakan metode regresi logistik. Alur pemikiran proses penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.


(37)

Keterangan: : Komponen Analisis : Metode Analisis : Hubungan Langsung

Gambar 2 Skema kerangka pemikiran operasional penelitian Integrasi

Usahatani

Ya Tidak

Usahatani Integrasi (Salak-Kambing PE)

Usahatani Tanpa Integrasi (Salak) Pola

Integrasi

Analisis Deskriptif

Semakin kompetitif dan terbatasnya sumberdaya

serta tingginya risiko dalam usahatani

Pendapatan Usahatani

Integrasi

Pendapatan Usahatani Tanpa

Integrasi dibandingkan

Pendapatan Usahatani Integrasi

=, <, >

Usahatani Tanpa Integrasi Faktor-faktor

yang mempengaruhi

usahatani integrasi Analisis Regresi

Logistik

Analisis Pendapatan

Meningkatnya Pendapatan Petani


(38)

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa kawasan tersebut memiliki potensi usaha salak pondoh dan ternak kambing peranakan etawa yang dikembangkan melalui sistem integrasi. Proses pengumpulan data primer dengan menggunakan kuesioner dilakukan pada bulan Agustus 2013.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung menggunakan kuesioner kepada responden yang menjadi objek penelitian dan para tokoh atau instansi terkait. Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh melalui studi literatur dari penelitian-penelitian terdahulu yang terkait, jurnal nasional maupun internasional, data dari Badan Pusat Statistik Provinsi DIY, Dinas Pertanian Provinsi DIY, Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman dan lain sebagainya yang dapat menunjang tujuan yang ingin dicapai.

4.3 Teknik Penarikan Sampel

Pengambilan sampel untuk responden menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan bentuk dari teknik penarikan sampel non probabilita. Pada teknik purposive sampling, sampel yang diambil harus memiliki kriteria tertentu sesuai dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah petani yang memiliki dua komoditas salak pondoh dan kambing PE (integrasi) dengan petani salak (tanpa integrasi). Adapun jumlah responden yang dipilih sebanyak 43 orang yang terdiri atas 28 petani integrasi dan 15 petani non integrasi.


(39)

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data dan informasi yang didapatkan dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Metode pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program Minitab 14.0 for windows dan Microsoft Office Excel 2007. Matriks metode analisis data dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4 Matriks metode analisis data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data 1 Mengidentifikasi pola integrasi

antara tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE

Data primer melalui wawancara

menggunakan kuesioner

Analisis Deskriptif

2 Mengestimasi pendapatan petani sistem integrasi antara tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE dibandingkan dengan pendapatan petani salak yang tidak mengintegrasikan tanamannya dengan kambing PE

Data primer melalui wawancara

menggunakan kuesioner

Analisis Pendapatan dengan Pendekatan Penerimaan dan Pengeluaran Usahatani

3 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan integrasi antara tanaman salak dan ternak kambing PE

Data primer melalui wawancara

menggunakan kuesioner

Model Regresi Logistik menggunakan Minitab 14.0 for windows

Sumber: Penulis (2013)

4.4.1 Identifikasi Pola Integrasi

Pola integrasi antara tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Dalam hal ini peneliti bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterkaitan cabang usahatani tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai pola integrasi antara tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE melalui pengamatan di lapangan yang kemudian dijelaskan dan dikaitkan dengan teori yang ada. Tujuan analisis deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir 2003).


(40)

4.4.2 Analisis Perbandingan Pendapatan Petani Integrasi dan Non Integrasi

Pendekatan yang digunakan untuk membandingkan pendapatan petani yang melakukan integrasi antara tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE dengan petani salak pondoh yang tidak mengintegrasikan tanaman salaknya dengan kambing PE adalah melalui analisis pendapatan. Pada usahatani yang menerapkan sistem integrasi, pendapatan usahatani merupakan penjumlahan pendapatan dari masing-masing komoditas yang diusahakan. Secara sistematis pendapatan usahatani dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi 1995):

... (4.1) TC = BT BTT ... (4.2) dimana:

π = pendapatan usahatani TR = total penerimaan usahatani TC = total biaya

BT = biaya tunai BTT = biaya non tunai

Penerimaan yang diperoleh dari usahatani salak pondoh dan usahaternak kambing PE merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jualnya. Adapun total penerimaan dalam penelitian ini dikonversikan dalam jangka waktu satu tahun. Secara sistematis penerimaan dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi 1995):

