Analisis Pendapatan Usahatani Integrasi dan Non Integrasi

54 Lahan kandang di Desa Girikerto merupakan tanah kas desa yang disewakan khusus untuk pengembangan ternak kambing PE sehingga kandang para petani terkumpul dalam satu lokasi atau yang biasa disebut sebagai kandang kelompok. Lahan yang digunakan untuk kandang kelompok seluas 3 hektar dimana lokasinya cukup jauh dari area perumahan warga sehingga tidak mengganggu kenyamanan aktivitas sehari-hari. Berdasarkan pengamatan, tipe kandang responden berupa kandang panggung dan non panggung dengan lantai kandang yang terbuat dari kayu, lantai tanah tanpa pondasi dan lantai semen. Sebanyak 20 orang responden 71,43 membuat kandang dengan tipe panggung dan 8 orang responden 28,57 menggunakan tipe non panggung sebagai kandang ternaknya. Pembuatan kandang panggung ini memudahkan petani dalam membersihkan kotoran ternaknya karena kotoran kambing dan urin akan langsung jatuh diantara sela-sela lantai kandang. Petani integrasi di Desa Girikerto umumnya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dalam pemeliharaan ternak kambing. Adapun tenaga kerja luar keluarga biasanya dipekerjakan hanya ketika membersihkan kotoran kambing untuk dibawa ke kebun salak. Sementara itu, untuk usahatani salak pondoh petani akan mempekerjakan tenaga kerja luar keluarga untuk kebutuhan pemeliharaan kebun salak seperti pemangkasan, pemupukan dan sanitasi.

