anak dalam melepaskan segala permasalahannya dan menjadikan sebuah tayangan di televisi sebagai teman penghibur mereka.
Dari uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti sejauhmana hubungan antara hubungan tayangan Film Little Krishna di MNC
TV
terhadap kebutuhan akan hiburan di kalangan Masyarakat Tamil India di Kampung Madras,
kota Medan.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: “Sejauhmanakah hubungan
tayangan Film Little Krishna di MNC
TV
terhadap pemenuhan kebutuhan hiburan di kalangan Masyarakat Tamil India di Kampung Madras, kota Medan?
I.3 Pembatasan Masalah
Guna menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti.
Pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: a.
Penelitian ini terbatas pada tayangan Film Little Krishna yang ditayangkan di MNC
TV
. b.
Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis.
c. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2011
d. Objek penelitian terbatas di kalangan Tamil India di Kampung Madras yaitu
pada anak yang berusia 12-15 tahun
Universitas Sumatera Utara
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1 Tujuan
Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui deskripsi tayangan Film Little Krishna di MNC
TV
. b.
Untuk mengetahui jenis hiburan yang disajikan oleh tayangan Film Little Krishna di MNC
TV
. c.
Untuk mencari hubungan antara tayangan Film Little Krishna di MNC
TV
terhadap pemenuhan kebutuhan akan hiburan di kalangan masyarakat Tamil India di Kampung Madras.
I.4.2 Manfaat
Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Secara akademis, penelitian ini diharapakan dapat memperkaya khasanah
penelitian komunikasi dan sumber bacaan, khususnya penelitian tentang pengetahuan agama.
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapakan dapat memperluas cakrawala
dan wawasan peneliti tentang komunikasi antarbudaya, khususnya yang berkaitan dengan tayangan dan dampak terhadap pengetahuan budaya
keagamaan. c.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengetahuan mahasiswa tentang komunikasi antarbudaya
terutama yang berkaitan dengan tayangan di televisi.
Universitas Sumatera Utara
I.5 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun
kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian tersebut disoroti Nawawi, 2001: 40.
Menurut Kerlinger Rakhmat, 2004: 6, teori merupakan himpunan konstruk konsep, yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala
dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
Dengan adanya kerangka teori, akan membantu peneliti dalam menentukan tujuan dan arah penelitiannya. Kerangka teori akan membantu
penelitian dalam memilih kosep-konsep yang tepat, guna membentuk hipotesa- hipotesa selanjutnya.
Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
I.5.1 Televisi sebagai Media Massa
Media massa adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus di desain untuk
mencapai masyarakat yang sangat luas http:id.wikipedia.orgwikiMedia
massa. Untuk berlangsungnya komunikasi massa diperlukan saluran yang
memungkinkan disampaikannya pesan kepada khalayak yang dituju. Saluran tersebut adalah media massa, yaitu sarana teknis yang memungkinkan
Universitas Sumatera Utara
terlaksananya proses komunikasi massa tertentu. Media massa menurut bentuknya dapat dikelompokkan atas:
1. Media cetak printed media yang mencakup surat kabar, majalah, buku,
pamflet, brosur dan sebagainya. 2.
Media elektronik, seperti radio, televisi, film, slide, video, dan lain-lain. Media massa mempunyai karakter tertentu, yang tidak bisa disamakan
oleh media massa yang lain. Media cetak, mampu memuat peristiwa secara lengkap sampai kepada detil-detilnya, dan bisa disimpan dan dibaca ulang.
Namun sifat komunikasinya masih tertunda delay. Radio bisa menyiarkan berita secara cepat dan langsung, namun sifat beritanya hanya sekilas, dan seringkali
tidak mampu diingat secara baik oleh audience. Radio juga hanya bersifat audio. Namun radio mampu menghadirkan efek ‘theatre of mind’, yaitu audiens mampu
berimajinasi lebih jauh tentang apa yang mereka dengarkan. Foto mampu menghadirkan gambar peristiwa secara komprehensif, tanpa ditambah dan
dikurangi. Foto mampu melengkapi berita, dan menambah legitimasinya. Televisi mampu menjawab kekurangan radio, kesan audio visual mampu dihadirkan,
namun informasi yang dihasilkan juga masih bersifat sekilas, tidak mendalam. Film tidak bisa menjawab kebutuhan berita, namun film mampu merekam
kejadian secara audio visual dan bisa diputar berulang-ulang. Film juga bisa dipakai sebagai sarana penyampaian pesan secara fiktif, melalui pengaturan
skenario dan penyutradaraan. Salah satu media dalam komunikasi massa adalah televisi. Televisi berasal
dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele bahasa Yunani yang berarti jauh, dan visi videre-Bahasa Latin berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang
Universitas Sumatera Utara
dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat-tempat
lain melalui sebuah perantara perangkat penerima Wahyudi, 1996 :49. Televisi adalah salah satu bentuk media massa yang selain mempunyai
daya tarik yang kuat, disebabkan adanya unsur-unsur kata-kata, musik dan sound effect, juga mempunyai keunggulan lain yaitu unsur visual berupa gambar hidup
yang dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pemirsanya. Dalam usaha untuk mempengaruhi khalayak dengan menggugah emosi dan pikiran pemirsanya,
televisi lebih mempunyai kemampuan menonjol dibandingkan media massa lainnya.