... (4.3) dimana:

TR = penerimaan total

= output yang dihasilkan untuk komoditas i

= harga jual output yang dihasilkan untuk komoditas i i = salak, kambing, susu dan pupuk

n = banyaknya jenis produk yang dihasilkan

Penerimaan petani yang melakukan integrasi merupakan penjumlahan dari penerimaan usahatani salak pondoh dan kambing PE sedangkan petani yang tidak mengintegrasikan salak pondohnya hanya memperoleh total penerimaan dari hasil usahatani salaknya saja. Sementara itu, selain dimanfaatkan sebagai pupuk


(41)

kandang untuk lahan salak milik sendiri, petani juga menjual kotoran ternak dari kambing PE yang dipelihara ketika terdapat sisa pupuk kandang hasil pemupukan kebun salak. Hal ini akan berpengaruh terhadap penerimaan secara tunai dan non tunai. Penerimaan secara tunai merupakan perkalian antara output untuk setiap komoditas yang dijual dengan harga jual yang berlaku. Perkalian antara output untuk setiap komoditas yang dikonsumsi (dimanfaatkan) oleh keluarga dengan harga jual yang berlaku tergolong sebagai penerimaan non tunai. Usahatani integrasi yang dilakukan oleh petani memberikan penerimaan tunai dari penjualan susu, kambing dan pupuk kandang sedangkan penerimaan non tunai berasal dari penggunaan pupuk kandang di kebun salak milik petani. Oleh karena itu, total penerimaan yang diperoleh petani merupakan penjumlahan antara penerimaan tunai dan penerimaan non tunai.

Total biaya yang dikeluarkan baik untuk integrasi usahatani (salak pondoh dan kambing PE) dan non integrasi (salak pondoh) dibedakan atas biaya tunai dan non tunai. Biaya tersebut terdiri atas biaya tenaga kerja, biaya input dan penyusutan peralatan. Identifikasi total penerimaan dan total biaya digunakan untuk melihat besarnya pendapatan petani yang melakukan integrasi dan petani yang tidak melakukan integrasi.

Setelah mengestimasi total penerimaan dan total biaya maka analisis yang dilakukan selanjutnya adalah dengan melihat rasio penerimaan atas biaya (R/C) dari usahatani integrasi dan non integrasi. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah usahatani integrasi lebih menguntungkan dibandingkan dengan usahatani non integrasi apabila dilihat dari R/C rasio. Analisis R/C ini terbagi menjadi R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Secara sistematis analisis R/C dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi 1995):

R/C atas biaya tunai = ... (4.4) R/C atas biaya total = ... (4.5)

Analisis R/C menunjukkan besarnya penerimaan untuk setiap satuan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani. Secara teoritis, usahatani dikatakan menguntungkan apabila R/C > 1 dan merugikan apabila R/C < 1. Apabila rasio


(42)

R/C = 1 artinya usahatani yang dilakukan berada pada titik impas, dimana usahatani tersebut tidak merugikan dan juga tidak menguntungkan.

4.4.3 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani untuk Melakukan Integrasi

Model pendugaan fungsi faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan untuk melakukan integrasi usahatani antara salak pondoh dan kambing PE merupakan model regresi logistik melalui Minitab 14. Pemilihan variabel-variabel model pendugaan fungsi logit dalam penelitian ini didasarkan atas studi terdahulu. Priyanti (2007) menggunakan variabel pendidikan, pekerjaan kepala keluarga, jumlah sapi yang dimiliki, jumlah penggunaan kompos, ketersediaan tenaga kerja keluarga, pendapatan usaha sapi dan akses terhadap informasi teknologi untuk mengetahui faktor adopsi teknologi sistem integrasi tanaman ternak. Adapun variabel yang digunakan oleh Junaidi dan Yamin (2010) dalam mengidentifikasi faktor yang mendorong petani untuk melakukan diversifikasi usahatani kopi meliputi pendapatan, modal, jumlah produksi kopi, pendidikan dan pengalaman berusahatani. Oleh karena itu, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan integrasi usahatani salak pondoh dan kambing PE dalam model penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal, luas lahan salak, umur petani, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman budidaya salak, dan pendapatan hasil usahatani.

