Tayangan Little Krisna dan pemenuhan kebutuhan akan hiburan” (Studi Korelasional tentang Hubungan Tayangan Little Krisnadi MNCTV terhadap Pemenuhan Kebutuhan akan Hiburan di Kalangan Masyarakat Tamil India di Kampung Madras, Kota Medan).

(1)

Tayangan “Little Krishna” dan Pemenuhan Kebutuhan akan

Hiburan

(Studi Korelasional tentang Hubungan Tayangan “Little

Khrisna” di MNC

TV

terhadap Pemenuhan Kebutuhan akan

Hiburan di Kalangan Masyarakat Tamil India di Kampung

Madras, Kota Medan)

 

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Disusun oleh

:

 

Ade Ardianta Harahap

060904099

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Tayangan Little Krishna dan Pemenuhan Kebutuhan akan Hiburan (Studi Korelasional tentang Hubungan Tayangan “Little Khrisna” di MNCTV terhadap pemenuhan kebutuhan hiburan di kalangan masyarakat Tamil India di Kampung Madras, Kota Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana tayangan film kartun Little Krishna mampu memenuhi kebutuhan hiburan anak Tamil berusia 12-15 tahun di Kelurahan Kampung Madras, Kota Medan.

Teori yang digunakan dan dianggap relevan dalam penelitian ini adalah teori televisi sebagai media massa, teori Uses and Gratification, motif penggunaan media dan tayangan film kartun Little Krishna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa besar hubungan tersebut dan berarti tidaknya hubungan antara tayangan film kartun Little Krishna terhadap pemenuhan kebutuhan akan hiburan di kalangan masyarakat Tamil India di Kampung Madras, Kota Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah para warga kelurahan Kampung Madras yang terletak di kawasan Jl. Zainul Arifin Medan, yaitu warga masyarakat yang berusia antara 9-12 tahun yang berjumlah 141 orang. Untuk menentukan jumlah sampel maka digunakan pendapat Arikunto, yaitu tingkat populasi besar atau lebih besar dari 100 orang maka dapat diambil 10 – 15 % atau 20 – 25 %. Peneliti mengambil sampel sebanyak 25% yaitu sebanyak 35 orang. Sementara teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu Proportional Stratified Random Sampling, Purposive Sampling dan Accidental Sampling.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 16. Dari hasil penelitian ini diperoleh rs sebesar 0,726, untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan)

kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tinggi/kuat berarti antara antara tayangan film kartun Little Krishna terhadap pemenuhan kebutuhan akan hiburan di kalangan masyarakat Tamil India di Kampung Madras, Kota Medan.

Kemudian untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan aplikasi SPSS 16 serta untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y digunakan Uji Determinan Korelasi. Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara antara tayangan film kartun Little Krishna terhadap pemenuhan kebutuhan akan hiburan di kalangan masyarakat Tamil India di Kampung Madras, Kota Medan. Dengan menonton tayangan film kartun Little Khrisna di MNCTV mereka mampu tertawa dan bergembira karena kisahnya yang singkat serta gambar animasi lucu yang disajikan tayangan tersebut sehingga bisa sejenak melupakan permasalahan mereka.


(3)

KATA PENGANTAR Bismillahirahmannirrahim

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-NYA, sehingga peniliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “ Tayangan Little Krisna dan pemenuhan kebutuhan akan hiburan” (Studi Korelasional tentang Hubungan Tayangan Little Krisnadi MNCTV terhadap Pemenuhan Kebutuhan akan Hiburan di Kalangan Masyarakat Tamil India di Kampung Madras, Kota Medan). Tak lupa salawat berangkaikan salam peneliti haturkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad Saw yang telah membawa manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa isi dari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih minimnya pengetahuan dan pengalaman dalam mencari, mengumpulkan dan mengolah data penelitian. Meskipun demikian, peneliti berusaha secara maksimal agar tulisan ini dapat tersusun sebaik mungkin. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti terbuka atas segala kritikan dan saran yang membangun dari pembaca, sebagai masukan untuk menyempurnakan tulisan ini.

Penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir peneliti dimungkinkan berkat bantuan berbagai pihak. Maka sudah pada tempatnya maka peneliti menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya pada mereka yang banyak membantu dan mendukung peneliti dalam menulis skripsi ini.


(4)

Pertama sekali peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua yakni Ayahanda Marasuddin Harahap dan Ibunda Marlia Rangkuti yang selalu ada untuk membimbing, memberikan semangat, cinta dan kasih sayang serta doa yang tak pernah putus untuk menjadikan kami anak yang terbaik. Untuk Kak Ema Mardiani, Amd, Bang Dolly Hendy Nugraha dan Edwin Gunawan Harahap yang selalu setia memberikan kebaikan dan ketulusan dalam memotivasi untuk membantu peneliti menggapai gelar sarjana, serta kepada Pradhani Savitri yang selalu membantu dan mendukung peneliti.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini peneliti tidak hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri. Begitu banyak pihak yang memberikan kontribusi, baik berupa materi, pikiran, maupun dorongan semangat dan motivasi. Oleh karena itu melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA. selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi yang begitu baik dan memotivasi penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku dosen pembimbing peneliti serta Sekretaris Departemen, terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan atas kebaikan dan pengetahuan yang telah banyak ibu berikan dalam membimbing peneliti sehingga memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Para dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang selalu memberikan contoh, masukan serta teladan yang patut ditiru oleh peneliti berupa semangat untuk terus belajar dan meraih cita-cita.


(5)

5. Kak Ros, Bang Ria, Pak Herman, Kak Icut dan Kak Maya untuk semua dukungannya.

6. Kak Rotua atas semua dukungan, pengertian, memberikan motivasinya agar peneliti segera menyelesaikan studi, serta meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan ilmu kepada peneliti.

7. Kepada Anggina, Bayu Azhari, Gizhan Tamimi, Ryan Acdiral, Bayu Putra, Putri Wulandari, Ikram Angkat terima kasih atas motivasi yang telah diberikan selama ini.

8. Kepada Bapak Bobby Leong, BA, (Hons), DipM, MBS, MCM, Chartered Marketer, dan Manajemen CCI Medan, atas segala dukungannya dan motivasi selama ini.

9. Teman – teman di New Magacine, terima kasih atas dukungan serta motivasinya.

10. Terimakasih kepada teman-teman angkatan 2006 Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara atas perjuangan dan semangat kebersamaan kita.

Medan, September 2011 Peneliti

Ade Ardianta Harahap


(6)

 

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 6

I.3 Pembatasan Masalah ... 6

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

I.4.1 Tujuan Penelitian ... 7

I.4.2 Manfaat Penelitian ... 7

I.5 Kerangka Teori ... 8

I.5.1 Televisi sebagai media massa ... 8

I.5.2 Model Uses and Gratification ... 10

I.5.3 Motif Penggunaan Media ... 16

I.5.4 Tayangan Film Animasi kartun Little Krishna ... 18

I.6 Kerangka Konsep ... 21

I.7 Model Teoritis ... 23

I.8 Variabel Operasional ... 23

I.9 Defenisi Operasional ... 25

1.10 Hipotesis ... 28

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Televisi sebagai media massa ... 30

II.1.1 Sejarah televisi ... 30

II.1.2 Perkembangan televisi di Indonesia ... 31

II.1.3 Daya tarik televisi ... 33

II.1.4 Program televisi ... 33

II.1.5 Acara televisi ... 35

II.1.6 Dampak acara televisi ... 36

II.2 Model Uses and Gratification ... 37


(7)

II.2.2 Perkembangan terkini dalam penelitian manfaat dan

Gratifikasi ... 44

II.3 Motif Penggunaan Media ... 45

II.4 Film animasi kartun ... 48

II.4.1 Tayangan film animasi kartun Little Krishna ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi lokasi penelitian ... 51

III.2 Metode Penelitian ... 60

III.3 Lokasi Penelitian ... 60

III.4 Populasi dan Sampel ... 61

III.5 Teknik Penarikan Sampel ... 63

III.6 Teknik Pengumpulan Data ... 63

III.7 Teknik Analisis Data ... 64

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan pengumpulan data ... 67

IV.1.1 Langkah-langkah pengumpulan data ... 67

IV.2 Proses Pengolahan Data ... 68

IV.3 Analisa Tabel Tunggal ... 69

IV.3.1 Karakteristik responden ... 69

IV.3.2 Tayangan Little Krishna di MNCTV ... 71

IV.3.3 Pemenuhan Kebutuhan akan hiburan... 101

IV.4 Analisis Tabel Silang ... 116

IV.5 Uji Hipotesis ... 123

IV.6 Pembahasan ... 125

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan ... 131

V.2 Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN            


(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

I.1 Variabel Operasional ... 24

III.1 Sampel Penelitian ... 62

IV.1 Jenis kelamin responden ... 69

IV.2 Tingkat pendidikan ... 70

IV.3 Usia ... 70

IV.4 Pengetahuan mengenai kategori jenis film ... 71

IV.5 Kesesuaian Little Krisna dengan kategori film kartun ... 72

IV.6 Kualitas film kartun Little Krishna ... 73

IV.7 Perbandingan kualitas film Little Krishna ... 74

IV.8 Kesesuaian waktu penayangan ... 75

IV.9 Kesesuaian waktu penayangan dengan jadwal menonton ... 76

IV.10 Perubahan waktu penayangan ... 77

IV.11 Perubahan waktu penayangan secara terus menerus ... 78

IV.12 Tingkat menonton harian ... 79

IV.13 Pengawasan orang tua ... 80

IV.14 Menonton Little Krishna setiap episodenya ... 81

IV.15 Kecukupan frekwensi menonton Little Krishna ... 82

IV.16 Pengetahuan mengenai durasi tayangan ... 83

IV.17 Kecukupan durasi tayangan Little Krishna ... 84

IV.18 Kesesuaian durasi Little Krishna dengan isi alur cerita ... 85

IV.19 Kesesuaian waktu tayang dengan keinginan pribadi ... 86

IV.20 Alur cerita Little Krishna ... 87

IV.21 Ketertarikan akan alur cerita ... 88

IV.22 Pemahaman isi cerita Little Krishna ... 89

IV.23 Paham dengan isi cerita karena alur yang ringan dan jelas .... 90

IV.24 Kualitas gambar Little Krishna ... 91


(9)

