Status Kepemilikan Ternak Motivasi Usahaternak

40 Tabel 14 Jumlah ternak dan pengalaman beternak petani integrasi di Desa Girikerto Jumlah Ternak ekor Petani Integrasi Jumlah orang Persentase 5 4 14,29 5-10 14 50,00 10 10 35,71 Jumlah 28 100,00 Pengalaman Beternak tahun 10 8 28,57 10-20 7 25,00 21-30 10 35,71 30 3 10,71 Jumlah 28 100,00 Sumber: Data Primer, diolah 2013 Rata-rata petani integrasi di Desa Girikerto memiliki jumlah ternak kambing pada kisaran 5-10 ekor sebanyak 14 orang 50. Hal ini menunjukkan bahwa usahaternak kambing yang dilakukan petani responden sudah mulai berkembang seiring dengan semakin terbukanya pasar kambing PE baik berupa susu maupun bibit kambing. Sementara itu, responden umumnya telah beternak dalam kurun waktu yang relatif lama. Lama berusahaternak menjadi indikator pengalaman peternak dalam menjalankan usahaternaknya. Rata-rata responden memiliki pengalaman beternak selama 21-30 tahun sebanyak 10 orang 35,71 sedangkan responden dengan pengalaman beternak kurang dari 10 tahun sebanyak 8 orang 28,57, pengalaman beternak 10-20 tahun sebanyak 7 orang 25 dan sisanya sebanyak 3 responden 10,71 telah beternak lebih dari 30 tahun.

5.2.3.2 Status Kepemilikan Ternak

Pada umumnya responden petani integrasi di Desa Girikerto memiliki ternak dengan status kepemilikan sendiri sebanyak 15 orang 53,57 dan dengan status kepemilikan bagi hasil sistem gaduh sebanyak 13 orang 46,43. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani integrasi di Desa Girikerto merupakan peternak pemilik. Adapun ternak dengan kepemilikan bagi hasil sistem gaduh juga diminati oleh responden dimana biaya dan keuntungan yang diperoleh dari usahaternak dibagi sama rata atau dengan kesepakatan antara peternak pemilik dan peternak pemelihara. Sebaran status kepemilikan ternak petani integrasi dapat dilihat pada Tabel 15. 41 Tabel 15 Status kepemilikan ternak petani integrasi di Desa Girikerto Status Kepemilikan Ternak Petani Integrasi Jumlah orang Persentase Milik Sendiri 15 53,57 Bagi Hasil Sistem Gaduh 13 46,43 Jumlah 28 100,00 Sumber: Data Primer, diolah 2013

5.2.3.3 Motivasi Usahaternak

Pada umumnya petani integrasi di Desa Girikerto memiliki alasan yang beragam untuk mengembangkan usahaternak. Mayoritas petani integrasi memilih usahaternak kambing sebagai bentuk investasi tabungan dengan jumlah responden sebanyak 12 orang 42,86. Hal ini dikarenakan ternak kambing bisa dijual sewaktu-waktu apabila terdapat kebutuhan yang mendesak seperti untuk keperluan sekolah. Sementara itu, sebanyak 7 orang petani integrasi 25 memilih alasan sebagai tambahan penghasilan, 6 orang petani integrasi 21,43 memilih beternak karena alasan pemanfaatan kotoran dan sisanya sebanyak 3 orang 10,71 menjadikan hobi sebagai alasan utama dalam mengembangkan usahaternak kambingnya. Motivasi beternak petani integrasi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Motivasi beternak petani integrasi di Desa Girikerto Motivasi Beternak Petani Integrasi Jumlah orang Persentase Hobi 3 10,71 Pemanfaatan Kotoran 6 21,43 Tambahan Penghasilan 7 25,00 Tabungan 12 42,86 Jumlah 28 100,00 Sumber: Data Primer, diolah 2013 42 VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Pola Integrasi antara Tanaman Salak Pondoh dan Ternak Kambing Peranakan Etawa

Usahatani tanaman salak pondoh merupakan sumber mata pencaharian pokok bagi masyarakat di Desa Girikerto. Kondisi agroklimat yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman salak pondoh menjadikan buah salak pondoh sebagai komoditas unggulan di Desa Girikerto. Pada umumnya, usahatani tanaman salak pondoh diusahakan secara bersama-sama dengan usahaternak kambing PE pada lahan yang berbeda. Adapun lahan yang digunakan untuk tanaman salak pondoh berupa lahan kering baik pekarangan maupun tegalan sedangkan lahan yang digunakan untuk pemeliharaan ternak kambing PE terkonsentrasi pada satu lokasi dengan jarak mulai dari 300 m hingga 1.000 m dari rumah peternak.

6.1.1 Penanganan Kotoran Ternak Kambing Peranakan Etawa

Usaha pemeliharaan tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE yang dilakukan di Desa Girikerto menunjukkan adanya integrasi diantara kedua usaha tersebut. Hal ini terlihat dari pemanfaatan kotoran kambing sebagai pupuk kandang di kebun salak milik petani. Berdasarkan hasil wawancara, seluruh petani responden menyatakan bahwa mereka memanfaatkan kotoran ternak kambing sebagai pupuk kandang di kebun salak tanpa melalui proses pengolahan. Pupuk kandang yang digunakan petani responden merupakan campuran antara inthil feses, urin dan sisa pakan. Mathius 1994 menyatakan bahwa campuran feses, urin dan sisa pakan ternak dapat meningkatkan kemampuan tanah untuk mengikat dan menyimpan air serta membantu komponen hara tanah untuk tetap berada dalam lapisan bagian atas tanah sehingga bahan organik untuk tanaman tersedia setiap saat. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa belum ada petani responden yang memisahkan antara inthil feses dengan urin dari ternak kambing yang dipelihara. Pemanfaatan pupuk kandang untuk tanaman merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam mengoptimalkan penggunaan sumberdaya yang dimiliki oleh petani. Pupuk kandang yang digunakan oleh petani responden bermanfaat dalam mengurangi pencemaran lingkungan karena kotoran tersebut