4.4.3.1 Model Regresi Logistik

Alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan untuk melakukan integrasi usahatani antara salak pondoh dengan kambing PE yaitu dengan pendekatan model regresi logistik. Model tersebut dirumuskan sebagai berikut (Juanda 2009):

Pi = F (Zi) = F (α + βXi) = = ... (4.6) Persamaan (4.6) dapat ditunjukkan menjadi:

Pi = ... (4.7) dimana:


(43)

Xi = variabel bebas

α = intersep

β = koefisien regresi

e = bilangan dasar logaritma natural (e = 2,718) Zi = α + βXi

Kedua sisi dari persamaan (4.7) dikalikan dengan 1+ sehingga persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:

( ) Pi = 1 ... (4.8) Dibagi dengan Pi dimana 1 disubstitusi dengan Pi/Pi,

= - = , karena e-Zi= 1/ maka menjadi,

= ... (4.9) Persamaan (4.9) ditransformasikan ke dalam persamaan logaritma natural (ln) yaitu:

Zi= ln ... (4.10) Atau dari persamaan (4.10) dapat dituliskan menjadi,

) = Zi= α+ βXi ... (4.11) Persamaan (4.11) merupakan model persamaan logit atau model regresi logistik.

Berdasarkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhinya, maka model logit dapat dirumuskan sebagai berikut:

) = Zi = α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ εi ... (4.12) dimana:

Pi = peluang individu dalam mengambil keputusan integrasi usahatani salak pondoh dan kambing PE

(1-Pi) = peluang individu dalam mengambil keputusan non integrasi usahatani salak pondoh dan kambing PE

Zi = keputusan petani

α = intersep

βi = parameter koefisien regresi untuk Xi X1 = tingkat pendidikan formal (tahun) X2 = luas lahan salak yang dimiliki (m2)


(44)

X3 = umur petani (tahun)

X4 = jumlah tanggungan keluarga (jiwa) X5 = pengalaman budidaya salak (tahun) X6 = pendapatan hasil usahatani (Rp/tahun)

εi = error term

Hipotesis dari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan integrasi usahatani salak pondoh dan kambing PE adalah sebagai berikut:

1) Tingkat Pendidikan Formal

Pendidikan formal petani diharapkan bernilai positif. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal maka akan semakin mudah untuk memahami sistem yang baru dibandingkan dengan petani berpendidikan rendah. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah mengadopsi sistem integrasi usahatani.

2) Luas Lahan Salak

Luas lahan salak yang dimiliki diharapkan bernilai negatif. Petani yang memiliki luas lahan yang sempit cenderung untuk mengembangkan usahataninya sehingga akan terdorong untuk mengadopsi sistem integrasi usahatani karena diharapkan dapat memperoleh tambahan penghasilan dengan memelihara ternak kambing sekaligus dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi sumberdaya yang dimiliki petani.

3) Umur Petani

Umur petani diharapkan bernilai negatif. Umur menunjukkan tingkat produktivitas seseorang dalam bekerja. Semakin tinggi umur seseorang maka produktivitas dalam bekerja akan semakin menurun. Dalam hal ini, petani dengan golongan usia muda (produktif) akan memiliki semangat yang tinggi untuk mengembangkan cabang usaha melalui adopsi integrasi usahatani.

4) Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga diharapkan bernilai positif. Semakin banyak jumlah anggota keluarga akan menyebabkan semakin banyak biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga terdapat dorongan untuk meningkatkan pendapatan. Oleh karena itu, semakin banyak


(45)

jumlah anggota keluarga akan mendorong petani untuk mengadopsi integrasi usahatani.

5) Pengalaman Budidaya Salak

Pengalaman budidaya salak diharapkan bernilai positif. Semakin lama pengalaman yang dimiliki dalam budidaya salak maka akan mendorong petani untuk melakukan pengolahan yang lebih baik dengan memanfaatkan limbah ternak. Hal ini akan mendorong petani untuk mengembangkan usahataninya ke sektor peternakan melalui adopsi integrasi.

6) Pendapatan Hasil Usahatani

Pendapatan hasil usahatani diharapkan bernilai positif. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh dari hasil usahatani maka akan semakin tinggi peluang petani untuk melakukan integrasi usahatani. Adanya integrasi diharapkan bisa menciptakan efisiensi usahatani sehingga diharapkan bisa menambah pendapatan yang diperoleh petani.