IV.27 Pendapat mengenai perpaduan warna gambar ... 94

IV.28 Pendapat mengenai efek animasi ... 95

IV.29 Pendapat mengenai gambar tampak nyata ... 96

IV.30 Ketertarikan terhadap gerakan gambar ... 97

IV.31 Ketertarikan terhadap perpaduan warna ... 98

IV.32 Ketertarikan terhadap efek animasi modern ... 99

IV.33 Ketertarikan terhadap gambar tampak nyata ... 100

IV.34 Pernah tidaknya mengalami gangguan emosi ... 101

IV.35 Kemampuan Little Krishna melepaskan beban emosi ... 102

IV.36 Pernah tidaknya mengalami tekanan ... 103

IV.37 Kemampuan Little Krishna melepaskan tekanan ... 104

IV.38 Televisi sebagai media paling sering digunakan ... 105

IV.39 Radio sebagai media paling sering digunakan ... 106

IV.40 Internet sebagai media paling sering digunakan ... 107

IV.41 Komik / Majalah sebagai media paling sering digunakan ... 108

IV.42 Intensitas penggunaan media ... 109

IV.43 Alasan penggunaan media sebagai media hiburan ... 110

IV.44 Kemampuan media menghibur secara maksimal ... 111

IV.45 Perasaan senang setelah menonton Little Krishna ... 112

IV.46 Tingkat keseringan merasa senang setelah menonton Little Krishna ... 113

IV.47 Keinginan untuk kembali menonton tayangan Little Krishna ... 114

IV.48 Besarnya keinginan untuk kembali menonton tayangan ... 115

IV.49 Hubungan antara ketertarikan akan alur cerita film kartun Little dengan film kartung Little Krisna mampu melepaskan tekanan ... 117

IV.50 Hubungan antara kulitas gambar film Little Krishna dengan perasaan senang setelah menonton tayangan film kartun Little Krishna ... 119


(10)

IV.51 Hubungan antara paham akan cerita film kartun

Little Krishna dengan keinginan untuk kembali menonton tayangan film kartun Little Krishna ... 121


(11)

 

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

I.1 Model Teoritis ... 23 II.1 Model Uses and Gratifications ... 38 II.2 Operasionalisasi Uses and Gratifications ... 43  

     


(12)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Tayangan Little Krishna dan Pemenuhan Kebutuhan akan Hiburan (Studi Korelasional tentang Hubungan Tayangan “Little Khrisna” di MNCTV terhadap pemenuhan kebutuhan hiburan di kalangan masyarakat Tamil India di Kampung Madras, Kota Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana tayangan film kartun Little Krishna mampu memenuhi kebutuhan hiburan anak Tamil berusia 12-15 tahun di Kelurahan Kampung Madras, Kota Medan.

Teori yang digunakan dan dianggap relevan dalam penelitian ini adalah teori televisi sebagai media massa, teori Uses and Gratification, motif penggunaan media dan tayangan film kartun Little Krishna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa besar hubungan tersebut dan berarti tidaknya hubungan antara tayangan film kartun Little Krishna terhadap pemenuhan kebutuhan akan hiburan di kalangan masyarakat Tamil India di Kampung Madras, Kota Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah para warga kelurahan Kampung Madras yang terletak di kawasan Jl. Zainul Arifin Medan, yaitu warga masyarakat yang berusia antara 9-12 tahun yang berjumlah 141 orang. Untuk menentukan jumlah sampel maka digunakan pendapat Arikunto, yaitu tingkat populasi besar atau lebih besar dari 100 orang maka dapat diambil 10 – 15 % atau 20 – 25 %. Peneliti mengambil sampel sebanyak 25% yaitu sebanyak 35 orang. Sementara teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu Proportional Stratified Random Sampling, Purposive Sampling dan Accidental Sampling.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 16. Dari hasil penelitian ini diperoleh rs sebesar 0,726, untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan)

kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tinggi/kuat berarti antara antara tayangan film kartun Little Krishna terhadap pemenuhan kebutuhan akan hiburan di kalangan masyarakat Tamil India di Kampung Madras, Kota Medan.

Kemudian untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan aplikasi SPSS 16 serta untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y digunakan Uji Determinan Korelasi. Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara antara tayangan film kartun Little Krishna terhadap pemenuhan kebutuhan akan hiburan di kalangan masyarakat Tamil India di Kampung Madras, Kota Medan. Dengan menonton tayangan film kartun Little Khrisna di MNCTV mereka mampu tertawa dan bergembira karena kisahnya yang singkat serta gambar animasi lucu yang disajikan tayangan tersebut sehingga bisa sejenak melupakan permasalahan mereka.


(13)

 

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Kehadiran televisi yang makin marak di Indonesia dengan berbagai program tayangan dan jualan tidak dapat dihindari. Apapun yang muncul dan sifatnya baru, ada yang menilainya positif dan ada juga negatifnya. Sudut pandang positif, sudah pasti akan melihatnya dan memandangnya sebagai sebuah kemajuan tehnologi dan perlu dimanfaatkan sesuai dengan porsinya. Ada yang melihat kehadiran televisi sebagai sebuah lahan subur untuk meraup keuntungan tidak terbatas. Selagi kreativitas belum pudar, selama itu pula sarana tontotan yang bersifat hiburan dan informatif ini bisa meraup keuntungan. Salah satu tolok ukur adalah ketika rating suatu program cukup tinggi, selama itu pula iklan sponsor akan banyak yang antre.

Pada sisi lain, cukup banyak keluhan masyarakat terhadap dampak negatif dari berbagai program tayangan sehingga mengkhawatirkan sejumlah kalangan, bahkan pihak pemerintah sendiri sudah membaca kekhawatiran tersebut dengan membentuk Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) hingga ke tingkat provinsi dengan KPID-nya. Hampir di seluruh lapisan masyarakat, di segala tingkat strata pendidikan, tiada hari yang terlewat tanpa menonton televisi. Setiap orang, dari anak-anak, muda dan dewasa bahkan yang sudah uzur bisa dipa stikan akan menghabiskan beberapa jam bahkan hampir seharian duduk dan menikmati tayangan televisi. Kehadiran televisi menyuguhkan berbagai acara yang beragam dan menarik tanpa kompromi. Artinya, ia hadir di tengah-tengah kita dengan


(14)

sukarela, kapanpun kita ingin menikmatinya, kita cukup menekan sebuah tombol. Ditambah lagi dengan hadirnya 11 stasiun televisi nasional, seolah tidak ada kata bosan, kita merelakan setiap hari waktu kita bersamanya.

Salah satu yang sangat menggelisahkan kita yakni saat menyaksikan tayangan-tayangan televisi belakangan ini. Hampir semua stasiun-stasiun televisi, menayangkan program acara (terutama sinetron) yang cenderung mengarah pada tayangan berbau kekerasan (sadisme), pornografi, mistik, dan kemewahan (hedonisme). Tayangan-tayangan tersebut terus berlomba demi rating tanpa memerhatikan dampak bagi pemirsanya. Kegelisahan itu semakin bertambah karena tayangan-tayangan tersebut dengan mudah bisa dikonsumsi oleh anak-anak.

Para tokoh agama, budaya dan cendikiawan yang selalu konsen mengkritisi setiap gerak tayangan televisi, belakangan seakan ikut terkesima tayangan-tayangan yang tidak lagi semipornografi, tapi malah betul-betul menampilkan tayangan sangat memalukan sebagai bangsa yang selama ini cukup bangga dengan “Orang Timur” yang berbudaya tinggi. Bahkan terkesan tiarap dan tidak lagi mau mengkritisi tayangan-tayangan yang tidak lagi sesuai dengan kaidah dan norma agama.

Hasil kajian Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia, misalnya, mencatat, rata-rata anak usia sekolah dasar menonton televisi antara 30 hingga 35 jam setiap minggu. Artinya pada hari-hari biasa mereka menonton tayangan televisi lebih dari empat hingga lima jam sehari. Sementara di hari Minggu bisa tujuh sampai delapan jam. Jika rata-rata empat jam sehari, berarti setahun sekitar 1.400 jam, atau 18.000 jam sampai seorang anak lulus SLTA. Padahal waktu yang


(15)

dilewatkan anak-anak mulai dari TK sampai SLTA hanya 13.000 jam. Ini berarti anak-anak meluangkan lebih banyak waktu untuk menonton televisi daripada untuk kegiatan apa pun, kecuali tidur (data-data 2004).

Lebih parah lagi, kebanyakan orangtua tidak menyadari dampak kebebasan media yang kurang baik terhadap anak-anak. Indikasi demikian terlihat anak-anak tidak diawasi dengan baik saat menonton televisi meski di layar cara itu diterakan kata-kata bimbingan orangtua (BO), dewasa (DW) dan remaja (R). Dengan kondisi ini sangat dikawatirkan bahkan bisa membahayakan bagaimana dampaknya bagi perkembangan anak-anak. Kita memang tidak bisa gegabah menyamaratakan semua program televisi berdampak buruk bagi anak. Ada juga program televisi yang punya sisi baik, misalnya program acara pendidikan. Banyak informasi bisa diserap dari televisi yang tidak didapat dari tempat lain. Namun, di sisi lain banyak juga tayangan televisi yang bisa berdampak buruk bagi anak. Sudah banyak survei yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana dampak tayangan televisi di kalangan anak-anak (http://palembang.tribunnews.com/view/12562/mencermati_tayangan_televisi_da n_dampaknya-akses terakhir 6 April 2011).

