Perumusan Masalah Analisis Pendapatan Sistem Integrasi Usahatani Salak Pondoh dan Kambing Peranakan Etawa di Desa Girikerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta

5 populasi ternak kambing pada tahun 2010 mencapai 31.837 ekor meningkat menjadi 35.732 ekor pada tahun 2011. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa usahaternak kambing ini sudah mulai diminati sebagai bentuk kegiatan dalam rangka mengoptimalkan penggunaan sumberdaya yang dimiliki. Desa Girikerto menjadi daerah di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman yang sudah mengembangkan usahaternak kambing secara terintegrasi dengan usahatani tanaman salak pondoh. Adapun jenis kambing yang diintegrasikan dengan salak pondoh di Desa Girikerto adalah kambing peranakan etawa PE. Usahaternak kambing PE ini memiliki prospek yang cukup besar untuk bisa dikembangkan terutama dalam hal pemanfaatan susu yang dihasilkan. Priyanto et al. 1996 menyatakan bahwa kambing PE merupakan salah satu bangsa kambing dwiguna produksi daging disamping susu yang banyak diusahakan peternak di pedesaan dalam rangka pemanfaatan tenaga kerja. Integrasi antara tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE memiliki potensi cukup besar dalam mendukung ekonomi rumah tangga petani. Hal ini didukung dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan taraf hidup serta pengetahuan masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang bergizi seperti buah dan susu. Sistem integrasi yang dilakukan petani dengan tanaman bernilai ekonomis tinggi seperti salak pondoh bisa menjadi alternatif untuk menghindari risiko dalam usahatani. Selain itu, adanya integrasi tersebut diharapkan menjadi model pengembangan usahatani berkelanjutan yang berbasiskan tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini akan mengkaji perbedaan pendapatan petani salak pondoh yang tidak mengintegrasikan tanamannya dengan kambing PE dengan petani yang melakukan integrasi antara tanaman salak pondoh dan kambing PE di Desa Girikerto.

1.2 Perumusan Masalah

Kondisi ketersediaan sumberdaya alam yang semakin kompetitif dan terbatas menjadi alasan perlunya upaya-upaya inovatif untuk meningkatkan produksi maupun produktivitas usaha pertanian. Dalam hal ini, petani harus bisa memanfaatkan cabang usahatani yang disesuaikan dengan kondisi lahan dan jumlah pengusahaan yang tepat. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi peningkatan 6 biaya yang hanya akan membebani petani. Salah satu cabang usahatani yang memiliki potensi untuk dijadikan tambahan sumber pendapatan adalah sektor peternakan. Menurut Sutanto 2002 memadukan jenis tanaman dan ternak dan menerapkan usahatani yang sepadan dengan kebutuhan masing-masing serta melaksanakan usaha perlindungan lingkungan akan membantu petani dalam mempertahankan produktivitas tanah dan menekan sekecil mungkin risiko usahatani. Upaya untuk mengembangkan cabang usahatani telah dilakukan oleh kelompok tani yang ada di Desa Girikerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman. Selain menggantungkan sumber pendapatan dari budidaya salak pondoh, para petani juga melakukan usaha lain di bidang peternakan kambing PE. Berdasarkan Pemerintah Kabupaten Sleman 2011 salak pondoh dan kambing PE merupakan komoditas yang menjadi unggulan di Kabupaten Sleman. Pada umumnya, para petani di Desa Girikerto menggabungkan usaha salak dan kambing PE dengan cara mengintegrasikan kedua komoditas tersebut. Lahan yang digunakan untuk lokasi ternak kambing PE di Desa Girikerto merupakan lahan sewa milik pemerintah desa dan diusahakan oleh para peternak yang tergabung dalam suatu kelompok tani ternak. Hal tersebut berbeda dengan lahan budidaya salak pondoh yang merupakan lahan milik sendiri dan menjadi sumber penghasilan utama bagi petani. Adanya integrasi ini, petani tidak hanya memperoleh hasil dari salak dan kambing tetapi juga bisa memanfaatkan limbah ternak sebagai pupuk untuk kebun salaknya. Selain itu, dari kebun salak yang diusahakan petani mampu memanfaatkan daun salak yang sudah tua sebagai tambahan pakan kambing PE. Adapun petani yang hanya mengusahakan buah salak memperoleh pupuk kandang dengan cara membeli kepada peternak. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan biaya pembelian input pupuk antara petani yang memiliki dua komoditas salak dan kambing PE dengan petani yang hanya bergerak di bidang komoditas salak. Petani yang melakukan integrasi bisa menghemat biaya pembelian input dengan memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk. Sistem integrasi tersebut dilakukan untuk mencapai efisiensi dalam usahataninya sehingga petani berupaya untuk mempertimbangkan kembali bahan- 7 bahan organik yang tersedia di lingkungan sekitar sebagai input demi meningkatkan kesuburan lahan. Hal ini menunjukkan adanya low external input sustainable agriculture LEISA yang mengarah pada pertanian berkelanjutan dengan memanfaatkan keberadaan sumberdaya lokal sebagai bahan baku. Konsep LEISA menekankan pada dua hal yaitu memanfaatkan limbah pertanian terutama sisa budidaya menjadi pakan ternak dan mengubah limbah peternakan menjadi pupuk organik yang dapat dimanfaatkan kembali dalam proses budidaya tanaman 2 . Adapun kelebihan dari adanya sistem usahatani integrasi ini disamping menunjang pertanian yang ramah lingkungan juga mampu meningkatkan potensi usaha peternakan. Pemeliharaan ternak kambing PE menjadi salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan sumberdaya dalam menghadapi kondisi lahan pertanian yang relatif sempit. Adanya usaha di bidang peternakan juga dapat mengurangi risiko dari usahatani salak pondoh yang dijalankan. Ketersediaan pupuk kandang dari pemeliharaan ternak kambing PE untuk kebun salak dapat menghemat penggunaan pupuk anorganik sehingga mampu memperbaiki struktur dan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai usahatani integrasi antara salak pondoh dan kambing peranakan etawa ini sehingga diharapkan menjadi alternatif usahatani dengan konsep zero waste. Dengan demikian, adanya sistem integrasi antara tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE diharapkan mampu memberikan tambahan pendapatan bagi petani. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pola integrasi antara tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE di Desa Girikerto? 2. Bagaimana pendapatan petani sistem integrasi antara tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE dibandingkan dengan pendapatan petani salak yang tidak mengintegrasikan tanamannya dengan kambing PE di Desa Girikerto? 2 http:www.bbpp-lembang.infoindex.phpenarsipartikelartikel-pertanian609-pertanian-yang-berkelanjutan.html diakses pada tanggal 15 Mei 2013 8 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan integrasi antara tanaman salak dan ternak kambing PE di Desa Girikerto?

1.3 Tujuan Penelitian