4.4.3.2 Pengujian Model Regresi Logistik

a. Uji G

Setelah dugaan model linear logistik diperoleh, selanjutnya menguji apakah model logit tersebut secara keseluruhan dapat menjelaskan keputusan kualitatif (Y) (Juanda 2009). Hipotesis statistik yang diuji dalam hal ini adalah:

H0 : β1= β2= β3 =…=βk = 0 (model tidak dapat menjelaskan) H1 : minimal ada βi ≠ 0, untuk i = 1,2,3,…k (model dapat menjelaskan)

Statistik uji yang digunakan adalah (Nachrowi dan Usman 2008):

G = - 2ln ... (4.13) Keterangan:

Model A adalah model yang terdiri dari seluruh variabel Model B adalah model yang hanya terdiri dari konstanta saja

Jika menggunakan taraf nyata α, hipotesis H0 ditolak (model signifikan) apabila statistik-G >X2α, (k-1) maka dapat disimpulkan bahwa minimal ada βi ≠ 0 dan model dapat menjelaskan pilihan individu pengamatan.


(46)

b. Uji Wald

Untuk menguji faktor mana (βi ≠ 0) yang berpengaruh nyata terhadap pilihannya, diperlukan satistik uji Wald. Uji Wald dapat menguji signifikansi dari parameter koefisien secara parsial yang serupa dengan uji-t dalam regresi linear biasa (Juanda 2009). Hipotesis statistik yang diuji adalah:

H0 : βi = 0 untuk 1,2,3,…k (peubah Xi tidak berpengaruh nyata) H1 : βi ≠ 0 (peubah Xi berpengaruh nyata)

Statistik uji yang digunakan adalah:

W = ... (4.14) dimana:

= koefisien regresi

= standard error of β (galat kesalahandari β)

H0 ditolak apabila W lebih kecil dari taraf nyata sehingga parameter tersebut signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi α yang dipilih artinya peubah Xi tersebut berpengaruh nyata terhadap Y.

c. Uji Odds Ratio

Odds ratio merupakan rasio peluang peluang terjadi pilihan 1 (ya) terhadap peluang terjadi pilihan 0 (tidak) dari variabel respons (Juanada 2009). Secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut:

Odds ratio = ... (4.15) dimana:

Pi = peluang petani melakukan usahatani integrasi 1 - Pi = peluang petani tidak melakukan usahatani integrasi

4.4.4 Uji Beda Rata-rata

Guna mengetahui ada tidaknya perbedaan produktivitas buah salak antara petani integrasi dan non integrasi digunakan analisis uji beda dua sampel (T-test) melalui SPSS 16. Uji t dua sampel ini tergolong uji perbandingan untuk membandingkan (membedakan) apakah kedua data (variabel) sama atau berbeda. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari t-hitung adalah (Riduwan 2003):


(47)

... (4.16)

dimana:

r = nilai korelasi x1 dengan x2.

= rata-rata produktivitas buah salak petani integrasi. = rata-rata produktivitas buah salak petani non integrasi. S1 = standar deviasi produktivitas buah salak petani integrasi. S2 = standar deviasi produktivitas buah salak petani non integrasi. S12 = varian produktivitas buah salak petani integrasi.

S22 = varian produktivitas buah salak petani non integrasi. = jumlah sampel petani integrasi ( = 28).

= jumlah sampel petani non integrasi ( = 15). Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

H0 = tidak terdapat perbedaan produktivitas buah salak antara petani integrasi dan non integrasi.

H1 = terdapat perbedaan produktivitas buah salak antara petani integrasi dan non integrasi.

Adapun kriteria pengujian dari uji beda rata-rata tersebut adalah apabila P-value uji beda dua sampel bebas > α maka terima H0 artinya tidak ada perbedaan produktivitas buah salak antara petani integrasi dan non integrasi. Sementara itu, apabila P-value uji beda dua sampel bebas < α maka tolak H0 artinya ada perbedaan produktivitas buah salak antara petani integrasi dan non integrasi.


(48)

V GAMBARAN UMUM

5.1 Kondisi Umum Desa Girikerto

5.1.1 Letak Geografis

Desa Girikerto merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Girikerto berada di wilayah topografi berupa perbukitan seluas 0,3 hektar dengan ketinggian 400-700 di atas permukaan laut. Desa Girikerto memiliki suhu udara rata-rata harian 23-310C dengan curah hujan rata-rata per tahun 3.908 mm.

