Latar Belakang Dr. Suci Rahayu, M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit Elaeis guineensis Jacq. merupakan tanaman andalan Indonesia khususnya Sumatera Utara. Perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara merupakan perkebunan yang sudah berumur tua. Masalah yang umum timbul pada perkebunan kelapa sawit yang berumur tua adalah meningkatnya mikroorganisme penyebab penyakit seperti Ganoderma boninense Pat. Ganoderma adalah fungi yang dapat menyebabkan penyakit busuk pangkal batang basal stem rot . Mekanisme pengendalian yang biasa dilakukan terhadap penyakit busuk pangkal batang basal stem rot diantaranya adalah pencabutan tanaman dan pembakaran. Usaha ini kurang efektif karena biayanya mahal, memerlukan lahan yang cukup luas dan dapat menyebabkan polusi udara. Pemberian pestisida sistemik atau fungisida pada tanaman juga membutuhkan biaya yang sangat mahal dan dianggap tidak dapat bertahan dalam kurun waktu yang lama. Usaha lain yang dilakukan adalah pencarian varietas-varietas baru yang memiliki gen-gen ketahanan terhadap Ganoderma . Menurut Satyawibawa et al. 2001, beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk pencegahan dari hama dan penyakit antara lain dengan pengambilanpengumpulan hama dan penyakit secara fisikmekanik, pembongkaran dan pembakaran tanaman yang terserang, pemuliaan tanaman, dan pembersihan kebun. Usaha pemberantasan secara biologis, dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan predator sebagai musuh alaminya. Usaha pemberantasan dengan menggunakan bahan kimia berupa fungisida, bakterisida, insektisida relatif cepat dan praktis, tetapi seringkali menimbulkan Universitas Sumatera Utara efek samping, karena dapat membahayakan kesehatan manusia atau organisme lain, juga dapat mengganggu keseimbangan alam. Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan agen pengendali hayati misalnya yang diisolasi dari rizosper yang telah dikembangkan oleh pusat penelitian kelapa sawit seperti penggunaan fungi antagonis Trichoderma harzianum strain 131 dan Gliocladium viride strain 44 telah berhasil diuji pada

G. boninense

penyebab penyakit busuk pangkal batang basal stem rot . Pengendalian hayati dengan menggunakan berbagai jasad mikroorganisme seperti bakteri kitinolitik sudah banyak digunakan Duffy 1995. Bakteri ini sering digunakan sebagai agen pengendali hayati karena di dasarkan atas kemampuan mikroorganisme menghasilkan kitinase dan β 1,3-glukanase yang dapat melisiskan sel jamur El-Katatny et al. 2000. Kitinase juga melepaskan oligo N-asetil glukosamin yang berfungsi sebagai elisitor, yang telah terbukti berperan dalam mengaktifkan respon ketahanan Ren West 1992. Aplikasi bakteri kitinolitik yang diisolasi dari berbagai tanah di berbagai daerah seperti Sungai liat, Bangka BK17, BK13 dan BK15 dan Langkat LK08 serta Karo KR05 diharapkan mampu mengendalikan pertumbuhan jamur Ganoderma boninense penyebab penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit. Pemanfaatan mikroorganisme untuk mengendalikan penyakit pada tanaman merupakan bidang yang relatif baru. Pengendalian hayati jamur patogen acapkali dilakukan dengan mikroorganisme seperti jamur dan bakteri. Beberapa publikasi hasil penelitian melaporkan bahwa jenis mikroorganisme dapat memproduksi enzim pendegradasi kitin dan kitosan yang dapat mendegradasi jamur antara lain, bakteri seperti Pseudomonas aeruginosa Wang Chang 1997, Streptococcus lydicus Crawford Mahadevan 1997, Bacillus circulans Alam et al. 1996, Bacillus megaterium Pelletier et al. 1990. Streptomyces spp. Boucher et al. 1992, dan Vibrio alginolyticus Ohishi et al. 1996. Universitas Sumatera Utara

1.2 Permasalahan