1
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional. Menurut Ashari 2009 peran penting sektor pertanian ini
ditunjukkan ketika krisis moneter tahun 1998 dimana sektor pertanian memiliki andil yang besar sebagai mesin penggerak dan penyangga perekonomian nasional.
Sektor pertanian berkontribusi terhadap pembentukan PDB, peningkatan pendapatan masyarakat dan sumber perolehan devisa. Daryanto 2009
menyatakan bahwa saat ini sektor pertanian memiliki peranan baru yang dapat diletakkan dalam kerangka “3F contribution in the economy”, yaitu food
pangan, feed pakan dan fuel bahan bakar. Artinya, sektor pertanian sangat menentukan terwujudnya ketahanan pangan, penyediaan bahan baku pakan ternak
dan sebagai penghasil energi biofuel. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian masih menjadi andalan dalam pembangunan nasional.
Pembangunan di sektor pertanian tidak hanya bertujuan meningkatkan produksi demi tercapainya pemenuhan kebutuhan tetapi juga untuk menjamin
tercapainya kesejahteraan petani. Kondisi pertanian Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai permasalahan terutama dalam hal penguasaan lahan. Proses
pembangunan yang kian meningkat berdampak pada terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Selama periode tahun 2002 hingga 2010, alih fungsi
lahan pertanian untuk kepentingan lainnya mencapai rata-rata 56.000 hingga 60.000 hektar per tahun
1
. Hal tersebut mengakibatkan semakin berkurangnya lahan untuk budidaya pertanian dan berpotensi menurunkan kesejahteraan serta
pendapatan petani karena kebutuhan hidup yang semakin beragam. Salah satu upaya yang dilakukan dalam menghadapi sempitnya lahan pertanian ini adalah
dengan menerapkan usahatani campuran. Menurut Soedjana 2007 alasan yang melatarbelakangi petani melakukan usahatani campuran adalah karena kebiasaan
tradisi untuk memaksimalkan penerimaan dari sumberdaya yang terbatas dan
1
http:cybex.deptan.go.idlokalitakonversi-lahan-pertanian-mengancam-swasembada-pangan-keberlanjutan diakses pada tanggal 31 Maret 2014
2 meningkatkan manfaat keterkaitan antarcabang usaha, seperti tanaman dan ternak,
ternak dan tanah serta tanaman dan tanaman. Usahatani
campuran yang
bisa dikembangkan
adalah dengan
mengintegrasikan antara hewan ternak dan tanaman. Hewan ternak memiliki potensi sebagai sektor penyangga dalam usahatani disamping hasil panen tanaman
sebagai komoditas utama. Perpaduan antara tanaman dan ternak merupakan salah satu pilihan yang dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya lokal. Sistem
integrasi tanaman ternak tersebut dapat menimbulkan hubungan sinergis antara dua komoditas yang diusahakan. Puastuti 2009 menyatakan bahwa ternak
menjadi komponen dalam mendukung perbaikan lahan pertanian, karena kotoran yang dihasilkan dapat diolah menjadi pupuk organik sedangkan by product
pertanian dapat dimanfaatkan sebagai pakan. Dengan demikian, adanya sistem integrasi tersebut diharapkan mampu menambah sumber pendapatan petani
sekaligus meningkatkan kesuburan lahan yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan petani.
Upaya mengintegrasikan
tanaman dengan
ternak telah
banyak diimplementasikan pada komoditas tanaman pangan padi dan jagung dan
komoditas perkebunan karet, sawit dan kakao. Adapun integrasi antara padi dengan ternak atau yang lebih dikenal dengan sistem integrasi padi ternak SIPT
menjadi salah satu pola yang umum dimasyarakat. Kegiatan SIPT ini mengarah pada pemanfaatan limbah padi sebagai pakan dan limbah ternak yang digunakan
untuk lahan budidaya padi. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam satu areal persawahan ini dihasilkan padi sebagai produk utama, susu atau daging sebagai
produk usaha peternakan dan pupuk sebagai hasil samping Haryanto et al. 2002. Selain itu, pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk ini juga bisa menekan
terjadinya pencemaran yang berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan. Bentuk usahatani campuran melalui integrasi tidak hanya dilakukan dengan
melibatkan komponen ternak dengan tanaman pangan atau perkebunan tetapi mulai berkembang ke arah komoditas hortikultura. Ginting et al. 2011
menyebutkan bahwa integrasi antara komoditas ternak, khususnya ruminansia kecil kambing dan domba dan komoditas hortikultura secara konseptual
memiliki dasar yang kuat karena terdapat kompatibilitas yang tinggi sehingga
3 diharapkan bisa memberikan manfaat dan keuntungan yang lebih besar kepada
petani. Salah satu ruminansia kecil yang berpotensi untuk dikembangkan melalui integrasi dengan tanaman adalah kambing. Kambing mampu menghasilkan
produk berupa daging dan susu yang kaya akan sumber gizi. Kelebihan yang diperoleh dari beternak kambing antara lain mudah dipelihara, biaya pemeliharaan
rendah, perputaran modal relatif cepat dan dapat dijual sewaktu-waktu Santiananda et al. 2009.