Sebuah survei yang pernah dilakukan salah satu harian di negara bagian Amerika Serikat menyebutkan, empat dari lima orang Amerika menganggap kekerasan di televisi mirip dengan dunia nyata. Oleh sebab itu sangat berbahaya kalau anak-anak sering menonton tayangan televisi yang mengandung unsur kekerasan. Kekerasan di televisi membuat anak menganggap kekerasan adalah jalan untuk menyelesaikan masalah (Era Muslim, 27/07/2004). Sementara itu sebuah penelitian di Texas, Amerika Serikat yang dilakukan selama lebih dari tiga


(16)

tahun terhadap 200 anak usia 2-7 tahun, menemukan bahwa anak-anak yang banyak menonton program hiburan dan kartun terbukti memeroleh nilai lebih rendah dibanding anak yang sedikit menghabiskan waktunya menonton tayangan yang sama (KCM, 11/08/2005). Dua survei itu sebenarnya bisa jadi pelajaran (http://palembang.tribunnews.com/view/12562/mencermati_tayangan_televisi_da n_dampaknya)

Film animasi Little Krishna sedang banyak diminati akhir-akhir. Saat ini ditayangkan oleh sebuah stasiun televisi swasta Nasional meskipun dengan episode yang sangat terbatas. Little Krishna mengisahkan kehidupan masa kecil Krishna yang merupakan inkarnasi atau personalitas dari Tuhan Yang Maha Esa. Jadi dapat disimpulkan film ini masuk dalam kategori religius meskipun dikemas dalam nuansa menghibur. Unsur pendidikan agama, khususnya Hindu tersirat jelas di dalamnya. Film Little Krishna diwujudkan dalam bentuk animasi yang sangat menarik dengan gambar-gambar indah. Dilihat dari kemasannya, jelas terlihat film ini ditujukan untuk penonton anak-anak tentunya dengan maksud mengajarkan nilai-nilai kebajikan dan religiusitas sedini mungkin. Namun benarkah film ini sesuai jika dimasukkan dalam kategori film anak-anak atau segala usia.

Meskipun mengambil karakter Krishna dimasa kecil, film ini mengandung muatan filosofi yang sangat berat dan dalam, yang tentunya tertalu sulit untuk dipahami oleh nalar anak-anak. Filosofi-filosofi moral yang berat menghiasi hampir seluruh tayangan ini. Baik itu dalam bentuk dialog, narasi, maupun adegan di dalamnya. Disana dikisahkan, masa kecil Krishna penuh kenakalan dan sikap usil kanak-kanak, namun dilain pihak meskipun nakal tapi tetap disanjung dan


(17)

dicintai oleh siapa saja. Krishna kecil juga senang mencuri susu dan mentega untuk dinikmati bersama teman-temannya. Hal-hal seperti ini adalah contoh kejadian dalam film yang membutuhkan penjelasan orang tua kepada anak-anaknya.

Ada beberapa adegan yang penuh muatan filosofis dalam film ini yaitu saat Brahma menculik anak-anak gembala dan anak-anak sapi. Dialog antara Krishna dan Brahma begitu sulit untuk dipahami anak-anak tanpa pengetahuan dan kebijaksanaan orang dewasa. Dalam episode ini ada kalimat Krishna kepada Brahma yang maknanya terlalu dalam untuk dapat diresapi. “Ketahuilah bahwa sesungguhnya Aku tidak bisa dipahami hanya dengan pengetahuan dan meditasi. Aku hanya bisa dipahami dengan Cinta dan ketaatan”.

Secara keseluruhan film ini sangat bagus, mendidik, penuh ajaran moral dan filosofi tingkat tinggi. Anak-anak akan mendapatkan banyak hiburan dan pendidikan dari film ini namun harus disertai dengan bimbingan dari orang tua. Dan untuk orang dewasa film ini sangat layak untuk dinikmati, sangat cerdas dan syarat nilai-nilai kehidupan. Tayangan ini tentunya dapat memenuhi kebutuhan informasi ataupun hal lainnya yang dibutuhkan oleh khalayak. Kebutuhan tersebut berupa kebutuhan kognitif yang didasarkan pada hasrat untuk memuaskan rasa penasaran akan kisah keagamaan Hindu dan kebutuhan afektif yang berhubungan dengan peneguhan nilai emosional berupa kesenangan setelah menonton tayangan Little Krishna. Hal lain yang menjadi alasan khalayak memilih tayangan Little Krishna dikarenakan alasan pribadi berupa hasrat melarikan diri dari kenyataan karena tugas sekolah yang berat dan belakangan ini kerap menjadi alasan utama


(18)

anak dalam melepaskan segala permasalahannya dan menjadikan sebuah tayangan di televisi sebagai teman penghibur mereka.

Dari uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti sejauhmana hubungan antara hubungan tayangan Film Little Krishna di MNCTV terhadap kebutuhan akan hiburan di kalangan Masyarakat Tamil India di Kampung Madras, kota Medan.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: “Sejauhmanakah hubungan tayangan Film Little Krishna di MNCTV terhadap pemenuhan kebutuhan hiburan di kalangan Masyarakat Tamil India di Kampung Madras, kota Medan?

I.3 Pembatasan Masalah

Guna menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini terbatas pada tayangan Film Little Krishna yang ditayangkan di MNCTV.

b. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis.

c. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2011

d. Objek penelitian terbatas di kalangan Tamil India di Kampung Madras yaitu pada anak yang berusia 12-15 tahun


(19)

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui deskripsi tayangan Film Little Krishna di MNCTV. b. Untuk mengetahui jenis hiburan yang disajikan oleh tayangan Film Little

Krishna di MNCTV.

c. Untuk mencari hubungan antara tayangan Film Little Krishna di MNCTV terhadap pemenuhan kebutuhan akan hiburan di kalangan masyarakat Tamil India di Kampung Madras.

I.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara akademis, penelitian ini diharapakan dapat memperkaya khasanah penelitian komunikasi dan sumber bacaan, khususnya penelitian tentang pengetahuan agama.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapakan dapat memperluas cakrawala dan wawasan peneliti tentang komunikasi antarbudaya, khususnya yang berkaitan dengan tayangan dan dampak terhadap pengetahuan budaya keagamaan.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengetahuan mahasiswa tentang komunikasi antarbudaya terutama yang berkaitan dengan tayangan di televisi.


(20)

I.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian tersebut disoroti (Nawawi, 2001: 40).

Menurut Kerlinger (Rakhmat, 2004: 6), teori merupakan himpunan konstruk (konsep), yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.

Dengan adanya kerangka teori, akan membantu peneliti dalam menentukan tujuan dan arah penelitiannya. Kerangka teori akan membantu penelitian dalam memilih kosep-konsep yang tepat, guna membentuk hipotesa-hipotesa selanjutnya.

Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

I.5.1 Televisi sebagai Media Massa

Media massa adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus di desain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas (http://id.wikipedia.org/wiki/Mediamassa).

Untuk berlangsungnya komunikasi massa diperlukan saluran yang memungkinkan disampaikannya pesan kepada khalayak yang dituju. Saluran tersebut adalah media massa, yaitu sarana teknis yang memungkinkan


(21)

terlaksananya proses komunikasi massa tertentu. Media massa menurut bentuknya dapat dikelompokkan atas:

1. Media cetak (printed media) yang mencakup surat kabar, majalah, buku, pamflet, brosur dan sebagainya.

2. Media elektronik, seperti radio, televisi, film, slide, video, dan lain-lain. Media massa mempunyai karakter tertentu, yang tidak bisa disamakan oleh media massa yang lain. Media cetak, mampu memuat peristiwa secara lengkap sampai kepada detil-detilnya, dan bisa disimpan dan dibaca ulang. Namun sifat komunikasinya masih tertunda (delay). Radio bisa menyiarkan berita secara cepat dan langsung, namun sifat beritanya hanya sekilas, dan seringkali tidak mampu diingat secara baik oleh audience. Radio juga hanya bersifat audio. Namun radio mampu menghadirkan efek ‘theatre of mind’, yaitu audiens mampu berimajinasi lebih jauh tentang apa yang mereka dengarkan. Foto mampu menghadirkan gambar peristiwa secara komprehensif, tanpa ditambah dan dikurangi. Foto mampu melengkapi berita, dan menambah legitimasinya. Televisi mampu menjawab kekurangan radio, kesan audio visual mampu dihadirkan, namun informasi yang dihasilkan juga masih bersifat sekilas, tidak mendalam. Film tidak bisa menjawab kebutuhan berita, namun film mampu merekam kejadian secara audio visual dan bisa diputar berulang-ulang. Film juga bisa dipakai sebagai sarana penyampaian pesan secara fiktif, melalui pengaturan skenario dan penyutradaraan.

Salah satu media dalam komunikasi massa adalah televisi. Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre-Bahasa Latin) berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang


(22)

dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat-tempat lain melalui sebuah perantara perangkat penerima (Wahyudi, 1996 :49).

Televisi adalah salah satu bentuk media massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan adanya unsur-unsur kata-kata, musik dan sound effect, juga mempunyai keunggulan lain yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pemirsanya. Dalam usaha untuk mempengaruhi khalayak dengan menggugah emosi dan pikiran pemirsanya, televisi lebih mempunyai kemampuan menonjol dibandingkan media massa lainnya.

Acara-acara yang ditampilkan televisi terdapat sekian banyak pesan atau informasi yang disebut iklan. Menurut Rhenald Kasali (1992: 9), iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk dan jasa yang disampaikan lewat media dan dibiayai oleh perusahaan yang dikenal serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Sedang pengaruh pesan ini berarti hal-hal yang diterjemahkan dalam bentuk gambar. Rangkaian kata-kata jingle, maupun warna dengan tujuan membangkitkan kebutuhan konsumen dan menanamkan citra pada konsumen pemerkasa adalah produsen sedangkan media adalah sarana yang digunakan, dalam hal ini media yang dapat digunakan adalah media cetak (surat kabar, majalah dan lain-lain) maupun media elektronik (televisi, radio, film).