Acara-acara yang ditampilkan televisi terdapat sekian banyak pesan atau informasi yang disebut iklan. Menurut Rhenald Kasali 1992: 9, iklan adalah
segala bentuk pesan tentang suatu produk dan jasa yang disampaikan lewat media dan dibiayai oleh perusahaan yang dikenal serta ditujukan kepada sebagian atau
seluruh masyarakat. Sedang pengaruh pesan ini berarti hal-hal yang diterjemahkan dalam bentuk gambar. Rangkaian kata-kata jingle, maupun warna dengan tujuan
membangkitkan kebutuhan konsumen dan menanamkan citra pada konsumen pemerkasa adalah produsen sedangkan media adalah sarana yang digunakan,
dalam hal ini media yang dapat digunakan adalah media cetak surat kabar, majalah dan lain-lain maupun media elektronik televisi, radio, film.
I.5.2 Model Uses and Gratification
Teori ini mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada media, yaitu menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Penganut teori ini meyakini
Universitas Sumatera Utara
bahwa individu sebagai mahluk supra-rasional dan sangat selektif. Menurut para pendirinya, Elihu Katz;Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch Rakhmat, 2004:
87, uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber
lain , yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan atau keterlibatan pada kegiatan lain, dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat
lain. Perkembangan teori Uses and Gratification Media dibedakan dalam tiga
fase, yaitu:
Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler 1974 memberikan deskripsi tentang orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam isi
media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan konseptual dalam meneliti orientasi audiens.
Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi variabel-variabel sosial dan psikologis yang diperkirakan memberi
pengaruh terhadap perbedaan pola–pola konsumsi media. Fase ini juga menandai dimulainya perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi media.
Fase ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan motif
audiens mungkin berhubungan. Kristalisasi dari gagasan, anggapan, temuan penelitian tentang Uses and
Gratifikasion Media mengatakan, bahwa kebutuhan sosial dan psikologis menggerakkan harapan pada media massa atau sumber lain yang
membimbing pada perbedaan pola-pola terpaan media dalam
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan pemuasan kebutuhan dan konsekuensi lain yang sebagian besar mungkin tidak sengaja.
Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch menguraikan lima elemen atau asumsi-asumsi dasar dari Uses and Gratification Media sebagai
berikut: 1.
Audiens adalah aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan. 2.
Inisiatif yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan media spesifik terletak di tangan audiens
3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya
memuaskan kebutuhan audiens 4.
Orang-orang mempunyai kesadaran-diri yang memadai berkenaan penggunaan media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti bagi
peneliti tentang gambaran keakuratan penggunaan itu. 5.
Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media spesifik atau isi harus dibentuk.
Pengujian-pengujian terhadap asumsi-asumsi Uses and Gratification Media menghasilkan enam 6 kategori identifikasi dan temuan-temuannya
sebagai berikut http:adiprakosa.blogspot.com200711uses-gratification.html: 1.
Asal usul sosial dan psikologis gratifikasi media. John W.C. Johnstone 1974 menganggap bahwa anggota audiens tidak
anonimous dan sebagai individu yang terpisah, tetapi sebagai anggota kelompok sosial yang terorganisir dan sebagai partisipan dalam sebuah
kultur. Sesuai dengan anggapan ini, media berhubungan dengan
Universitas Sumatera Utara
pemenuhan kebutuhan dan keperluan individu-individu, yang tumbuh didasarkan lokalitas dan relasi sosial individu-individu tersebut.