Salah satu daerah yang mengembangkan sistem integrasi tanaman hortikultura dengan kambing adalah Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta DIY. Tanaman yang diintegrasikan tersebut adalah salak pondoh. Adapun data perkembangan populasi tanaman buah di DIY dapat dilihat pada
Tabel 1. Tabel 1 Populasi tanaman buah di DIY tahun 2009-2011 pohonrumpun
Komoditas 2009
2010 2011
Mangga 693.131
213.008 479.941
Rambutan 243.284
225.993 191.092
Sukun 101.038
106.282 129.739
Pepaya 59.427
128.904 106.946
Salak 4.836.703
4.789.215 3.639.296
Nangka 190.296
165.740 193.908
Pisang 1.018.606
1.075.047 63.075
Sumber: Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011 Keterangan: rumpun
Tabel 1 menunjukkan bahwa selama periode tahun 2009-2011 populasi salak terus mengalami penurunan. Tahun 2011 populasi salak mencapai 3.639.296
rumpun lebih rendah dibandingkan tahun 2010 sebanyak 4.789.215 rumpun dan 4.836.703 rumpun pada 2009. Meskipun demikian, diantara berbagai jenis buah
yang ada salak masih memiliki populasi terbesar di Provinsi DIY dan menjadi komoditas unggulan terutama jenis salak pondoh.
Sementara itu dari sektor peternakan, hewan ternak yang mendominasi di Provinsi DIY adalah sapi, kambing dan domba. Apabila dilihat dari
perkembangan populasinya, ternak kambing memiliki jumlah terbesar. Data perkembangan populasi ternak di DIY ditunjukkan pada Tabel 2.
4 Tabel 2 Populasi ternak di DIY tahun 2009-2011 ekor
Komoditas 2009
2010 2011
Kuda 1.222
1.360 1.508
Sapi 283.043
290.949 385.370
Sapi Perah 5.495
3.466 3.888
Kerbau 4.312
4.277 1.238
Kambing 308.353
331.147 343.647
Domba 132.872
136.657 147.773
Babi 12.038
12.695 13.056
Sumber: Badan Pusat Statistik DIY 2012
Berdasarkan Tabel 2, pada tahun 2009 populasi kambing di DIY mencapai 308.353 ekor. Kondisi tersebut terus mengalami peningkatan pada 2010 dan 2011
dengan masing-masing populasi sebanyak 331.147 ekor dan 343.647 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa provinsi DIY memiliki potensi untuk mengembangkan
usahaternak kambing. Kabupaten Sleman merupakan daerah yang menjadikan salak pondoh
sebagai komoditas unggulan. Adapun sentra pengembangan budidaya salak pondoh di Kabupaten Sleman ini terdapat di Kecamatan Tempel, Turi dan Pakem.
Data mengenai luas lahan, jumlah rumpun dan produksi salak pondoh di tiga kecamatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Luas lahan, jumlah rumpun dan produksi salak pondoh di Kecamatan Tempel, Turi dan Pakem tahun 2011
Kecamatan Luas Lahan ha
Jumlah Tanaman rumpun Produksi kwtahun
Tempel 865
1.788.223 137.041
Turi 1.122
2.322.855 213.945
Pakem 105
266.534 14.859
Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman 2012
Tabel 3 menyajikan data bahwa Kecamatan Turi menjadi sentra budidaya salak pondoh di Kabupaten Sleman. Hal ini ditunjukkan dengan luas lahan,
jumlah tanaman dan produksi salak pondoh terbesar diantara tiga kecamatan tersebut. Kecamatan Turi memiliki lahan salak pondoh dengan luas 1.122 hektar
dengan jumlah tanaman sebanyak 2.322.855 rumpun. Produksi salak pondoh di Kecamatan Turi ini mencapai 213.945 kwtahun.
Sementara itu apabila dilihat dari potensi pengembangan hewan ternak khususnya kambing, Kabupaten Sleman memiliki peluang yang baik untuk bisa
menggerakkan sektor peternakan. Menurut Pemerintah Kabupaten Sleman 2011
5 populasi ternak kambing pada tahun 2010 mencapai 31.837 ekor meningkat
menjadi 35.732 ekor pada tahun 2011. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa usahaternak kambing ini sudah mulai diminati sebagai bentuk kegiatan dalam
rangka mengoptimalkan penggunaan sumberdaya yang dimiliki. Desa Girikerto menjadi daerah di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman yang
sudah mengembangkan usahaternak kambing secara terintegrasi dengan usahatani tanaman salak pondoh. Adapun jenis kambing yang diintegrasikan dengan salak
pondoh di Desa Girikerto adalah kambing peranakan etawa PE. Usahaternak kambing PE ini memiliki prospek yang cukup besar untuk bisa dikembangkan
terutama dalam hal pemanfaatan susu yang dihasilkan. Priyanto et al. 1996 menyatakan bahwa kambing PE merupakan salah satu bangsa kambing dwiguna
produksi daging disamping susu yang banyak diusahakan peternak di pedesaan dalam rangka pemanfaatan tenaga kerja. Integrasi antara tanaman salak pondoh
dan ternak kambing PE memiliki potensi cukup besar dalam mendukung ekonomi rumah tangga petani. Hal ini didukung dengan semakin meningkatnya jumlah
penduduk dan taraf hidup serta pengetahuan masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang bergizi seperti buah dan susu.
Sistem integrasi yang dilakukan petani dengan tanaman bernilai ekonomis tinggi seperti salak pondoh bisa menjadi alternatif untuk menghindari risiko dalam
usahatani. Selain itu, adanya integrasi tersebut diharapkan menjadi model pengembangan usahatani berkelanjutan yang berbasiskan tanaman salak pondoh
dan ternak kambing PE. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini akan mengkaji perbedaan pendapatan petani salak pondoh yang tidak mengintegrasikan
tanamannya dengan kambing PE dengan petani yang melakukan integrasi antara tanaman salak pondoh dan kambing PE di Desa Girikerto.
1.2 Perumusan Masalah