I.5.2 Model Uses and Gratification

  Teori ini mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada media, yaitu menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Penganut teori ini meyakini


(23)

bahwa individu sebagai mahluk supra-rasional dan sangat selektif. Menurut para pendirinya, Elihu Katz;Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (Rakhmat, 2004: 87), uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain , yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain.

Perkembangan teori Uses and Gratification Media dibedakan dalam tiga fase, yaitu:

 Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler (1974) memberikan deskripsi tentang orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam isi media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan konseptual dalam meneliti orientasi audiens.

 Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi variabel-variabel sosial dan psikologis yang diperkirakan memberi pengaruh terhadap perbedaan pola–pola konsumsi media. Fase ini juga menandai dimulainya perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi media.

 Fase ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan motif audiens mungkin berhubungan.

Kristalisasi dari gagasan, anggapan, temuan penelitian tentang Uses and Gratifikasion Media mengatakan, bahwa kebutuhan sosial dan psikologis menggerakkan harapan pada media massa atau sumber lain yang membimbing pada perbedaan pola-pola terpaan media dalam


(24)

menghasilkan pemuasan kebutuhan dan konsekuensi lain yang sebagian besar mungkin tidak sengaja.

Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch menguraikan lima elemen atau asumsi-asumsi dasar dari Uses and Gratification Media sebagai berikut:

1. Audiens adalah aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan. 2. Inisiatif yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan

media spesifik terletak di tangan audiens

3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan kebutuhan audiens

4. Orang-orang mempunyai kesadaran-diri yang memadai berkenaan penggunaan media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti bagi peneliti tentang gambaran keakuratan penggunaan itu.

5. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media spesifik atau isi harus dibentuk.

Pengujian-pengujian terhadap asumsi-asumsi Uses and Gratification Media menghasilkan enam (6) kategori identifikasi dan temuan-temuannya sebagai berikut ( http://adiprakosa.blogspot.com/2007/11/uses-gratification.html):

1. Asal usul sosial dan psikologis gratifikasi media.

John W.C. Johnstone (1974) menganggap bahwa anggota audiens tidak anonimous dan sebagai individu yang terpisah, tetapi sebagai anggota kelompok sosial yang terorganisir dan sebagai partisipan dalam sebuah kultur. Sesuai dengan anggapan ini, media berhubungan dengan


(25)

pemenuhan kebutuhan dan keperluan individu-individu, yang tumbuh didasarkan lokalitas dan relasi sosial individu-individu tersebut.

Faktor-faktor psikologis juga berperan dalam memotivasi penggunaan media. Konsep-konsep psikologis seperti kepercayaan, nilai-nilai, dan persepsi mempunyai pengaruh dalam pencarian gratifikasi dan menjadi hubungan kausal dengan motivasi media.

2. Pendekatan nilai pengharapan.

Konsep pengharapan audiens yang perhatian (concern) pada karakteristik media dan potensi gratifikasi yang ingin diperoleh merupakan asumsi pokok Uses and Gratification Media mengenai audiens aktif. Jika anggota audiens memilih di antara berbagai alternatif media dan non media sesuai dengan kebutuhan mereka, mereka harus memiliki persepsi tentang alternatif yang memungkinkan untuk memperoleh kebutuhan tersebut. Kepercayaan terhadap suatu media tertentu menjadi faktor signifikan dalam hal pengharapan terhadap media itu.

3. Aktifitas audiens.

Levy dan Windahl (1984) menyusun tipologi aktifitas audiens yang dibentuk melalui dua dimensi:

 Orientasi audiens: selektifitas; keterlibatan; kegunaan.

 Skedul aktifitas: sebelum; selama; sesudah terpaan.

Katz, Gurevitch, dan Haas (1973) dalam penelitian tentang penggunaan media, menemukan perbedaan anggota audiens berkenaan dengan basis gratifikasi yang dirasakan. Dipengaruhi beberapa faktor. Faktor tersebut


(26)

adalah struktur media dan teknologi; isi media; konsumsi media; aktifitas non media; dan persepsi terhadap gratifikasi yang diperoleh.

Garramore (1983) secara eksperimental menggali pengaruh ”rangkaian motivasi pada proses komersialisasi politik melalui TV. Ia menemukan bahwa anggota audience secara aktif memproses/mencerna isi media, dan pemrosesan ini dipengaruhi oleh motivasi.

4. Gratifikasi yang dicari dan yang diperoleh.

Pada awal sampai pertengahan 1970-an sejumlah ilmuwan media menekankan perlunya pemisahan antara motif konsumsi media atau pencarian gratifikasi (GS) dan pemerolehan gratifikasi (GO). Penelitian tentang hubungan antara GS dan GO, menghasilkan temuan sebagai berikut GS individual berkorelasi cukup kuat dengan GO terkait. Di lain pihak GS dapat dipisahkan secara empiris dengan GO, seperti pemisahan antara GS dengan GO secara konseptual, dengan alasan sebagai berikut:

 GS dan GO berpengaruh, tetapi yang satu bukan determinan bagi yang lain.

 Dimensi-dimensi GS dan GO ditemukan berbeda dalam beberapa studi.

 Tingkatan rata-rata GS seringkali berbeda dari tingkatan rata-rata GO.

 GS dan GO secara independen menyumbang perbedaan pengukuran konsumsi media dan efek.

Penelitian GS dan GO menemukan bahwa GS dan GO berhubungan dalam berbagai cara dengan variabel-variabel: terpaan; pemilihan program


(27)

dependensi media; kepercayaan; evaluasi terhadap ciri-ciri atau sifat-sifat media.

5. Gratifikasi dan konsumsi media.

Penelitian mengenai hubungan antata gratifikasi (GS-GO) dengan konsumsi media terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu:

 Studi tipologis mengenai gratifikasi media.

 Studi yang menggali hubungan empiris antara gratifikasi di satu sisi dengan pengukuran terpaan media atau pemilihan isi media di sisi lain.

Studi-studi menunjukkan bahwa gratifikasi berhubungan dengan pemilihan program. Becker dan Fruit memberi bukti bahwa anggota audiens membandingkan GO dari media yang berbeda berhubungan dengan konsumsi media. Studi konsumsi media menunjukkan terdapat korelasi rendah sampai sedang antara pengukuran gratifikasi dan indeks konsumsi.

6. Gratifikasi dan efek yang diperoleh.

Windahl (1981) penggagas model uses and effects, menunjukkan bahwa bermacam-macam gratifikasi audiens berhubungan dengan spectrum luas efek media yang meliputi pengetahuan, dependensi, sikap, persepsi mengenai realitas social, agenda setting, diskusi, dan berbagai efek politik. Blumer mengkritisi studi uses and effects sebagai kekurangan perspektif. Dalam usaha untuk menstimulasi suatu pendekatan yang lebih teoritis, Blumer menawarkan tiga hipotesis sebagai berikut:


(28)

 Motivasi pelepasan dan pelarian akan menghadiahi penemuan audiens terhadap persepsi mengenai situasi sosial.

 Motivasi identitas personal akan mendorong penguatan efek.

I.5.3 Motif Penggunaan Media

Motif berasal dari bahasa Latin, movere yang artinya bergerak atau to move. Motif berarti kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang mendorong untuk berbuat sesuatu/merupakan driving force (Bianca dalam Walgito,1997).

Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif tertentu. Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu (Ardianto, 2004:87).

Pada dasarnya “motif” dan ‘motivasi’ artinya hampir sama hanya berbeda pada penempatan kalimat saja. Menurut Kartini kartono motivasi adalah sebab, alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seorang untuk berbuat;atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia (Kartini, 2002:147). Dengan kata lain motivasi adalah dorongan terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu. Dorongan disini adalah desakan alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup. Dari definisi tersebut, motif jika dihubungan dengan konsumsi media berarti segala alasan dan pendorong dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang menggunakan media.

Dalam buku Psikologi Komunikasi karangan Jalaluddin Rakhmat disebutkan bahwa siaran yang menggabungkan unsur hiburan dengan informasi, dan bukan hanya ceramah yang membosankan telah berhasil memberikan efek


(29)

kepada khalayak seperti menanamkan pengetahuan, pengertian, keterampilan, kepercayaan atau informasi (Rakhmat, 2005: 219).

Motivasi setiap orang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan individu yang berbeda pula. Dalam penelitan ini kebutuhan yang dimaksudkan adalah kebutuhan afektif, karena kebutuhan ini berkaitan dengan usaha-usaha untuk menghibur diri khalayak. Hiburan yang dimaksud adalah suatu perasaan dimana si penonton merasa senang setelah menyaksikan tayangan film kartun Little Krishna di MNCTV. Hiburan adalah segala sesuatu – baik yang berbentuk kata‐ kata, tempat, benda, perilaku – yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang  susah atau sedih. Pada umumnya hiburan dapat berupa musik, film, opera, drama,  ataupun berupa permainan bahkan olahraga. Berwisata juga dapat dikatakan sebagai  upaya hiburan dengan menjelajahi alam ataupun mempelajari budaya. Mengisi kegiatan  di waktu senggang seperti membuat kerajinan, keterampilan, membaca juga dapat  dikatagorikan sebagai hiburan

Hibur adalah kata kata kerja aktif yang membutuhkan objek pelengkap, memang mempunyai asosiasi positif-namun jika objek merasa dirugikan maka nilai positif akan berganti dengan nilai negarif. Oleh karena itu suatu aksi dikatan hiburan jikalau objek dari penghibur merasa “diuntungkan”. Hal ini berkaitan dengan keadaan anak-anak yang dianggap paling aktif dan tertarik untuk mengikuti acara dengan kategori tayangan film kartun. Ada yang tertarik dengan isi cerita, gambar tayangan sampai kepada pesan moral yang disampaikan dalam film kartun Little Krishna.