Faktor-faktor psikologis juga berperan dalam memotivasi penggunaan media. Konsep-konsep psikologis seperti kepercayaan, nilai-nilai, dan
persepsi mempunyai pengaruh dalam pencarian gratifikasi dan menjadi hubungan kausal dengan motivasi media.
2. Pendekatan nilai pengharapan.
Konsep pengharapan audiens yang perhatian concern pada karakteristik media dan potensi gratifikasi yang ingin diperoleh merupakan asumsi
pokok Uses and Gratification Media mengenai audiens aktif. Jika anggota audiens memilih di antara berbagai alternatif media dan non media sesuai
dengan kebutuhan mereka, mereka harus memiliki persepsi tentang alternatif yang memungkinkan untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
Kepercayaan terhadap suatu media tertentu menjadi faktor signifikan dalam hal pengharapan terhadap media itu.
3. Aktifitas audiens.
Levy dan Windahl 1984 menyusun tipologi aktifitas audiens yang dibentuk melalui dua dimensi:
Orientasi audiens: selektifitas; keterlibatan; kegunaan.
Skedul aktifitas: sebelum; selama; sesudah terpaan. Katz, Gurevitch, dan Haas 1973 dalam penelitian tentang penggunaan
media, menemukan perbedaan anggota audiens berkenaan dengan basis gratifikasi yang dirasakan. Dipengaruhi beberapa faktor. Faktor tersebut
Universitas Sumatera Utara
adalah struktur media dan teknologi; isi media; konsumsi media; aktifitas non media; dan persepsi terhadap gratifikasi yang diperoleh.
Garramore 1983 secara eksperimental menggali pengaruh ”rangkaian motivasi pada proses komersialisasi politik melalui TV. Ia menemukan
bahwa anggota audience secara aktif memprosesmencerna isi media, dan pemrosesan ini dipengaruhi oleh motivasi.
4. Gratifikasi yang dicari dan yang diperoleh.
Pada awal sampai pertengahan 1970-an sejumlah ilmuwan media menekankan perlunya pemisahan antara motif konsumsi media atau
pencarian gratifikasi GS dan pemerolehan gratifikasi GO. Penelitian tentang hubungan antara GS dan GO, menghasilkan temuan sebagai
berikut GS individual berkorelasi cukup kuat dengan GO terkait. Di lain pihak GS dapat dipisahkan secara empiris dengan GO, seperti pemisahan
antara GS dengan GO secara konseptual, dengan alasan sebagai berikut:
GS dan GO berpengaruh, tetapi yang satu bukan determinan bagi yang lain.
Dimensi-dimensi GS dan GO ditemukan berbeda dalam beberapa studi.
Tingkatan rata-rata GS seringkali berbeda dari tingkatan rata-rata GO.
GS dan GO secara independen menyumbang perbedaan pengukuran konsumsi media dan efek.
Penelitian GS dan GO menemukan bahwa GS dan GO berhubungan dalam berbagai cara dengan variabel-variabel: terpaan; pemilihan program
Universitas Sumatera Utara
dependensi media; kepercayaan; evaluasi terhadap ciri-ciri atau sifat-sifat media.
5. Gratifikasi dan konsumsi media.
Penelitian mengenai hubungan antata gratifikasi GS-GO dengan konsumsi media terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu:
Studi tipologis mengenai gratifikasi media.
Studi yang menggali hubungan empiris antara gratifikasi di satu sisi dengan pengukuran terpaan media atau pemilihan isi media di
sisi lain. Studi-studi menunjukkan bahwa gratifikasi berhubungan dengan
pemilihan program. Becker dan Fruit memberi bukti bahwa anggota audiens membandingkan GO dari media yang berbeda berhubungan
dengan konsumsi media. Studi konsumsi media menunjukkan terdapat korelasi rendah sampai sedang antara pengukuran gratifikasi dan indeks
konsumsi. 6.
Gratifikasi dan efek yang diperoleh. Windahl 1981 penggagas model uses and effects, menunjukkan bahwa
bermacam-macam gratifikasi audiens berhubungan dengan spectrum luas efek media yang meliputi pengetahuan, dependensi, sikap, persepsi
mengenai realitas social, agenda setting, diskusi, dan berbagai efek politik. Blumer mengkritisi studi uses and effects sebagai kekurangan perspektif.
Dalam usaha untuk menstimulasi suatu pendekatan yang lebih teoritis, Blumer menawarkan tiga hipotesis sebagai berikut:
Motivasi kognitif akan memfasilitasi penemuan informasi.