Secara geografis, desa ini terletak kurang lebih 4 km dari ibu kota Kecamatan Turi, 10 km dari ibu kota Kabupaten Sleman dan 20 km dari ibu kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun perbatasan wilayah Desa Girikerto adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Gunung Merapi

Sebelah Selatan : Desa Donokerto, Kecamatan Turi

Sebelah Timur : Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem Sebelah Barat : Desa Wonokerto, Kecamatan Turi

Luas wilayah Desa Girikerto sebesar 1.002 hektar yang terdiri atas pemukiman, persawahan, perkebunan dan lain-lain. Desa Girikerto memiliki 13 dusun, 27 RW dan 67 RT. Adapun penggunaan lahan di Desa Girikerto sebagian besar digunakan untuk perswahan (35,33%), pekarangan (26,27%) dan pemukiman (26,25%). Informasi penggunaan lahan di Desa Girikerto secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Luas wilayah berdasarkan penggunaan lahan di Desa Girikerto

No Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1 Pemukiman 263 26,25

2 Persawahan 354 35,33

3 Perkebunan 119,8 11,96

4 Pekarangan 263,2 26,27

5 Perkantoran 0,5 0,05

6 Kuburan 1,5 0,15

Jumlah 1.002 100,00


(49)

5.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi Desa Girikerto

Penduduk Desa Girikerto hingga akhir Desember 2012 berjumlah 8.130 jiwa yang terdiri atas 4.023 (49,48%) laki-laki dan 4.107 (50,52%) perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebesar 2.475 jiwa. Sebagian besar masyarakat Desa Girikerto memeluk agama Islam. Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Girikerto tergolong tinggi seperti yang ditunjukkan Tabel 6. Rata-rata penduduk telah menyelesaikan pendidikannya hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dengan jumlah 1.740 jiwa (29,50%).

Tabel 6 Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Girikerto

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Buta Aksara 30 0,51

2 Sedang SD 720 12,21

3 Tamat SD 1.395 23,65

4 Tidak Tamat SD 407 6,90

5 Sedang SLTP 155 2,63

6 Tamat SLTP 55 0,93

7 Sedang SLTA 861 14,60

8 Tamat SLTA 1.740 29,50

9 D3 390 6,61

10 Sedang S1 23 0,39

11 Tamat S1 123 2,09

Jumlah 5.899 100,00

Sumber: Desa Girikerto (2013)

Adapun komposisi penduduk menurut mata pencaharian pokok dapat dilihat pada Tabel 7. Berdasarkan tabel tersebut, penduduk Desa Girikerto sebagian besar berprofesi sebagai petani yaitu sebanyak 3.152 jiwa (70,94%). Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan tulang punggung di Desa Girikerto. Komoditas salak pondoh dan kambing peranakan etawa menjadi unggulan di bidang hortikultura dan peternakan. Lahan yang digunakan untuk membudidayakan salak pondoh ini memiliki luasan terbesar yaitu 430 hektar dibandingkan komoditas tanaman pangan maupun hortikultura lainnya. Sementara itu, total populasi kambing yang ada di Desa Girikerto mencapai 2.625 ekor pada tahun 2012.


(50)

Tabel 7 Jenis pekerjaan masyarakat di Desa Girikerto

No Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani 3.152 70,94

2 Buruh tani 48 1,08

3 Pedagang 31 0,70

4 PNS 158 3,56

5 TNI/POLRI 38 0,86

6 Pensiunan 129 2,90

7 Pegawai swasta 863 19,42

8 Lainnya 24 0,54

Jumlah 4.443 100,00

Sumber: Desa Girikerto (2013)

Tingkat kesejahteraan keluarga di Desa Girikerto dikelompokkan menjadi lima golongan. Hal ini didasarkan pada kriteria keluarga yang ditetapkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Kriteria jumlah keluarga menurut tingkat kesejahteraannya di Desa Girikerto dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Kesejahteraan keluarga di Desa Girikerto

No Uraian Jumlah (KK) Persentase (%)

1 Keluarga Prasejahtera 545 22,02

2 Keluarga Sejahtera I 490 19,80

3 Keluarga Sejahtera II 450 18,18

4 Keluarga Sejahtera III 925 37,37

5 Keluarga Sejahtera III Plus 65 2,63

Jumlah 2.475 100,00

Sumber: Desa Girikerto (2013)

Tabel 8 menunjukkan dengan persentase sebesar 37,37% mayoritas keluarga di Desa Girikerto tergolong Keluarga Sejahtera III kemudian sebesar 22,02% keluarga di desa ini tergolong Keluarga Prasejahtera. Selanjutnya, kriteria keluarga yang tergolong Keluarga Sejahtera I dan Keluarga Sejahtera II masing-masing sebesar 19,80% dan 18,18%. Adapun golongan Keluarga Sejahtera III plus sebanyak 2,63%.