(30)

I.5.4 Tayangan Film Animasi Kartun Little Krishna

Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari, film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas masyarakat. Film merupakan gambar yang bergerak (Moving Picture). Menurut Effendi (2003: 239) film diartikan sebagai hasil budaya dan alat ekspresi kesenian. Film sebagai komunikasi massa merupakan gabungan dari berbagai tekhnologi seperti fotografi dan rekaman suara, kesenian baik seni rupa dan seni teater sastra dan arsitektur serta seni musik.

Tumbuh dan berkembangnya film sangat bergantung pada tekhnologi dan paduan unsur seni sehingga menghasilkan film yang berkualitas (McQuail,2005: 110). Berdasarkan sifatnya film dapat dibagi atas:

1. Film cerita (Story film)

Film yang mengandung suatu cerita, yang lazim dipertunjukan di gedung – gedung bioskop yang dimainkan oleh para bintang sinetron yang tenar. Film jenis ini didistribusikan sebagai barang dagangan dan diperuntukan untuk semua publik.

2. Film berita (News film)

Adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar – benar terjadi, karena sifatnya berita maka film yang disajikan pada publik harus mengandung nilai berita (Newsvalue)

3. Film dokumenter

Film dokumenter pertama kali diciptakan oleh John Giersonyang mendefinisikan bahwa film dokumenter adalah “Karya cipta mengarah


(31)

kanyataan (Creative treatment of actuality) yang merupakan kenyataan–kenyatan yang menginterprestasikan kenyataan. Titik fokus dari film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi, bedanya dengan film berita adalah film berita harus mengenai sesuatu yang mempunyai nilai berita atau newsvalue.

4. Film kartun

Walt Disney adalah perusahaan kartun yang banyak menghasilkan berbagai macam film kartun yang terkenal sampai saat ini. Timbulnya gagasan membuat film kartun adalah dari seniman pelukis serta ditemukannya sinematografi telah menimbulkan gagasan untuk menghidupkan gambar–gambar yang mereka lukis dan lukisan itu menimbulkan hal–hal yang bersifat lucu.

Film animasi Little Krishna sedang banyak diminati akhir-akhir. Saat ini ditayangkan oleh sebuah stasiun televisi swasta Nasional meskipun dengan episode yang sangat terbatas. Little Krishna mengisahkan kehidupan masa kecil Krishna yang merupakan inkarnasi atau personalitas dari Tuhan Yang Maha Esa. Jadi dapat disimpulkan film ini masuk dalam kategori religius meskipun dikemas dalam nuansa menghibur. Unsur pendidikan agama, khususnya Hindu tersirat jelas di dalamnya. Film Little Krishna diwujudkan dalam bentuk animasi yang sangat menarik dengan gambar-gambar indah. Dilihat dari kemasannya, jelas terlihat film ini ditujukan untuk penonton anak-anak tentunya dengan maksud mengajarkan nilai-nilai kebajikan dan religisitas sedini mungkin. Namun benarkah film ini sesuai jika dimasukkan dalam kategori film anak-anak atau segala usia.


(32)

Ketika menyaksikan tayangan Film kartu Little Krishna ini, ada beberapa hal yang diperhatikan para penontonnya, yaitu:

- Waktu penayangan

Para penonton televisi, khususnya anak-anak tentu memiliki jam menonton yang terbatas. Oleh sebab itu, waktu penanyangan Film Little Krishna diatur oleh pihak MNCTV sesuai dengan jadwal jam istirahat anak-anak yang dimulai sejak pukul 18.00-17.00 WIB.

- Frekuensi penayangan

Film kartun Little Krishna memiliki frekuensi penayangan yang cukup sering di MNCTV, dikatakan sering karena selain diputar pada sore hari, terkadang juga diputar pada pagi hari pada saat liburan sekolah anak-anak sehingga frekuensi menonton pun semakin tinggi.

- Durasi penayangan

Setiap tayangan apapun memiliki durasi penayangan atau lamanya pemutaran tertentu, sama halnya seperti Film kartun Little Krishna. Film kartun ini hanya memiliki durasi pemutaran selama 30 menit yang diselingi dengan iklan komersial disepanjang acara.

- Isi cerita

Alur cerita dari sebuah film harus dapat menarik perhatian dari penontonnya. Begitu juga dengan tayangan film kartun Little Krishna yang mampu menarik perhatian para pemirsanya dengan alur cerita dari Krishna kecil yang selalu membuat ulah kenakalan namun berujung dengan ajaran moral yang dibuat seringan mungkin untuk dapat dimengerti oleh anak-anak.


(33)

- Tampilan gambar

Visualisasi atau tampilan gambar dari sebuah tayangan harus dibuat semenarik mungkin sehingga para penonton tertarik untuk menyaksikan tayangan tersebut. Tampilan gambar film kartun Little Krisha masuk pada kategori yang cukup baik, yaitu dari segi warna serta bentuk gambar. Efek yang digunakan dalam gerakan juga sudah cukup luwes yang makin menambah nilai lebih dari tayangan kartun ini.

I.6 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil yang dicapai dan dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 2001: 33).

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial.

Dengan demikian, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesa, yang sebenarnya merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(34)

a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas merupakan segala faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel berubah, sehingga akan muncul variabel terikat yang berbeda atau yang lain sama sekali tidak muncul (Nawawi, 2001: 57).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Tayangan Little Krishna di MNCTV.

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat merupakan sejumlah gejala ataupun faktor maupun unsur yang ada ataupun muncul, dipengaruhi, atau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 2001: 57).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan akan hiburan.

c. Karakteristik Responden

Adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 1991:58). Variabel antara berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan diantara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah anteseden/karakteristik responden.


(35)

I.7 Model Teoritis

Model teoritis yang sesuai dengan kerangka teori diatas adalah sebagai berikut:

Gambar I.1 Model Teoritis  

     

I.8 Variabel Operasional

Operasionalisasi adalah mengukur konsep yang abstrak menjadi konstruk yang dapat diamati dan diukur (Rakhmat, 2005:12).

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:

Variabel X

Tayangan Little Krishna

Variabel Y


(36)

Tabel I.1 Operasional Variabel

Variabel Penelitian Variabel Operasional Variabel X

Tayangan Little Krishna

1. Film 

 Kategori film   Kualitas film  2. Waktu penayangan 

 Kesesuaian waktu  penayangan   Kontinuitas waktu 

penayangan  3. Frekuensi tayangan 

 Tingkat menonton harian   Kontinuitas menonton 

tayangan  4. Durasi tayangan 

 Kecukupan durasi tayangan   Kesesuaian durasi tayangan   5. Isi cerita 

 Alur cerita 

 Pemahaman isi cerita  6. Tampilan gambar 

 Kualitas gambar   Efek animasi gambar  Variabel Y

Pemenuhan Kebutuhan akan hiburan (Personal Diversi)

1. Tujuan pemenuhan kebutuhan  hiburan 

 Pelepasan emosi   Pelepasan tekanan  2. Cara mendapatkan hiburan 

 Melalui penggunaan media   Alasan penggunaan media  3. Efek hiburan 

 Perasaan senang 

 Keinginan untuk kembali  menonton tayangan  Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin 2. Tingkat pendidikan 3. Usia 


(37)

I.9 Defenisi Operasional

Definisi operasional memberikan makna pada konstruk atau variabel dengan cara menetapkan akivitas-aktivitas operasi yang diperlukan untuk mengukurnya (Bulaeng, 2004: 60). Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama.

Variabel operasional yang meliputi variabel penelitiannya sebagai berikut: 1. Variabel X (Tayangan Little Krishna di MNCTV):

Tayangan Little Krishna adalah sebuah film kartun yang bertemakan cerita keagamaan Hindu yang ditayangkan di stasiun televisi swasta MNCTV.

a. Film adalah gambar yang bergerak dan yang membuatnya berbeda dengan foto.

 Kategori film adalah jenis dari gambar bergerak yang dibedakan berdasarkan tampilan dan isi cerita.

 Kualitas film adalah mutu dari sebuah tayangan yang berupa gambar bergerak yang terdapat di televisi.

b. Waktu penayangan adalah jam pemutaran tayangan Little Krishna ditayangkan di televisi swasta MNCTV.

 Kesesuain waktu penayangan adalah saat yang dirasa paling tepat untuk menayangkan tayangan film kartun Little Krishna di televisi swasta MNCTV.


(38)

 Kontinuitas waktu penayangan adalah pemutaran film kartun Little Krishna di televisi swasta MNCTV yang dilakukan secara terus menerus di jam tayang yang sama.

c. Frekuensi Tayangan adalah tingkat keseringan tayangan Little Krishna ditayangkan di televisi swasta MNCTV.

 Tingkat menonton harian adalah jumlah hitungan ketika seseorang menyaksikan tayangan di televisi selama satu harian.

 Kontinuitas menonton tayangan adalah rentang waktu yang terus menerus menyaksikan tayangan film kartun Little Krishna di televisi swasta MNCTV.

d. Durasi Tayangan adalah lamanya pemutaran tayangan Little Krishna ditayangkan di televisi swasta MNCTV.

 Kecukupan durasi tayangan adalah lamanya tayangan mampu memuaskan para penonton tayangan film kartun Little Krishna di televisi swasta MNCTV.

 Kesesuaian durasi tayangan adalah kecocokan antara rentang waktu pemutaran tayangan dengan alur cerita.

e. Isi cerita adalah alur kisah dari tayangan Little Krishna yang ditayangkan di televisi swasta MNCTV.

 Alur cerita adalah jalan kisah dari tayangan film kartun Little Krishna di televisi swasta MNCTV.

 Pemahaman isi cerita adalah tingkat pengertian terhadap tayangan film kartun Little Krishna di televisi swasta MNCTV.


