Variabel yang Signifikan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani untuk Melakukan Integrasi

59 menunjukkan nilai yang lebih besar dari taraf nyata 5 α = 5 sehingga dapat disimpulkan model tersebut cukup layak untuk digunakan dalam prediksi.

6.3.1 Variabel yang Signifikan

Hasil olahan data menunjukkan terdapat tiga variabel yang signifikan dalam model regresi logistik ini, yaitu variabel pendidikan X 1 , luas lahan salak X 2 dan umur petani X 3 . Variabel pendidikan X 1 memiliki nilai signifikan secara statistik pada taraf α 5 dengan nilai P sebesar 0,047. Nilai koefisien bertanda negatif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki petani maka keinginan untuk melakukan usahatani integrasi akan semakin berkurang. Nilai odd ratio sebesar 0,63 yang berarti kenaikan tingkat pendidikan satu tahun maka peluang untuk melakukan usahatani integrasi 0,63 kali lebih kecil dibandingkan peluangnya untuk tidak melakukan usahatani integrasi, cateris paribus. Hal ini berbanding terbalik dengan hipotesis awal dimana semakin tingggi tingkat pendidikan maka akan semakin tinggi pula peluang untuk melakukan usahatani integrasi karena akan mempengaruhi kinerja petani dalam mengelola usahataninya. Berdasarkan pengamatan di lapangan petani responden yang melakukan usahatani integrasi didominasi dengan tingkat pendidikan SD 32,14 sehingga petani yang memiliki pendidikan rendah mempunyai peluang lebih besar dalam mengambil keputusan untuk mengembangkan usahatani integrasi. Hal ini dikarenakan petani bisa mendapatkan pengetahuan mengenai usahatani yang baru tidak hanya dari tingginya tingkat pendidikan yang diperoleh tetapi lebih memanfaatkan pengalamannya selama melakukan kegiatan budidaya pertanian. Dengan demikian, penerapan usahatani integrasi ini tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi untuk bisa dikembangkan. Variabel luas lahan salak X 2 memiliki nilai signifikan secara statistik pada taraf α 10 dengan nilai P sebesar 0,081. Nilai koefisien bertanda negatif yang menunjukkan bahwa semakin luas lahan salak yang dimiliki petani maka akan menurunkan peluang untuk berusahatani integrasi. Nilai odd ratio sebesar 1,00 artinya kenaikan kepemilikan luas lahan salak sebesar 1 m 2 maka peluang petani untuk melakukan usahatani integrasi 1,00 kali lebih kecil dibandingkan peluangnya untuk tidak melakukan usahatani integrasi, cateris paribus. Kondisi 60 tersebut menunjukkan bahwa kecenderungan untuk melakukan usahatani integrasi adalah petani yang memiliki lahan salak yang sempit. Berdasarkan kondisi di lapangan petani responden yang melakukan usahatani integrasi memiliki kepemilikan lahan yang kecil dibandingkan petani non integrasi. Rata-rata kepemilikan lahan petani integrasi kurang dari 2.000 m 2 64,29 sedangkan petani non integrasi memiliki luas lahan lahan salak antara 2.000 m 2 hingga 5.000 m 2 53,33. Oleh karena itu, kepemilikan lahan yang kecil akan mendorong petani untuk melakukan usahatani integrasi antara tanaman salak dan ternak kambing dalam rangka menambah penghasilan sekaligus untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan sumberdaya yang ada. Variabel umur petani X 3 juga memiliki nilai signifikan secara statistik pada taraf α 5 dengan nilai P sebesar 0,03 dan koefisien yang bertanda negatif. Nilai odd ratio sebesar 0,85 yang berarti bahwa setiap kenaikan umur petani satu tahun maka peluang untuk melakukan usahatani integrasi 0,85 kali lebih kecil dibandingkan peluangnya untuk tidak melakukan usahatani integrasi, cateris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan umur petani akan mengurangi peluang untuk melakukan usahatani integrasi. Dengan demikian, petani yang memiliki usia muda memiliki peluang lebih besar untuk melakukan usahatani integrasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, rata-rata umur petani integrasi berada pada usia yang masih produktif 50 sehingga petani responden memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan tanaman salaknya dengan ternak kambing. Umur petani akan berpengaruh terhadap kinerja dan tenaga dalam mengelola usahataninya. Semakin tua umur maka tingkat produktivitas petani dalam bekerja akan lebih rendah dibandingkan petani yang lebih muda. Oleh karena itu, penerapan usahatani integrasi ini membutuhkan usia yang produktif karena cenderung memerlukan curahan tenaga yang lebih banyak dibandingkan usahatani non integrasi.

6.3.2 Variabel yang Tidak Signifikan