Penyediaan Media Tanam Uji Efektifitas Isolat Bakteri Kitinolitik Terhadap Jamur Uji Efektifitas Bakteri Kitinolitik Dengan Aplikasi Siram

Pengukuran jari-jari zona hambat bakteri dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Jari-jari zona hambat bakteri kitinolitik = Y - X 2 Ket : Y = Diameter fungi yang tidak terhambat X = Diameter yang terhambat

3.6 Pengamatan Abnormalitas Miselium

G . boninense Setelah Uji Antagonis Pengamatan dilakukan dengan 2 cara yaitu secara visual dan mikroskopis. Pengamatan secara visual dilakukan dengan cara melihat zonaluas pertumbuhan miselium G . boninense . Pengamatan secara mikroskopis dilakukan dengan cara mengamati ujung miselium pada daerahzona hambat

G. boninense

. Ujung miselium G . boninense yang tumbuh pada permukaan media PDA dipotong berbentuk block square . Kemudian diletakkan pada objek gelas. Selanjutnya diamati adanya abnormalitas pertumbuhan miselium G . boninense . berupa pembengkokan ujung miselium, miselium pecah, miselium berbelah, miselium bercabang, miselium lisis dan miselium tumbuh kerdil Lorito et al. 1992.

3.7 Penyediaan Media Tanam

Tanah yang digunakan adalah tanah yang berasal dari tanah perkebunan. Tanah dan pupuk kandang dipasteurisasi dengan cara mengukus selama 3-5 jam pada suhu sekitar 80 o C. Tanah kemudian dicampur dengan pupuk kandang yang telah dipasteurisasi dengan perbandingan 3:1. Universitas Sumatera Utara

3.8 Uji Efektifitas Isolat Bakteri Kitinolitik Terhadap Jamur

G. boninenese In Vivo. Percobaan efektifitas ini menggunakan metode RAL Rancangan Acak Lengkap dengan aplikasi metode yaitu : 1. Uji efektifitas penyiraman bakteri kitinolitik Aplikasi metode tersebut di uji dengan isolat bakteri kitinolitik : 1. Karo KR05 2. J.Hinai LK08 3. Bangka BK17 4. Bangka BK15 5. Bangka BK13 Perlakuan tersebut diatas dilakukan masing-masing 5 kali ulangan.

3.9 Uji Efektifitas Bakteri Kitinolitik Dengan Aplikasi Siram

Untuk perlakuan efektifitas dengan metode siram aplikasinya yaitu bibit kelapa sawit yang berusia 3-4 bulan ditumbuhkan didalam polybag yang berukuran 17 x 35 cm, selanjutnya disemprot sebanyak 20 ml suspensi bakteri kitinolitik pada bagian permukaan tanah polybag yang berisi bibit kelapa sawit tadi. Pengujian efektifitas dilakukan selang waktu dua hari. Spora

G. boninense

dengan kerapatan 2x10 5 sporaml disiram pada permukaan tanah hingga merata. Dilakukan pengamatan tiap minggu selama + 3 bulan dari minggu ke -0. Universitas Sumatera Utara

3. 10 Pengamatan

Parameter yang diamati adalah luas serangan jamur G. boninense. Pengamatan luas serangan dimulai satu minggu setelah inokulasi dan dilakukan setiap minggu selama + 3 bulan percobaan. Pengamatan gejala diatas permukaan tanah dilakukan dengan mengamati bagian morfologi daun tanaman. Bibit kelapa sawit yang terinfeksi jamur

G. boninense

menunjukkan warna daun pucatnekrosis dan layu. Sedangkan pengamatan luas serangan dibawah permukaan tanah dilakukan dengan mencabut bibit kelapa sawit yang ditanam, kemudian dilihat morfologi akar dan pangkal batang dari bibit tersebut untuk mengamati timbulnya miselium atau tubuh buah jamur G. boninense. Nilai luas serangan jamur

G. boninense

ditentukan dengan rumus sebagai berikut A = N n x 100 Keterangan: A: luas serangan n : jumlah tanaman yang terserang spesies patogen

G. boninense

. N: jumlah seluruh tanaman yang diamati

3. 11 Reisolasi Jamur Patogen dan Bakteri Kitinolitik dari Akar Kelapa Sawit

Reisolasi fungi dan bakteri dari akar kelapa sawit dilakukan menurut metode Radu dan Kqueen 2002 dengan modifikasi. Tahap awal yang dilakukan adalah mencuci bagian akar tanaman 3-5 cm dengan air mengalir selama 20 menit. Selanjutnya permukaan akar tanaman disterilisasi dengan merendam bagian tanaman berturut-turut dengan: etanol 75 selama 2 menit, larutan sodium hypoklorit 5,3 selama 5 menit dan etanol 75 selama 30 Universitas Sumatera Utara