(39)

f. Tampilan gambar adalah sisi grafis dari tayangan Little Krishna ditayangkan di televisi swasta MNCTV yang dilihat dari warna serta bentuk gambar.

 Kualitas gambar adalah mutu dari tampilan gambar pada tayangan film kartun Little Krishna di televisi swasta MNCTV.

 Efek animasi gambar adalah pengaruh potongan gambar cerita yang kelihatan tampak nyata pada tayangan film kartun Little Krishna di televisi swasta MNCTV.

2. Variabel Y (Pemenuhan Kebutuhan akan Hiburan/Personal Diversi): Personal diversi adalah kebutuhan pelepasan dari tekanan kebutuhan akan hiburan yaitu masyarakat Tamil India yang menonton tayangan Little Krishna di MNCTV merasa terhibur atas informasi yang diperolehnya.

a. Tujuan pemenuhan kebutuhan hiburan adalah alasan seseorang untuk melakukan aktivitas pencarian sesuatu hal yang berguna untuk menghibur diri.

 Pelepasan emosi adalah proses untuk membebaskan diri dari reaksi psikologis dan fisiologis.

 Pelepasan tekanan adalah proses untuk membebaskan diri sehingga perasaan menjadi lebih tenang.

b. Cara mendapatkan hiburan adalah bagaimana usaha yang dilakukan untuk dapat menyenangkan diri.

 Melalui penggunaan media adalah usaha yang dilakukan untuk dapat menyenangkan diri dengan cara pemilihan saluran media yang disukai.


(40)

 Alasan penggunaan media adalah hiburan motif seseorang ketika memilih media tersebut untuk berbagai unsur pemenuhan kebutuhan seperti hiburan, informasi dan lainnya.

c. Efek hiburan adalah dampak yang menyenangkan yang dirasakan oleh khalayak setelah mengakses media yang mereka pilih.  Perasaan senang adalah unsur psikologis pada diri seorang manusia

yang membuat drinya merasa gembira.

 Keinginan untuk kembali menonton tayangan adalah sebuah motivasi untuk melakukan pengulangan menyaksikan tayangan yang telah mereka konsumsi sebelumnya.

3. Karakteristik responden:

Karakteristik responden adalah yang terdiri dari beberapa data demografis a. Jenis kelamin adalah dilihat dari jenis kelamin responden, apakah

laki-laki atau perempuan.

b. Tingkat pendidikan adalah jenjang sekolah dari responden yang terdiri dari Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

c. Usia adalah umur dari responden yang akan diteliti.

I.10 Hipotesis

Secara etimologis hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu hypo dan thesis.

Hypo berarti kurang dan thesis berarti pendapat. Jadi, hipotesis merupakan

kesimpulan yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan (Bungin, 2001: 90).


(41)

Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara mengenai sesuatu, yang keandalannya biasanya tidak diketahui. Dengan hipotesis, penelitian menjadi tidak mengambang, karena dibimbing oleh hipotesis tersebut.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak terdapat hubungan antara tayangan Little Krishna di MNCTV terhadap pemenuhan kebutuhan akan hiburan di kalangan masyarakat Tamil India di Kampung Madras, Kota Medan.

Ha : Terdapat hubungan antara tayangan Little Krishna di MNCTV terhadap pemenuhan kebutuhan akan hiburan di kalangan masyarakat Tamil India di Kampung Madras, Kota Medan.


(42)

 

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Televisi Sebagai Media Massa II.1.1 Sejarah Televisi

Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, menemukan sistem penyaluran sinyal gambar, untuk mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat lain. Sistem ini dianggap praktis, sehingga diadakan percobaan pemancaran serta penerimaan sinyal televisi tersebut. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884. Akhirnya Nipkov diakui sebagai ‘Bapak’ televisi.

Televisi sudah mulai dapat dinikmati oleh publik Amerika Serikat pada tahun 1939, yaitu ketika berlangsungnya World’s Fair di New York Amerika serikat, tetapi Perang Dunia II telah menyebabkan kegiatan dalam bidang televisi itu terhenti. Baru setelah itu, tahun 1946 kegiatan dalam bidang televisi dimulai lagi. Pada waktu itu di seluruh Amerika Serikat hanya terdapat beberapa buah pemancar saja, tetapi kemudian teknologi berkembang dengan pesat, jumlah pemancar TV meningkat dengan hebatnya. Tahun 1948 merupakan tahun penting dalam dunia pertelevisian karena pada tahun tersebut ada perubahan dari televisi eksperimen ke televisi komersial di Amerika.

Seperti halnya dengan media massa lain, televisi pun tidak dapat dimonopoli oleh Amerika Serikat saja. Sewaktu Amerika giat mengembangkan


(43)

media massa itu, negara-negara Eropa lain pun tidak mau ketinggalan. Perkembangan televisi sangat cepat sehingga dari waktu ke waktu media ini memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari.

Menurut Skormis (Kuswandi, 1996 : 8) dalam bukunya “Television and Society : An Incuest and Agenda “, dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya). Televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat informatif, hiburan, dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Informasi yang disampaikan oleh televisi, akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.

II.1.2 Perkembangan Televisi di Indonesia

Bersamaan dengan kemajuan media cetak, muncul media lain sebagai sumber informasi bagi khalayak yaitu media elektronik mulai dari TV berwarna hingga teknologi internet. Seperti surat kabar, saat ini hampir setiap orang memiliki televisi di tempat tinggalnya. Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi (http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi/akses terakhir 2 April 2011).

Televisi untuk umum menyiarkan programnya secara universal, tetapi fungsi utamanya tetap hiburan. Kalaupun ada program-program yang


(44)

mengandung segi informasi dan pendidikan, hanya sebagai pelengkap saja dalam rangka memenuhi kebutuhan alamiah manusia (Effendi, 2004 : 55).

Inovasi terpenting yang terdapat pada televisi ialah kemampuan menyajikan komentar atau pengamatan langsung saat suatu kejadian berlangsung. Namun demikian banyak peristiwa yang perlu diketahui publik telah direncanakan sebelumnya, maka penambahan kadar aktualitas juga terbatas (McQuail, 1996: 16).

Media televisi di Indonesia bukan lagi sebagai barang mewah. Kini media layar kaca tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat untuk mendapatkan informasi. Dengan kata lain, informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri

Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan status sampai sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya.

TVRI yang berada di bawah Departemen Penerangan, kini siarannya sudah dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan dari stasiun TV lainnya, yakni (RCTI) Rajawali Citra Televisi Indonesia yang bersifat komersial. Kemudian secara berturut-turut berdiri stasiun televisi (SCTV) Surya Citra Televisi Indonesia, (TPI) Televisi Pendidikan Indonesia dan (ANTEVE) Andalas Televisi (Ardianto, 2004 : 127).


(45)

Dengan kehadiran RCTI, SCTV, dan TPI maka dunia pertelevisian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya maupun waktu penayangannya. Untuk lebih meningkatkan mutu siarannya pada pertengahan tahun 1993, RCTI telah mengudara secara nasional dan membangun beberapa stasiun transmisi di berbagai kota besar di Indonesia , seperti : Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Batam, dan daerah-daerah lain. Kemudian stasiun-stasiun televisi swasta bertambah lagi dengan kehadiran Indosiar, Trans TV, Trans 7, Global TV, Metro TV, dan TV One.

II.1.3 Daya Tarik Televisi

Televisi mempunyai daya tarik yang kuat. Jika radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur kata-kata, musik dan sound effect, maka TV selain ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa gambar. Dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan mendalam pada pemirsa. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman. Selain itu, TV juga dapat menyajikan berbagai program lainnya yang cukup variatif dan menarik untuk dinikmati masyarakat (Effendy, 2004 : 177).

II.1.4 Program Televisi

Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Prof. Dr. R. Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh


(46)

psikologis dari televisi itu sendiri, di mana televisi seakan-akan menghipnotis pemirsa, sehingga mereka telah hanyut dalam keterlibatan akan kisah atau peristiwa yang disajikan oleh televisi (Effendy, 2004 : 122).

Menurut Frank Jefkins (Jefkins, 2003 : 105), televisi memiliki sejumlah karakteristik khusus dan program acara, yaitu :

1. Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan warna.

2. Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama.

3. Karena menghandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang tampak haruslah dibuat semenarik mungkin.

Sedangkan program acara televisi, terdiri dari :

1. Buletin berita nasional, seperti : siaran berita atau bulletin berita regional yang dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal.

2. Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai masalah aktual secara lebih mendalam.

3. Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam atau di luar ruangan, yang disiarkan langsung atau tidak langsung dari dalam negeri atau luar negeri.

4. Program acara mengenai topik khusus yang bersifat informatif, seperti : acara memasak, berkebun, dan acara kuis.

5. Acara drama, terdiri dari : sinetron, sandiwara, komedi, film, dan lain sebagainya.

6. Acara musik, seperti konser musik pop, rock, dangdut, klasik, dan lain sebagainya.


(47)

7. Acara bagi anak-anak, seperti : film kartun.

8. Acara keagamaan, seperti : siraman rohani, acara ramadhan, acara natal, dan lain sebagainya.

9. Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan pendidikan. 10. Acara bincang-bincang atau sering disebut talkshow.

II.1.5 Acara Televisi

Acara televisi atau program televisi merupakan acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi. Secara garis besar, Program TV dibagi menjadi program berita dan program non-berita. Jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan format teknis atau berdasarkan isi. Format teknis merupakan format-format umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti talk show, dokumenter, film, kuis, musik, instruksional dan lainnya. Berdasarkan isi, program televisi berbentuk berita dapat dibedakan antara lain berupa program hiburan, drama, olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara garis besar dikategorikan ke dalam "hard news" atau berita-berita mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi dan "soft news" yang mengangkat berita bersifat ringan. Dalam hal ini, program yang dibahas adalah tentang program hiburan yang mengusung tentang acara kartun yang isinya berkaitan dengan pengetahuan agama Hindu yaitu Film kartun Little Khrisna di MNCTV.