Universitas Sumatera Utara
Motivasi pelepasan dan pelarian akan menghadiahi penemuan
audiens terhadap persepsi mengenai situasi sosial.
Motivasi identitas personal akan mendorong penguatan efek.
I.5.3 Motif Penggunaan Media
Motif berasal dari bahasa Latin, movere yang artinya bergerak atau to move. Motif berarti kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang mendorong
untuk berbuat sesuatumerupakan driving force Bianca dalam Walgito,1997. Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif tertentu.
Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan- alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia
berbuat sesuatu Ardianto, 2004:87. Pada dasarnya “motif” dan ‘motivasi’ artinya hampir sama hanya berbeda
pada penempatan kalimat saja. Menurut Kartini kartono motivasi adalah sebab, alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seorang untuk berbuat;atau ide pokok
yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia Kartini, 2002:147. Dengan kata lain motivasi adalah dorongan terhadap seseorang agar mau
melaksanakan sesuatu. Dorongan disini adalah desakan alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup. Dari definisi tersebut, motif jika dihubungan dengan
konsumsi media berarti segala alasan dan pendorong dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang menggunakan media.
Dalam buku Psikologi Komunikasi karangan Jalaluddin Rakhmat disebutkan bahwa siaran yang menggabungkan unsur hiburan dengan informasi,
dan bukan hanya ceramah yang membosankan telah berhasil memberikan efek
Universitas Sumatera Utara
kepada khalayak seperti menanamkan pengetahuan, pengertian, keterampilan, kepercayaan atau informasi Rakhmat, 2005: 219.
Motivasi setiap orang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan individu yang berbeda pula. Dalam penelitan ini kebutuhan yang dimaksudkan
adalah kebutuhan afektif, karena kebutuhan ini berkaitan dengan usaha-usaha untuk menghibur diri khalayak. Hiburan yang dimaksud adalah suatu perasaan
dimana si penonton merasa senang setelah menyaksikan tayangan film kartun Little Krishna di MNC
TV
.
Hiburan adalah segala sesuatu – baik yang berbentuk kata‐
kata, tempat, benda, perilaku – yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang
susah atau sedih.
Pada umumnya hiburan dapat berupa musik, film, opera, drama,
ataupun berupa permainan bahkan olahraga. Berwisata juga dapat dikatakan sebagai
upaya hiburan dengan menjelajahi alam ataupun mempelajari budaya. Mengisi kegiatan
di waktu senggang seperti membuat kerajinan, keterampilan, membaca juga dapat
dikatagorikan sebagai hiburan
Hibur adalah kata kata kerja aktif yang membutuhkan objek pelengkap, memang mempunyai asosiasi positif-namun jika objek merasa dirugikan maka
nilai positif akan berganti dengan nilai negarif. Oleh karena itu suatu aksi dikatan hiburan jikalau objek dari penghibur merasa “diuntungkan”. Hal ini berkaitan
dengan keadaan anak-anak yang dianggap paling aktif dan tertarik untuk mengikuti acara dengan kategori tayangan film kartun. Ada yang tertarik dengan
isi cerita, gambar tayangan sampai kepada pesan moral yang disampaikan dalam film kartun Little Krishna.
Universitas Sumatera Utara
I.5.4 Tayangan Film
Animasi Kartun Little Krishna
Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari –
hari, film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas masyarakat. Film merupakan gambar yang bergerak Moving Picture. Menurut
Effendi 2003: 239 film diartikan sebagai hasil budaya dan alat ekspresi kesenian. Film sebagai komunikasi massa merupakan gabungan dari berbagai
tekhnologi seperti fotografi dan rekaman suara, kesenian baik seni rupa dan seni teater sastra dan arsitektur serta seni musik.
Tumbuh dan berkembangnya film sangat bergantung pada tekhnologi dan paduan unsur seni sehingga menghasilkan film yang berkualitas McQuail,2005:
110. Berdasarkan sifatnya film dapat dibagi atas: 1.
Film cerita Story film Film yang mengandung suatu cerita, yang lazim dipertunjukan di
gedung – gedung bioskop yang dimainkan oleh para bintang sinetron yang tenar. Film jenis ini didistribusikan sebagai barang dagangan dan
diperuntukan untuk semua publik. 2.