6.2.3 Analisis Pendapatan Usahatani Integrasi dan Non Integrasi

Pendapatan usahatani integrasi salak pondoh dan kambing PE dan non integrasi salak pondoh dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya tunai sedangkan pendapatan atas biaya total diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya total. Pendapatan atas biaya total akan lebih rendah dibandingkan pendapatan atas biaya tunai. Hal ini dikarenakan dalam analisis pendapatan atas biaya total memperhitungkan biaya tenaga kerja dalam keluarga sedangkan pada analisis pendapatan atas biaya tunai tidak memperhitungkan hal tersebut. Tabel 23 berikut ini menggambarkan perhitungan pendapatan usahatani integrasi dan non integrasi selama satu tahun. 55 Tabel 23 Analisis pendapatan usahatani integrasi dan non integrasi Rptahun Komponen Integrasi Non Integrasi Selisih Penerimaan 44.505.006 39.434.622 5.070.384 Biaya Tunai 12.675.886 12.729.828 53.942 Biaya Non Tunai 25.174.179 23.719.268 1.454.911 Total Biaya 37.850.065 36.449.096 1.400.969 Pendapatan Atas Biaya Tunai 31.829.120 26.704.794 5.124.326 Pendapatan Atas Total Biaya 6.654.941 2.985.526 3.669.415 RC Tunai 3,51 3,10 RC Total 1,18 1,08 Sumber: Data Primer, diolah 2013 Berdasarkan data yang diperoleh dari Tabel 23, total penerimaan usahatani integrasi sebesar Rp 44.505.006 per tahun dan total penerimaan usahatani non integrasi sebesar Rp 39.434.622 per tahun. Perbedaan tersebut disebabkan adanya perbedaan hasil produksi dari masing-masing usahatani. Petani integrasi memperoleh penerimaan dari usahatani salak pondoh sebesar Rp 38.482.454hatahun dan dari usahaternak kambing PE sebesar Rp 6.022.552ekortahun sedangkan petani non integrasi hanya memperoleh penerimaan dari usahatani salak pondoh yaitu sebesar Rp 39.434.622hatahun. Total biaya usahatani integrasi yaitu sebesar Rp 37.850.065 dalam satu tahun. Biaya ini memiliki proporsi yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan dalam usahatani non integrasi yaitu sebesar Rp 36.449.096 dalam satu tahun. Hal tersebut dikarenakan adanya tambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh petani integrasi untuk pemeliharaan ternak kambingnya baik berupa biaya tunai seperti pengadaan pakan dan biaya non tunai berupa penyusutan alat, penyusutan kandang dan pemberian upah terhadap tenaga kerja dalam keluarga. Adapun pendapatan usahatani yang diperoleh petani integrasi dan petani non integrasi bernilai positif yang artinya kedua usahatani tersebut memperoleh keuntungan atas usahatani yang dijalankan. Pendapatan atas biaya total usahatani integrasi memiliki jumlah yang lebih tinggi yaitu Rp 6.654.941 dibandingkan usahatani non integrasi sebesar Rp 2.985.526 dengan selisih Rp 3.669.415. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani yang dijalankan secara terintegrasi antara salak pondoh dan kambing PE lebih menguntungkan dibandingkan apabila usaha tersebut dijalankan secara parsial. 56 Efisiensi usahatani integrasi dan non integrasi dapat dilihat dari nilai RC rasio yang diperoleh dari kedua usahatani tersebut. Tabel 23 menunjukkan bahwa RC atas biaya total bernilai positif yang artinya kedua usahatani tersebut menguntungkan secara ekonomi karena nilai RC usahatani integrasi dan non integrasi bernilai lebih dari satu. Berdasarkan data yang diperoleh, nilai RC rata- rata dalam satu tahun untuk usahatani integrasi atas biaya total sebesar 1,18 dan nilai RC untuk usahatani non integrasi sebesar 1,08. Hal ini menjelaskan bahwa setiap satu rupiah input yang dikeluarkan atas biaya total untuk usahatani integrasi akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,18 begitu pula dengan usahatani non integrasi, setiap satu rupiah input yang dikeluarkan atas biaya total akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,08. Pengembangan usahatani antara salak pondoh dan kambing peranakan etawa ini memberikan manfaat secara ekonomi, sosial dan lingkungan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Sleman selalu berupaya untuk mendukung kegiatan budidaya salak pondoh dan kambing peranakan etawa di Desa Girikerto. Program yang ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Sleman dibidang budidaya salak pondoh adalah dengan menerapkan prinsip budidaya tanaman yang baik Good Agricultural PracticesGAP dan Standar Operasional Prosedur SOP pada komoditas salak pondoh 3 . Adanya penerapan GAP dan SOP ini diharapkan dapat menghasilkan buah salak yang berkualitas sehingga memiliki daya saing sebagai komoditas ekspor. Program GAP dan SOP di Desa Girikerto sendiri belum sepenuhnya diterapkan oleh seluruh petani salak, namun secara perlahan diharapkan program ini dapat diaplikasikan oleh seluruh petani salak yang ada di Kabupaten Sleman. Adapun upaya Pemerintah Kabupaten Sleman yang sudah diterapkan di Desa Girikerto dapat dilihat dari adanya bantuan pengadaan sarana dan prasarana pengolahan pupuk organik. Adanya pengolahan pupuk organik ini diharapkan dapat meningkatkan minat petani untuk berpartisipasi dalam penerapan pertanian yang ramah lingkungan melalui teknologi pengolahan pupuk didalamnya. Meskipun demikian, hanya sebagian petani yang sudah memanfaatkan fasilitas tersebut. Hal ini dikarenakan petani menganggap pupuk kandang yang diperoleh 3 http:www.slemankab.go.id4824sekjen-kementerian-pertanian-kunjungi-kebun-salak-sleman.slm diakses pada tanggal 4 April 2014 57 dari ternak kambing yang dipeliharanya sudah cukup baik untuk digunakan di kebun salak meskipun belum melalui proses pengolahan. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Sleman juga terus menggalakkan program intensifikasi pertanian. Hal ini dapat dilihat dari adanya bantuan pemerintah berupa pengadaan bibit unggul buah salak pondoh dan pupuk organik yang diberikan kepada kelompok tani. Adapun apabila dilihat dari peran serta pemerintah dalam hal sektor peternakan ditunjukkan melalui pengadaan bibit ternak kambing PE. Pemerintah memberikan kesempatan kepada petani sekaligus peternak agar dapat meningkatkan skala usahaternak kambingnya melalui kerjasama antara pemerintah selaku pemberi modal dan peternak yang berperan sebagai pemelihara. Pemberian bantuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan potensi sumberdaya yang dimiliki Desa Girikerto agar budidaya salak pondoh dan ternak kambing PE ini terus menjadi unggulan daerah Kabupaten Sleman.

6.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani untuk Melakukan Integrasi

Berbagai macam tindakan dilakukan oleh petani untuk memperoleh tambahan penghasilan salah satunya dengan cara mengembangkan usaha ke bidang peternakan dengan pola usaha yang terintegrasi dengan cabang usaha yang dijalankan. Hal tersebut dilakukan petani di Desa Girikerto dengan memadukan antara usahatani tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE. Selain karena faktor pendapatan, tingginya risiko usahatani tanaman terhadap iklim dan cuaca turut mendorong petani untuk melakukan usahatani terintegrasi. Usahatani integrasi ini merupakan cara petani dalam memanfaatkan sumberdaya lokal yang ada seperti dalam hal pemanfaatan pupuk kandang dan limbah daun salak. Meskipun demikian, masih ada petani salak yang belum mengembangkan usahanya ke bidang peternakan kambing PE. Pada sub bab ini akan dikaji faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk mengembangkan usahatani terintegrasi. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam pengambilan keputusan oleh petani dianalisis dengan model regresi logistik. Variabel independen yang diduga berpengaruh dalam pengambilan keputusan tersebut diantaranya tingkat pendidikan formal X 1 , luas lahan salak X 2 , umur petani X 3 , jumlah