(48)

II.1.6 Dampak Acara Televisi

Media televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara strategis. Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam.

Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak. Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa :

1. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa.

2. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi.

3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari (Kuswandi, 1996:99).


(49)

II.2 Model Uses and Gratification

Salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan sering digunakan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah Uses and Gratifications. Model Uses and Gratifications untuk pertama kali dijelaskan oleh Elihu Katz (1959) dalam suatu artikel sebagai reaksinya terhadap pernyataan Bernard Berelson (1959) bahwa penelitian komunikasi tampaknya akan mati. Katz menegaskan bahwa bidang kajian yang sedang sekarat itu adalah studi komunikasi massa sebagai persuasi. Dia menunjukkan bahwa kebanyakan penelitian komunikasi sampai waktu itu diarahkan kepada penyelidikan efek kampanye persuasi pada khalayak. Katz mengatakan bahwa penelitiannya diarahkan kepada jawaban terhadap pertanyaan Apa yang dilakukan media untuk khalayak (What do the media do to people?). Model uses and gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak (Effendy, 2003:289).

Model ini digambarkan sebagai a dramatic break with effects tradition of the past (Swanson, 1979), yaitu suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap khalayaknya tetapi lebih tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sini timbul istilah uses and gratifications, penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. Dalam asumsi ini tersirat pengertian bahwa komunikasi massa berguna (utility); bahwa komunikasi media diarahkan oleh motif (intentionality); bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivty); dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu (stubborn).


(50)

Karena penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi.

Konsep dasar model ini diringkas oleh para pendirinya Katz, Blumer, dan Gurevitch. Dengan model ini yang diteliti ialah (1) sumber sosial dan psikologis dari (2) kebutuhan, yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa atau sumber-sumber yang lain, yang menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media (atau keterlibatan dalam media lain), dan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) akibat-akibat lain, bahkan sering kali akibat-akibat yang tidak dikehendaki.

Model uses and gratificatons dapat dilukiskan seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

Gambar II.1

Model “Uses and Gratifications”

Anteseden Motif Penggunaan Media Efek

-Variabel individual -variabel lingkungan

-Personal -Diversi -Personal identity

- Hubungan - Macam isi -Hubungan dengan isi

-Kepuasan -Pengetahuan


(51)

Anteseden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografis seperti usia, jenis kelamin dan faktor-faktor psikologis komunikan, serta variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial, dan struktur sosial. Motif dapat dioperasionalkan dengan berbagai cara: unfungsional (hasrat melarikan diri, kontak sosial, atau bermain), bifungsional (informasi-edukasi, fantasistescapist, atau gratifikasi segera-tertangguhkan), empat fungsional (diversi, hubungan personal, identitas personal dan surveillance; atau surveillance(bentuk-bentuk pencarian informasi), korelasi, hiburan, transmisi budaya) dan multifungsional.

Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. Efek media dapat dioperasionalkan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan, sebagai depedensi media, dan sebagai pengetahuan (Rakhmat, 2004:65).

Banyak orang membaca karena merasa bahwa hal itu berterima secara sosial, dan sebagian orang merasa bahwa surat kabar merupakan hal yang tak tergantikan dalam mencari informasi mengenai berbagai persoalan yang ada didunia. Namun demikian, banyak juga yang mencari pelarian, relaksasi hiburan, dan prestise sosial. Orang-orang ini mengerti bahwa kesadaran akan persoalan-persoalan umum sangat berharga dalam percakapan. Sebagaian yang lain mencari bantuan untuk kehidupan sehari-hari mereka dengan membaca materi berkenaan dengan mode, resep makanan, ramalan cuaca maupun informasi bermanfaat lainnya.


(52)

Apa yang mendorong kita untuk menggunakan media? Mengapa kita senang acara X dan membeci acara Y? Bila anda kesepian mengapa anda lebih senang mendengarkan musik klasik dalam radio daripada membaca novel? Apakah media massa berhasil memenuhi kebutuhan kita? Inilah di antara sekian banyak pertanyaan yang berkenaan dengan uses and Gratification. Teori ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Teori menekankan bahwa khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atau kebutuhan seseorang.

Katz, Blumer & Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori uses and gratifications, (Ardianto, 2004:70). yaitu :

1. Khalayak dianggapa aktif, artinya khalayak sebagai bagian penting dari penggunaan media masa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.

4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak. Artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.


(53)

Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khlayak.

Dalam literatur tentang manfaat dan gratifikasi ada beberapa cara mengklasifikasikan kebutuhan dan gratifikasi audien. Sebagian mengatakan soal gratifikasi langsung dan gratifikasi terabai (Schramm, Lyle, dan Parker, 1961). Peneliti lain menyebutkan sebagai informatif-mendidik dan khayali-pelarian – hiburan.

McQuail, Blumler, dan Brown (1972), berdasarkan penelitian mereka di Inggris, mengusulkan kategori-kategori berikut :

1. Pengalihan – pelarian dari rutinitas dan masalah; pelepasan emosi.

2. Hubungan Personal – manfaat sosial informasi dalam percakapan;

pengganti media untuk kepentingan perkawanan.

3. Identitas Pribadi atau psikologi individu – penguatan nilai atau penambah keyakinan; pemahaman –diri; eksplorasi realitas; dan sebagainya.

4. Pengawasan – informasi mengenai hal-hal yang mungkin memengaruhi

seseorang atau akan membantu seseorang melakukan atau menuntaskan sesuatu (Saverin, 2007:356).

Teori uses and gratifications dimulai di lingkungan sosial, dimana yang dilihat adalah kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut:

1. Cognitive needs (Kebutuhan Kognitif)

Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini


(54)

didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan.

2. Affective needs (Kebutuhan Afektif)

Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.

3. Personal intergrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif)

Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri.

4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif)

Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.

5. Escapist needs (kebutuhan Pelepasan)

Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan dan kebutuhan akan hiburan (Effendy, 2003:294).


(55)

Teori Uses and Gratifications beroperasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan dibawah ini (Nurudin, 2004:183):

Gambar II.2

Operasionalisasi Teori Uses and Gratifications

II.2.1 Kritik Teori Manfaat dan Gratifikasi

Pendekatan manfaat dan gratifikasi telah memicu sejumlah kritik, terutama karena tidak bersifat teoritis, karena masih kabur dalam mendefinisikan konsep-konsep utama (misalnya, ”kebutuhan”), dan karena pada dasarnya tak lebih dari sebuah strategi pengumpulan data.

Salah satu kritik pendekatan manfaat dan gratifikasi adalah bahwa pendekatan ini terlalu sempit fokusnya, yaitu pada individu (Elliot, 1974). Pendekatan ini bersandar pada konsep-konsep psikologis seperti kebutuhan, dan

Lingkungan Sosial

- ciri – ciri demografis - keanggotaan

dalam kelompok - ciri – ciri 

kepribadian Kebutuhan - kognitif - afektif -integrasi sosial -integrasi  personal  - escapism

Sumber non media -keluarga dan

teman

-hubungan inter personal

- hobi - istirahat dll Sumber Media - jenis media - isi media - terpaan media - konteks sosial

terhadap terpaan media Fungsi Media - pengawasan - hiburan - identitas diri - integrasi diri


(56)

mengabaikan struktur sosial maupun tempat media itu berada dalam struktur tersebut. Salah satu jawaban atas kritik ini datang dari Robin dan Windahl (1986), yang telah mengusulkan suatu sintesis antara pendekatan manfaat dan gratifikasi dengan teori ketergantungan (Ball-Rokeach dan DeFleur, 1976). Model manfaat dan ketergantungan mereka (Rubin dan Windahl) menempatkan individu di dalam sistem-sistem kemasyarakatan yang membantu membentuk kebutuhan-kebutuhan mereka.

Perspektif pendekatan manfaat dan gratifikasi juga dikritik oleh para penulis yang memiliki perhatian pada persoalan hegemoni media. Mereka mengatakan bahwa terlalu jauh kiranya jika dikatakan bahwa orang bebas memilih agenda media maupun interpretasi-interpretasi sesuai kehendak mereka (White, 1994). Menurut penulis itu, pesan-pesan media massa cenderung memperkuat pandangan kebudayaan yang dominan, dan audien merasa sukar untuk mengelak (Saverin, 2007:358).

II.2.2 Perkembangan Terkini dalam Penelitian Manfaat dan Gratifikasi Kadang-kadang para pengguna media bersikap selektif dan rasional dalam memproses pesan-pesan media, namun pada saat yang lain mereka memanfaatkan media untuk bersantai atau sebagai tempat pelarian. Perbedaan jenis maupun tingkat aktivitas audien mungkin juga merupakan akibat dari efek-efek media.

Arah baru lainnya difokuskan pada manfaat media untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Misalkan saja, salah satu kemungkinan manfaat media adalah untuk mengatasi rasa kesepian. Canary dan Spitzberg (1993) menemukan bukti yang mendukung manfaat ini, namun kaitannya tergantung pada kadar kesepiannya. Mereka menemukan bahwa manfaat media yang paling


(57)

besar dalam mengatasi kesepian adalah dalam kondisi sepi secara situasional, atau mereka yang kesepian untuk sementara waktu. Mereka menemukan manfaat media yang tidak begitu besar untuk mengatasi kesepian pada kondisi sepi secara kronis, atau mereka yang merasa kesepian dalam jangka waktu bertahun-tahun. Penjelasan atas temuan ini agaknya adalah bahwa mereka yang sepi secara kronis merekatkan sifat-sifat kesepian mereka pada faktor-faktor internal dan dengan tidak meyakini bahwa komunikasi itu dengan sendirinya akan menjadi pelepasan (Saverin, 2007:363).

II.3 Motif Penggunaan Media

Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif tertentu. Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Perbuatan dan tingkah laku manusia tentu sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.

