Penerimaan Usahaternak Kambing Peranakan Etawa

51

6.2.2.2 Penerimaan Usahaternak Kambing Peranakan Etawa

Komponen penerimaan usahaternak dari kambing PE terbagi menjadi penerimaan tunai dan non tunai. Penerimaan tunai ini merupakan jumlah output usahaternak yang secara langsung dijual oleh petani integrasi dikalikan dengan harga yang berlaku terhadap output usahaternak tersebut. Penerimaan tunai dalam penelitian ini berasal dari penjualan susu, kambing dan pupuk kandang. Sementara itu, output yang termasuk dalam komponen penerimaan non tunai dalam penelitian ini adalah pupuk kandang yang digunakan di kebun salak milik petani integrasi. Hal ini dikarenakan terdapat nilai opportunity cost dari pupuk kandang apabila pupuk tersebut dijual oleh petani integrasi. Adapun penjualan pupuk kandang ini dilakukan petani ketika pupuk yang digunakan untuk kebun salak sudah mencukupi. Pemanfaatan pupuk kandang untuk kebun salak menjadi prioritas utama sehingga petani hanya akan menjual pupuk kandang ketika terdapat sisa dari pupuk yang digunakan untuk kebun salak. Oleh karena itu, petani memiliki peluang untuk memperoleh tambahan penghasilan dari penjulan pupuk kandang. Data penerimaan usahaternak kambing peranakan etawa petani integrasi dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Penerimaan usahaternak kambing peranakan etawa petani integrasi Komponen Jumlah Harga Total Penerimaan Tunai Susu literekor 121,48 13.675 1.661.239 Pupuk Kandang kgekor 345,35 470 162.315 Kambing ekor 3,95 1.005.786 3.972.855 Sub Total 5.796.409 Penerimaan Non Tunai Pupuk Kandang kgekor 532,10 425 226.143 Sub Total 226.143 Total Penerimaan Rpekortahun 6.022.552 Sumber: Data Primer, diolah 2013 Tabel 21 menunjukkan bahwa rata-rata total penerimaan usahaternak petani integrasi sebesar Rp 6.022.552ekortahun. Jumlah tersebut merupakan jumlah rata-rata penerimaan tunai dan penerimaan non tunai. Ouput yang tergolong dalam penerimaan non tunai hanya berasal dari pupuk kandang hal ini dikarenakan dari jumlah susu yang dihasilkan dari ternak kambing, tidak ada susu yang dikonsumsi 52 oleh keluarga petani integrasi. Berdasarkan hasil wawancara, petani integrasi menjual seluruh susu ke tempat pengolahan dengan harga jual antara Rp 13.000liter hingga Rp 14.000liter. Hasil perhitungan produksi dan produktivitas susu kambing PE milik petani integrasi disajikan dalam Lampiran 6. Adapun di Desa Girikerto sudah memiliki tempat pengolahan susu kambing yang berperan sebagai lembaga pemasaran susu yang diperoleh dari petani. Produk hasil olahan susu tersebut berupa susu bubuk dalam kemasan dengan berbagai rasa. Adanya proses pengolahan ini membuat susu kambing sebagai komoditas yang memiliki nilai jual tinggi. Meskipun demikian, pihak pengelola memerlukan upaya inovatif karena terdapat beberapa kendala dalam hal pemasaran produk olahan susu kambing. Hal ini dikarenakan kurangnya minat konsumen untuk mengonsumsi susu kambing dan adanya aroma khas susu yang masih identik dengan aroma kambing. Proses pengolahan susu ini memungkinkan susu kambing sebagai produk yang tahan lama sehingga terdapat daya tarik bagi petani untuk memelihara ternak kambing sebagai komoditas lokal yang potensial disamping melakukan budidaya salak pondoh. Selain itu, keberadaan tempat pengolahan susu ini juga mampu memberikan aktivitas ekonomis bagi kalangan perempuan di Desa Girikerto. Hal ini dikarenakan keberadaan tempat pengolahan susu tersebut mampu memberdayakan kalangan perempuan di Desa Girikerto sebagai tenaga kerja. Kondisi tersebut merupakan kesempatan yang dimanfaatkan sebagai salah satu tambahan penghasilan di luar kegiatan budidaya salak pondoh dan kambing PE. Oleh karena itu, kegiatan di bidang pertanian baik berupa usahatani salak pondoh, usahaternak kambing PE dan industri pengolahan susu yang ada ini dapat menjadi roda perekonomian dan pembangunan di Desa Girikerto.

6.2.2.3 Biaya Usahaternak Kambing Peranakan Etawa