Induksi Ketahanan Tanaman 3 Penyakit Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit

Ganoderma menular ke tanaman sehat bila akar tanaman ini bersinggungan dengan tunggul - tunggul pohon yang sakit. Akar-akar tanaman kelapa sawit muda tertarik kepada tunggul yang membusuk karena kaya akan hara dan mempunyai kelembapan tinggi. Akar kelapa sawit banyak yang ditemukan di dalam jaringan tunggul dan akar-akar kelapa yang mengalami dekomposisi Semangun 2000.

2.4 Induksi Ketahanan Tanaman

Ketahanan tanaman terhadap penyakit didefinisikan sebagai suatu karakter yang memungkinkan tanaman terhindar, mempunyai daya tahan atau daya sembuh dari serangan penyakit dalam kondisi yang akan menyebabkan kerusakan lebih besar pada tanaman oleh ras patogen yang sama. Secara umum, sistem pertahanan tanaman terhadap patogen dapat terjadi melalui satu atau kombinasi cara struktural dan reaksi biokimia. Ketahanan secara struktural dengan membentuk penghambat fisik yang melibatkan patogen tidak dapat melakukan penetrasi dan berkembang. Adapun ketahanan secara biokimia dengan menghasilkan senyawa yang bersifat toksik atau menghambat pertumbuhan patogen Hammerschmidt Dann 2000. Metode ini merupakan salah satu cara pengendalian penyakit tanaman dengan menyebabkan kondisi fisiologis yang mengatur sistem ketahanan yang dimiliki oleh tanaman menjadi aktif. Mekanisme ini tidak menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan dapat meningkatkan produksi dan ketahanan terhadap stres lingkungan pada beberapa tanaman Desmawati 2006; Hammerschmidt Dann 2000; Vallad Goodman 2004. Berbagai faktor biotik dan abiotik dilaporkan dapat berperan sebagai elisitor atau inducer penginduksi dalam meningkatkan aktivitas mekanisme ketahanan. Faktor biotik melalui inokulasi mikroorganisme jamur, bakteri, dan virus patogenik dan non patogenik Universitas Sumatera Utara yang dapat menghambat infeksi patogen. Resistensi yang dihasilkan ini umumnya berspektrum luas, satu jenis mikroba penginduksi dapat menyebabkan tanaman menjadi resisten terhadap 13 jenis penyakit. Sedangkan faktor abiotik meliputi senyawa kimia, ekstrak tanaman non inang, media tanaman, dan kompos Hammerschmidt Dann 2000; Suganda 2000. Salah satu bahan penginduksi ketahanan tanaman yang sudah dipasarkan secara komersil termasuk di Indonesia adalah asibensolar-S-metil-mankozeb Novartis 2000 dalam Suganda 2000. Aplikasi penginduksi dapat melalui perlakuan benih, penyemprotan daun, penggosokan daun terbawah, pencelupan akar, serta perlakuan tanah Suganda 2000. Pada dasarnya, induksi ketahanan ini menyerupai proses imunisasi pada manusia untuk memperoleh kekebalan terhadap berbagai penyakit. Melalui induksi ketahanan, fungsi gen pertahanan tanaman dioptimalkan. Gen-gen ini mengatur sintesis senyawa- senyawa tanaman sebagai respons terhadap adanya rangsangan elisitor dari patogen atau faktor lainnya. Dengan demikian, tanaman yang secara penotifik rentan terhadap suatu penyakit dapat memperoleh tingkat resistensi yang cukup jika gen-gen pertahanan diri ini diberi kesempatan untuk dapat mengekspesikan diri dalam melawan infeksi patogen Suganda 2000. Sistem pertahanan tanaman sangat bergantung kepada interaksi inang, patogen dan lingkungan. Interaksi antara tanaman dengan patogen akan menghasilkan reaksi kompatibel infeksi atau inkompatibel resistensi Hammerschmidt Dann 2000; Heil Bostock 2002. Menurut Suganda 2000 reaksi resistensi dapat muncul dari hasil ekspresi dari adanya resistensi yang terinduksi. Resistensi terinduksi merupakan hasil ekspresi dari serangkaian gen pertahanan yang teraktifkan terinduksi oleh adanya rangsangan dari luar. Resistensi terinduksi terbentuk respons lokal dan sistemik. Dalam respon lokal, infeksi oleh patogen akan membentuk didalam atau disekeliling sel yang terinfeksi oleh patogen. Universitas Sumatera Utara Interaksi ini diketahui sebagai respons hipersensitif. Proses terjadi dengan matinya sel dan pecahnya dinding sel sehingga menghambat patogen penetrasi dan berkembang serta dapat mensintesis senyawa antimikroba seperti fitoaleksin dan Patogenesis Related PR protein. Fitoaleksin mempunyai pengaruh paling besar dalam respon ini. Sementara respons sistemik terjadi saat transinduksi senyawa PR protein dan asam salisilat dapat ditransfer secara intraseluler ke seluruh bagian tanaman Hammerschmidt Dann 2000; Heil Bostock 2002; Vallad Goodman 2004. Suganda 2000 melaporkan bahwa asam salisilat dari air perasan daun melati mampu menginduksi ketahanan sistemik tanaman kacang tanah terhadap penyakit karat Puccinia arachidis . Asam salisilat merupakan senyawa fenolik yang disintesis tumbuhan sebagai respon terhadap berbagai infeksi serta berperan sebagai sinyal reaksi ketahaan tanaman dan merupakan bahan penginduksi resistensi sistemik yang sangat baik pada berbagai tanaman.

2.5 Potensi Bakteri Kitinolitik Sebagai Pengendali Hayati