Film berita News film Adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar – benar terjadi,
karena sifatnya berita maka film yang disajikan pada publik harus mengandung nilai berita Newsvalue
3. Film dokumenter
Film dokumenter pertama kali diciptakan oleh John Giersonyang mendefinisikan bahwa film dokumenter adalah “Karya cipta mengarah
Universitas Sumatera Utara
kanyataan Creative treatment of actuality yang merupakan kenyataan–kenyatan yang menginterprestasikan kenyataan. Titik fokus
dari film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi, bedanya dengan film berita adalah film berita harus mengenai sesuatu yang
mempunyai nilai berita atau newsvalue. 4.
Film kartun Walt Disney adalah perusahaan kartun yang banyak menghasilkan
berbagai macam film kartun yang terkenal sampai saat ini. Timbulnya gagasan membuat film kartun adalah dari seniman pelukis serta
ditemukannya sinematografi telah menimbulkan gagasan untuk menghidupkan gambar–gambar yang mereka lukis dan lukisan itu
menimbulkan hal–hal yang bersifat lucu. Film animasi Little Krishna sedang banyak diminati akhir-akhir. Saat ini
ditayangkan oleh sebuah stasiun televisi swasta Nasional meskipun dengan episode yang sangat terbatas. Little Krishna mengisahkan kehidupan masa kecil
Krishna yang merupakan inkarnasi atau personalitas dari Tuhan Yang Maha Esa. Jadi dapat disimpulkan film ini masuk dalam kategori religius meskipun dikemas
dalam nuansa menghibur. Unsur pendidikan agama, khususnya Hindu tersirat jelas di dalamnya. Film Little Krishna diwujudkan dalam bentuk animasi yang
sangat menarik dengan gambar-gambar indah. Dilihat dari kemasannya, jelas terlihat film ini ditujukan untuk penonton anak-anak tentunya dengan maksud
mengajarkan nilai-nilai kebajikan dan religisitas sedini mungkin. Namun benarkah film ini sesuai jika dimasukkan dalam kategori film anak-anak atau segala usia.
Universitas Sumatera Utara
Ketika menyaksikan tayangan Film kartu Little Krishna ini, ada beberapa hal yang diperhatikan para penontonnya, yaitu:
- Waktu penayangan
Para penonton televisi, khususnya anak-anak tentu memiliki jam menonton yang terbatas. Oleh sebab itu, waktu penanyangan Film Little Krishna diatur
oleh pihak MNC
TV
sesuai dengan jadwal jam istirahat anak-anak yang dimulai sejak pukul 18.00-17.00 WIB.
- Frekuensi penayangan
Film kartun Little Krishna memiliki frekuensi penayangan yang cukup sering di MNC
TV
, dikatakan sering karena selain diputar pada sore hari, terkadang juga diputar pada pagi hari pada saat liburan sekolah anak-anak sehingga
frekuensi menonton pun semakin tinggi. -
Durasi penayangan Setiap tayangan apapun memiliki durasi penayangan atau lamanya pemutaran
tertentu, sama halnya seperti Film kartun Little Krishna. Film kartun ini hanya memiliki durasi pemutaran selama 30 menit yang diselingi dengan
iklan komersial disepanjang acara. -
Isi cerita Alur cerita dari sebuah film harus dapat menarik perhatian dari penontonnya.
Begitu juga dengan tayangan film kartun Little Krishna yang mampu menarik perhatian para pemirsanya dengan alur cerita dari Krishna kecil yang selalu
membuat ulah kenakalan namun berujung dengan ajaran moral yang dibuat seringan mungkin untuk dapat dimengerti oleh anak-anak.
Universitas Sumatera Utara
- Tampilan gambar
Visualisasi atau tampilan gambar dari sebuah tayangan harus dibuat semenarik mungkin sehingga para penonton tertarik untuk menyaksikan
tayangan tersebut. Tampilan gambar film kartun Little Krisha masuk pada kategori yang cukup baik, yaitu dari segi warna serta bentuk gambar. Efek
yang digunakan dalam gerakan juga sudah cukup luwes yang makin menambah nilai lebih dari tayangan kartun ini.
I.6 Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil yang dicapai dan dapat
mengantar penelitian pada rumusan hipotesa Nawawi, 2001: 33. Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti,
yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial.
Dengan demikian, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesa, yang sebenarnya merupakan jawaban
sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya
menjadi variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Variabel Bebas X
Variabel bebas merupakan segala faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut variabel terikat.
Tanpa variabel ini maka variabel berubah, sehingga akan muncul variabel terikat yang berbeda atau yang lain sama sekali tidak muncul Nawawi,
2001: 57. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Tayangan Little Krishna di
MNC
TV.
b. Variabel Terikat Y