Berdasarkan kriteria keluarga sejahtera BKKBN, yang termasuk keluarga miskin adalah golongan Keluarga Prasejahtera dan Keluarga Sejahtera I. Total keluarga miskin di Desa Girikerto apabila mengacu pada kriteria tersebut sebesar 41,82% sedangkan total keluarga tidak miskin sebesar 58,18%. Hal ini


(51)

menunjukkan mayoritas rumah tangga di Desa Girikerto tergolong keluarga tidak miskin.

5.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Girikerto sudah cukup tersedia dengan baik. Jalan utama yang menghubungkan desa dengan wilayah luar pun dalam kondisi yang beraspal sehingga bisa dilalui berbagai jenis kendaraan darat. Desa Girikerto tidak memiliki transportasi umum sehingga untuk melakukan mobilisasi sebagian besar masyarakat menggunakan kendaraan pribadi berupa motor.

Kebutuhan penduduk untuk pendidikan dasar dan pelayanan kesehatan sederhana dapat terpenuhi di dalam desa tanpa harus mencari ke luar wilayah desa. Apabila dilihat dari fasilitas pendidikan, Desa Girikerto memiliki 3 PAUD, 5 TK, 5 SD dan 1 SMP. Penduduk yang ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah atas dan perguruan tinggi harus mencari ke wilayah lain di luar desa. Pelayanan kesehatan yang dimiliki Desa Girikerto sebanyak 13 posyandu dengan jumlah kader posyandu aktif 26 orang dan 3 pembina posyandu. Adapun layanan air bersih di Desa Girikerto masih bersumber pada mata air dan sumur gali.

5.2 Karakteristik Responden

Karakteristik umum responden di Desa Girikerto diperoleh secara purposive sampling yang dilakukan terhadap 43 responden yang terdiri atas 28 responden petani integrasi (Lampiran 1) dan 15 responden petani non integrasi (Lampiran 2). Karakteristik responden ini dilihat dari variabel yang meliputi usia, pendidikan formal, luas dan status kepemilikan lahan salak, status usahatani salak pondoh, pengalaman budidaya salak pondoh. Karakteristik lain yang diamati adalah karakteristik dalam beternak seperti jumlah ternak, status kepemilikan ternak, pengalaman usahaternak dan motivasi dalam berusahaternak. Karakteristik tersebut dijelaskan dalam sub bab berikut:


(52)

5.2.1 Karakteristik Umum 5.2.1.1 Usia

Tingkat usia menjadi salah satu aspek yang mempengaruhi petani dalam mengambil suatu tindakan atau keputusan yang berhubungan dengan usahataninya. Usia petani yang masih muda memiliki kondisi fisik yang sangat baik untuk menjalankan setiap aktivitas dalam berusahatani. Sebaran usia petani integrasi dan petani non integrasi dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah petani integrasi dan non integrasi berdasarkan sebaran usia

Usia (tahun)

Petani Integrasi Petani Non Integrasi Jumlah

(orang)

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

<35 2 7,14 1 6,67

35-44 7 25,00 2 13,33

45-54 14 50,00 6 40,00

55-64 5 17,86 4 26,67

>65 0 0,00 2 13,33

Jumlah 28 100,00 15 100,00

Sumber: Data Primer, diolah (2013)

Tabel 9 menyajikan data yang menunjukkan bahwa sebaran usia responden sebagian besar berada pada usia prima yang masih produktif pada kisaran 45-54 tahun dengan nilai 50% untuk petani integrasi dan 40% untuk petani non integrasi. Responden yang memiliki usia paling muda berumur 27 tahun sedangkan yang paling tua berumur 69 tahun. Hal ini menunjukkan kegiatan usahatani di Desa Girikerto merupakan sumber mata pencaharian pokok dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

