Penanganan Limbah Daun Salak

43 tidak dibuang di sembarang tempat dan dapat menghemat pembelian pupuk untuk kebun salak sehingga dapat mengurangi biaya produksi salak pondoh. Hal ini menjadi salah satu keuntungan petani integrasi dibandingkan dengan petani non integrasi yang harus membeli pupuk untuk kebun salak pondoh. Pada umumnya, petani integrasi di Desa Girikerto menggunakan langsung kotoran kambing ini tanpa melalui proses pengolahan. Hartatik dan Widiowati 2006 menyatakan bahwa nilai rasio CN pupuk kandang kambing diatas 30 sehingga pupuk kandang kambing akan lebih baik penggunaannya apabila dikomposkan terlebih dahulu karena pupuk kandang yang baik harus memiliki rasio CN 20. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, pemanfaatan kotoran ternak kambing tidak berdampak pada kondisi lahan maupun tanaman salak pondoh meskipun tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. Terdapat beberapa kendala yang menyebabkan petani belum melakukan proses pengolahan terhadap kotoran ternak kambing diantaranya kekurangan tenaga dan waktu, kekurangan modal menambah biaya dan faktor kemalasan petani.

6.1.2 Penanganan Limbah Daun Salak

Penanganan limbah daun salak yang dilakukan oleh petani responden di Desa Girikerto diantaranya dengan memanfaatkan daun salak sebagai pakan ternak kambing PE dan tambahan pupuk di kebun salak melalui proses pencacahan. Pemanfaatan daun salak sebagai pakan dilakukan oleh petani responden ketika musim kemarau tiba dimana hijauan untuk pakan ternak kambing sulit untuk diperoleh. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pemanfaatan daun salak untuk pakan hanya bersifat sebagai tambahan campuran hijauan saja bukan sebagai makanan pokok bagi ternak kambing. Hal ini dikarenakan para petani responden menganggap hijauan lain terutama kaliandra merupakan hijauan yang paling baik bagi pertumbuhan ternak kambing yang dipelihara sehingga daun salak hanya digunakan sebagai campuran dengan frekuensi pemberian yang tidak rutin. Berdasarkan hasil uji laboratorium, daun salak memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Hal tersebut dapat diketahui pada Tabel 17. 44 Tabel 17 Kandungan nutrisi berbagai hijauan Jenis Hijauan Macam Analisa Proksimat Air Abu Lemak Protein Daun Salak 57,91 6,41 2,02 4,28 Daun Wilada 74,36 5,03 1,29 2,44 Rumput Gajah 40,15 11,7 1,6 10,2 Kaliandra 60,23 8,04 4,1 22,4 Sumber: KKN PPM UGM 2011 Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa daun salak memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan daun wilada meskipun masih lebih rendah dibandingkan daun kaliandra dan rumput gajah. Hal tersebut menunjukkan bahwa daun salak memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik sehingga bisa dimanfaatkan sebagai pakan. Adapun bagian daun salak yang digunakan sebagai pakan kambing PE adalah daun yang sudah tua yang siap untuk dipangkas. Petani memberikan secara langsung daun salak kepada ternak kambingnya tanpa proses penggilingan atau pengolahan. Proporsi daun salak yang digunakan sebagai tambahan pakan ternak antara 1 hingga 5 pelepah setiap satu kali pemberian. Para petani responden biasanya akan membersihkan duri-duri yang terdapat pada pelepah daun sebelum digunakan sebagai pakan. Proses pemberian pakan daun salak maupun hijauan lain dilakukan secara cut and carry system dimana petani responden mencari pakan dengan menyabit dan diberikan pada ternak yang berada dalam kandang. Selain digunakan sebagai tambahan pakan, seluruh petani responden menyatakan bahwa mereka melakukan proses pencacahan limbah daun salak yang kemudian diletakkan di sela-sela tanaman dan dibiarkan terurai menjadi pupuk. Pada umumnya, mereka melakukan pencacahan setelah proses pemangkasan sehingga tidak ada daun salak yang dibakar atau dibuang di sembarang tempat. Hal tersebut dilakukan oleh petani salak baik petani integrasi maupun non integrasi dalam menangani limbah daun salak. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pola integrasi yang terjadi antara tanaman salak pondoh dan kambing peranakan etawa di Desa Girikerto masih bersifat tradisional tanpa sentuhan teknologi modern terhadap by product yang dihasilkan oleh masing-masing jenis usaha. Penanganan yang dilakukan para 45 petani terhadap by product tersebut memperlihatkan adanya penggunaan sumberdaya lokal dalam menjalankan usahataninya. Penanganan kotoran ternak kambing PE dan limbah daun salak melalui usahatani integrasi ini tidak hanya dapat menekan biaya produksi tetapi juga sebagai upaya dalam menjaga kelestarian lingkungan. Hal ini menunjukkan adanya usahatani integrasi memberikan keuntungan baik secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Manfaat ekonomi dari usahatani integrasi ini adalah adanya penghematan biaya dalam hal pembelian input pupuk untuk kebun salak dibandingkan petani non integrasi yang harus mengeluarkan biaya lebih banyak untuk membeli pupuk. Kondisi tersebut terjadi karena petani integrasi mampu memanfaatkan kotoran ternak kambing yang dipeliharanya sebagai pupuk kandang di kebun salak. Selain itu, apabila terdapat sisa pupuk kandang dari kebun salak petani integrasi bisa menjualnya sehingga dapat menjadi tambahan penghasilan. Apabila dilihat dari aspek sosial, adanya usahatani integrasi ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan sehingga bisa menekan arus urbanisasi dan berpotensi menggerakkan roda perekonomian pedesaan baik dari adanya kegiatan dari budidaya salak pondoh maupun ternak kambing PE. Sementara itu, manfaat yang dirasakan dari aspek lingkungan adalah terciptanya sistem pertanian yang ramah lingkungan karena adanya pupuk kandang ini dapat meminimalisasi penggunaan pupuk kimia. Petani berupaya memanfaatkan limbah dari usahatani salak dan usahaternak kambing PE sebagai unsur hara untuk tanaman sehingga tidak ada limbah yang terbuang. Dengan demikian, penerapan usahatani integrasi ini juga mampu menciptakan kondisi lingkungan yang asri dan nyaman. 6.2 Perbandingan Pendapatan Petani Integrasi Salak Pondoh dan Ternak Kambing Peranakan Etawa dan Non Integrasi Salak Pondoh Analisis pendapatan usahatani dalam penelitian ini dibedakan atas dua jenis usahatani yaitu usahatani integrasi dan non integrasi. Usahatani integrasi merupakan usaha yang dilakukan oleh petani dengan mengembangkan kegiatan pertanian di bidang tanaman salak pondoh dan kambing peranakan etawa dimana output dari masing-masing usahatani dimanfaatkan sebagai input bagi usahatani salak dan kambing. Sementara itu, usahatani non integrasi adalah usahatani yang 46 hanya menjalankan budidaya salak pandoh tanpa mengembangkan ternak kambing peranakan etawa secara bersamaan. Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan komponen pendapatan antara kedua jenis usahatani tersebut diantaranya penerimaan, biaya, pendapatan dan RC rasio. 6.2.1 Usahatani Salak Pondoh 6.2.1.1 Output Usahatani Salak Pondoh