4.3. Penilaian Efektifitas Bakteri Kitinolitik Terhadap
G. boninense
Pada Bibit Kelapa Sawit
Penilaian efektifitas bakteri kitinolitik terhadap serangan patogen
G. boninense
, pada bibit kelapa sawit ditentukan dengan melihat gejala serangan yang timbul pada setiap
perlakuan dengan menggunakan rumus yang telah ada yaitu luas serangan yang terbentuk selama 12 minggu. Untuk setiap perlakuan terlebih dahulu suspensi bakteri kitinolitik
disiram pada bagian permukaan tanah yang telah disterilkan lalu dibiarkan selama 48 jam, kemudian diinokulasikan dengan suspensi spora patogen
Ganoderma
. Kontrol positif hanya diberikan patogen dan kontrol negatif tanpa diberikan suspensi bakteri dan patogen.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, ketahanan bibit kelapa sawit terhadap luas serangan
G. boninense
, dapat dilihat pada Tabel 4.3.1 Tabel 4.3.1 Persentase Luas Serangan
G. boninense
Pada Bibit Kelapa Sawit Isolat
Minggu ke- 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12
K - 4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
K + 4
b
4
b
4
b
8
b
8
b
12
b
16
a
16
a
20
a
20
a
20
a
20
a
Bk17 4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
Bk15 4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
8
b
12
b
12
b
12
b
12
b
12
b
12
b
Bk13 8
b
8
b
8
b
8
b
8
b
8
b
8
b
8
b
8
b
8
b
8
b
8
b
Lk08 4
b
4
b
8
b
8
b
8
b
8
b
8
b
8
b
8
b
8
b
8
b
8
b
Kr05 4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
4
b
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5, Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis
sidik ragam dan dilakukan uji Duncan Multiple Range Test DMRT
Luas serangan penyakit busuk pangkal batang berpengaruh nyata pada bibit kelapa sawit. Serangan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa semua tanaman terserang
oleh fungi
G. boninense,
terutama terlihat pada kontrol positif. Pada minggu pertama perlakuan tanaman yang terserang mencapai 4 sampai minggu kedua belas persentase
luas serangannya semakin besar menjadi 20. Tingkat persentase luas serangan patogen
Universitas Sumatera Utara
pada kontrol positif sangat tinggi dibandingkan terhadap perlakuan. Hal ini disebabkan karena patogen mengganggu metabolisme dari tanaman sehingga tanaman menjadi rentan
dan menimbulkan gejala. Menurut Susanto 2004 pada tanaman kelapa sawit muda gejala eksternal ditandai dengan menguningnya sebagian besar daun atau pola belang di beberapa
bagian daun yang diikuti klorotik. Daun kuncup yang belum membuka ukurannya lebih kecil daripada daun normal dan mengalami nekrotik pada bagian ujungnya. Selain itu
tanaman yang terserang juga kelihatan lebih pucat dari tanaman lain yang ada disekitarnya, pertumbuhannya terhambat dan memiliki daun pedang
spear leaves
yang tidak membuka. Gejala pada tingkat serangan lanjut adalah selain adanya daun tombak yang tidak terbuka
yaitu adanya nekrosis pada daun tua dimulai dari bagian bawah. Daun-daun tua yang mengalami nekrosis selanjutnya patah dan tetap menggantung pada pohon. Pada akhirnya
tanaman akan mati dan tumbang. Gejala yang tampak pada daun menandakan bahwa penampang pangkal batang telah mengalami pembusukan sebesar 50 atau lebih.
Menurut Agrios 1996, patogen menyebabkan penyakit pada tumbuhan dengan cara melemahkan inang melalui penyerapan makanan secara terus menerus dari sel inang untuk
kebutuhannya, menghentikan atau mengganggu metabolisme sel inang dengan toxin, enzim atau zat pengatur tumbuh yang disekresikannya, menghambat transportasi makanan, hara
mineral, dan air melalui jaringan pengangkut dan mengkonsumsi jaringan sel inang setelah terjadi kontak. Pada kontrol negatif luas serangan dari minggu pertama sampai minggu
kedua belas sebesar 4, kontrol negatif terserang oleh patogen sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan salah satunya angin. Menurut Masyahit
et al
. 2009, angin merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan penyakit tanaman dengan
menyebarkan inokulum patogen tanaman.
Pada setiap perlakuan persentase luas serangan tidak berbeda akan tetapi sebaliknya terhadap kontrol positif luas serangan pada seluruh perlakuan berbeda nyata. Perlakuan
Universitas Sumatera Utara
minggu pertama sampai minggu kedua belas persentase luas serangan terendah yaitu BK17 dan KR05 yaitu sebesar 4, yang tertinggi pada BK15 sebesar 12 yang terlihat
peningkatan luas serangannya dari minggu keenam sampai minggu keduabelas. Minggu ketiga terlihat terjadi kenaikan persentase luas serangan LK08 dari 4 menjadi 8,
sedangkan pada BK17 dan KR05 intensitas serangan tetap 4. Hal ini menunjukkan serangan patogen masih dapat dihambat oleh kemampuan bakteri kitinolitik yang
diinokulasi pada daerah rizosfer kelapa sawit. Luas serangan rata-rata penyakit busuk pangkal batangbasal stem rot diketahui berdasarkan jumlah tanaman yang
terserangterdapat simptom dibagi dengan jumlah tanaman total yang diamati.
Berdasarkan data yang diperoleh menjelaskan bahwa inokulasi bakteri kitinolitik menurunkan persentase luas serangan pada bibit kelapa sawit. Secara umum mekanisme
penghambatan pertumbuhan oleh bakteri terhadap jamur diantaranya sebagai berikut: 1. Bakteri menghasilkan senyawa bioaktif yang dapat merusak komponen struktural jamur,
misalnya enzim hidrolitik kitinase yang menghidrolisis struktur dinding sel jamur. 2. Senyawa bioaktif bakteri dapat mempengaruhi permeabilitas membran sel jamur sehingga
mengganggu transportasi zat-zat yang diperlukan untuk metabolisme. Gangguan metabolisme sel pada akhirnya mengganggu pertumbuhan. 3. Senyawa yang dihasilkan
oleh bakteri dapat berfungsi sebagai inhibitor suatu enzim pada jamur. Jika enzim jamur tersebut berperan dalam metabolisme yang penting, maka aktivitas enzimatis sel akan
terganggu akibatnya juga akan menekan pertumbuhan jamur. 4. Senyawa tersebut mungkin menghambat sintesis protein pada jamur. Sintesis protein terganggu menyebabkan
jamur kekurangan protein tertentu yang mungkin vital. Pertumbuhan jamur menjadi terhambat .
Universitas Sumatera Utara
4.4. Pengamatan Struktur Hifa Abnormal