5.2.1.2 Pendidikan Formal Responden

Tingkat pendidikan responden akan berpengaruh terhadap tingkat penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan dalam melakukan usahatani. Sebaran pendidikan yang dimiliki oleh petani non integrasi relatif sama dimana petani memiliki pendidikan terakhir pada tingkat SD, SMP dan SMA masing-masing sebanyak 5 orang (33,33%). Adapun tingkat pendidikan petani integrasi lebih bervariasi dibandingkan petani non integrasi. Sebagian besar petani integrasi memiliki tingkat pendidikan yang tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan bahwa sebanyak 9 orang petani integrasi (32,14%) berpendidikan SD bahkan ada


(1)

Lampiran 7 Hasil output regresi logistik dengan program

Minitab 14.0 for

Windows

Welcome to Minitab, press F1 for help.

Binary Logistic Regression: KEPUTUSAN versus PENDIDIKAN, LLS, ...

Link Function: Logit

Response Information Variable Value Count

KEPUTUSAN 1 28 (Event) 0 15

Total 43 Logistic Regression Table

Odds 95% CI Predictor Coef SE Coef Z P Ratio Lower Upper Constant 10.1375 4.87101 2.08 0.037

PENDIDIKAN -0.457709 0.230171 -1.99 0.047 0.63 0.40 0.99 LLS -0.0004495 0.0002580 -1.74 0.081 1.00 1.00 1.00 UMUR -0.158800 0.0729902 -2.18 0.030 0.85 0.74 0.98 JTK 0.243165 0.491892 0.49 0.621 1.28 0.49 3.34 PBDS 0.0854024 0.0642709 1.33 0.184 1.09 0.96 1.24 PENDAPATAN 0.0571517 0.0485989 1.18 0.240 1.06 0.96 1.16 Log-Likelihood = -20.061

Test that all slopes are zero: G = 15.496, DF = 6, P-Value = 0.017 Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 39.5929 36 0.313 Deviance 40.1220 36 0.292 Hosmer-Lemeshow 7.7459 8 0.459 Table of Observed and Expected Frequencies:

(See Hosmer-Lemeshow Test for the Pearson Chi-Square Statistic) Group

Value 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total 1

Obs 0 2 2 2 3 2 5 4 3 5 28 Exp 0.4 1.4 2.0 2.7 2.5 3.0 3.9 3.5 3.8 4.9

0

Obs 4 2 2 3 1 2 0 0 1 0 15 Exp 3.6 2.6 2.0 2.3 1.5 1.0 1.1 0.5 0.2 0.1

Total 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 43 Measures of Association:

(Between the Response Variable and Predicted Probabilities) Pairs Number Percent Summary Measures

Concordant 350 83.3 Somers' D 0.67 Discordant 68 16.2 Goodman-Kruskal Gamma 0.67 Ties 2 0.5 Kendall's Tau-a 0.31 Total 420 100.0


(2)

Lampiran 8 Hasil uji beda produktivitas salak pondoh petani integrasi dan non integrasi

Group Statistics

PETANI N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

PRODUKTIVITAS 1 28 8.6873E3 3242.29185 612.73556

2 15 9.0016E3 2950.67096 761.85997

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

PRODUKTIVITAS Equal variances assumed

.496 .485 -.312 41 .756 -314.27801 1006.54797 -2347.04286 1718.48685

Equal variances not assumed

-.321 31.200 .750 -314.27801 977.68885 -2307.76899 1679.21297


(3)

Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian

Peternakan Kambing Peranakan Etawa

Kondisi Kandang Kelompok


(4)

Pemberian Pakan Konsentrat

Pembersihan Kandang

Inthil, Urin dan Sisa Pakan

Karung Pupuk Kandang

Perkebunan Salak


(5)

Bakal Buah Salak

Proses Penyerbukan

Pupuk Kandang Pada Kebun Salak

Pemangkasan Daun Salak


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 Mei 1991 dari ayah Poniman

(Alm) dan ibu Sri Hartati. Penulis adalah putri ketiga dari tiga bersaudara. Tahun

2009 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Bogor dan pada tahun yang sama penulis

lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi

Masuk IPB dan diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama

mengikuti

perkuliahan,

penulis

aktif

dalam

kegiatan

kemahasiswaan yaitu sebagai Badan Pengawas Himpunan Profesi

Resource and

Environmental Economics Student Association (REESA) pada periode 2010-2011.

Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kepanitian di IPB seperti FEM

Mengajar, Public Speaking School BEM FEM IPB, dan Greenstation.