Dari definisi tersebut, motif jika dihubungkan dengan konsumsi media berarti segala alasan dan pendorong dalam diri manusia yang menyebabkan orang menggunakan media dan tujuannya menggunakan media tersebut. Seleksi terhadap media yang dilakukan oleh khalayak disesuaikan dengan kebutuhan dan motif. Seleksi media ini berlaku untuk semua jenis media baik media cetak ataupun elektronik.

Keinginan dan kebutuhan masing-masing individu berbeda dari waktu kewaktu dan dari tempat ke tempat, sehingga motif juga berbeda-beda. Motif seseorang bisa bersifat tunggal, bisa juga bergabung. Misalnya motif seseorang menonton tayangan Little Khrisna adalah untuk menghibur diri (motif tunggal),


(58)

namun dapat juga sekaligus sebagai pengisi waktu luang (motif bergabung). Melihat berbagai motif yang berbeda antara orang perorang, maka intensitas tanggapan seseorang terhadap pesan komunikasi pun berbeda sesuai dengan jenis motifnya.

Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tak sesuai dengan motivasinya (Ardianto, 2004:87).

Motif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) motif biogenetis, yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya, misalnya lapar, haus, istirahat. (2) motif sosiogenetis, yaitu motif-motif yang berkembang berasala dari lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut berada. Motif ini tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan setempat. Misalnya, keinginan menonton tayangan film kartun. (3) motif teologis, dalam motif ini manusia adalah sebagai makhluk yang berketuhanan, sehingga ada interaksi antara manusia dengan Tuhan-Nya, seperti ibadahnya dalam kehidupan sehari-hari (Uno, 2007:3).

Berkaitan dengan pengertian motivasi, beberapa psikolog menyebut motivasi sebagai konstruk hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan keinginan, arah, intensitas, dan keajegan perilaku yang diarahkan oleh tujuan. Dalam motivasi tercakup konsep-konsep, seperti kebutuhan untuk berpretasi, kebutuhan berafiliasi, kebiasaan dan keingintahuan seseorang terhadap sesuatu.

Dari segi taksonomi, motivasi berasal dari kata “movere” dalam bahasa Latin, yang artinya bergerak. Berbagai hal yang biasanya terkandung dalam


(59)

berbagai definisi tentang motivasi antara lain adalah keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dorongan dan insentif. Dengan demikian suatu motif adalah keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan dan motif itulah yang mengerahkan dan menyalurkan perilaku, sikap dan tindak tanduk seseorang yang selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan, baik tujuan organisasi maupun tujuan pribadi masing-masing anggota organisasi yang bersangkutan.

Dapat dikatakan bahwa motivasi didefinisikan, terdapat tiga komponen utamanya yaitu: kebutuhan, yang merupakan segi pertama dari motivasi, timbul dalam diri seseorang apabila ia merasa adanya kekurangan dalam dirinya.

Dorongan, merupakan usaha pemenuhan kekurangan secara terarah. Dorongan

sebagai segi kedua motivasi, berorientasi pada tindakan tertentu yang secara sadar dilakukan oleh seseorang. Segi ketiga motivasi adalah tujuan. Tujuan adalah segala sesuatu yang menghilangkan kebutuhan dan mengurangi dorongan. Tercapainya tujuan akan mengurangi atau bahkan menghilangkan dorongan tertentu untuk berbuat sesuatu (Siagian, 1995:142).

Ada berbagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media massa, dan pada saat yang sama kebutuhan ini juga dapat dipuaskan oleh sumber – sumber lain selain media massa. Contohnya jika kita menginginkan kesenangan media massa akan memberi hiburan, kita mengalami goncangan batin media massa memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan, kita kesepian media massa berfungsi sebagai sahabat. Tentu saja, hiburan, ketenangan dan persahabatan dapat juga diperoleh dari sumber-sumber lain seperti kawan, hobi, atau tempat ibadat. Namun ada juga yang beranggapan bahwa media massa hanya memenuhi


(1)

1. Tidak setuju 2. Kurang setuju

3. Setuju 25

4. Sangat setuju

Kualitas gambar

24. Bagaimana pendapat anda mengenai kualitas gambar dari dari film kartun Little Krishna?

1. Tidak baik 2. Kurang baik

3. Baik 26

4. Sangat baik

25. Apakah gambar yang ditampilkan sudah sesuai dengan isi cerita? 1. Tidak sesuai

2. Kurang sesuai

3. Sesuai 27

4. Sangat sesuai

Efek animasi gambar

26. Bagaimana pendapat anda mengenai efek animasi gambar dari film kartun Little Krishna?

No Efek animasi Tidak bagus

Kurang bagus

Bagus Sangat bagus a Gerakan/motion

b Perpaduan warna c Efek animasi

modern

d Gambar tampak nyata

27. Apakah anda tertarik dengan efek animasi gambar dari dari film kartun Little Krishna?


(2)

tertarik tertarik tertarik a Gerakan/motion

b Perpaduan warna c Efek animasi

modern

d Gambar tampak nyata

C. PEMENUHAN KEBUTUHAN AKAN HIBURAN

Pelepasan emosi

28. Apakah anda pernah mengalami gangguan emosional seperti marah dan kesal?

1. Tidak pernah 2. Jarang

3. Sering 36

4. Selalu

29. Apakah tayangan film kartun Little Krishna mampu melepaskan anda dari beban emosi seperti marah dan kesal?

1. Tidak mampu 2. Kurang mampu

3. Mampu 37

4. Sangat mampu

Berikan alasan anda: ___________________________________

Pelepasan tekanan

30. Apakah anda pernah mengalami tekanan dari lingkungan ataupun keluarga?

1. Tidak pernah 2. Jarang


(3)

4. Selalu

31. Apakah tayangan film kartun Little Krishna mampu melepaskan anda dari tekanan lingkungan ataupun keluarga?

1. Tidak mampu 2. Kurang mampu

3. Mampu 39

4. Sangat mampu

Berikan alasan anda: ____________________________________

Melalui penggunaan media

32. Sebutkan media yang paling sering anda gunakan untuk menghibur diri anda:

No Media Tidak

pernah

Jarang Sering Selalu

a Televisi b Radio c Internet

d Komik/majalah

33. Bagaimana intensitas anda dalam menggunakan media tersebut? 1. Jarang (kurang dari 3 kali seminggu)

2. Kadang-kadang (3 kali seminggu)

3. Sering (lebih dari 3 kali seminggu) 44 4. Selalu (setiap hari)


(4)

34. Apakah anda setuju bahwa alasan anda memilih media tersebut sebagai media hiburan dikarenakan cara mengaksesnya yang cukup mudah?

1. Tidak setuju 2. Kurang setuju

3. Setuju 45

4. Sangat setuju

35. Apakah media yang anda pilih tersebut mampu menghibur anda secara maksimal?

1. Tidak mampu 2. Kurang mampu

3. Mampu 46

4. Sangat mampu

Perasaan senang

36. Apakah anda merasa senang setelah menonton tayangan film kartun Little Krishna di MNCTV?

1. Tidak senang 2. Kurang senang

3. Senang 47

4. Sangat senang

37. Seberapa sering anda merasa senang setelah menonton tayangan film kartun Little Krishna di MNCTV ?

1. Jarang

2. Kadang-kadang

3. Sering 48

4. Selalu

Keinginan untuk kembali menonton tayangan

38. Apakah anda setuju dengan pernyataan bahwa anda kembali

menonton tayangan film kartun Little Krishna di MNCTV karena anda merasa terhibur setelah menonton tayangan tersebut?

1. Tidak setuju 2. Kurang setuju

3. Setuju 49

4. Sangat setuju

Berikan alasan anda: ________________________________

39. Seberapa besarkah keinginan anda untuk kembali menonton film kartun Little Krishna di MNCTV ?


(5)

1. Tidak besar 2. Cukup besar

3. Besar 50

4. Sangat besar

40. Berikan kritik dan saran anda terhadap film kartun Little Krishna di MNCTV:


(6)

 

DATA PRIBADI

Nama : Ade Ardianta Harahap

Tempat/tanggal lahir : Pangkalan Berandan, 07 Maret 1986

Alamat : Jalan Kambitin PB 461 Puraka II Pangkalan Berandan

Agama : Islam

Golongan darah : B

Telepon : 08116022852

Email : ardi_ajja@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

SD 2 Dharma Patra UP-I Pkl. Brandan (1992-1998) SLTP Dharma Patra UP-I Pkl. Brandan (1998-2001) SMA Dharma Patra UP-I Pkl. Brandan (2001-2004) Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi (2006-2011)

Keluarga

Nama ayah : Marasuddin Harahap Nama Ibu : Marlia Rangkuti

Nama saudara kandung : Ema Mardiani Harahap, Amd. Edwin Gunawan Harahap


Dokumen yang terkait

Situs “Www.Baidu.Com” Dan Kepuasan Akan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Dalam Bahasa Mandarin (Studi Korelasional tentang Pengaruh situs “www.baidu.com” terhadap Kepuasan akan Pemenuhan Kebutuhan Informasi dalam Bahasa Mandarin di Kalangan Mahasiswa Sastra

0 32 115

Blackberry Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi (Studi Korelasional Pengaruh Blackberry Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi di Kalangan Siswa SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan)

1 46 100

Acara Di Televisi Dan Pemenuhan Hiburan Di Masyarakat (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Acara Akhirnya Datang Juga di Trans TV Terhadap Upaya Pemenuhan Hiburan di Masyarakat Desa Manunggal Kecamatan Labuhan Deli Medan)

1 34 108

Penggunaan Internet Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penggunaan Fasilitas Internet Di Perpustakaan USU Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Di Kalangan Mahasiswa FISIP USU Medan.

5 39 129

Program “Asal Usul” Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Akan Mitos (Studi Korelasional Tentang Program “Asal Usul” di Trans7 dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Akan Mitos di Kalangan Masyarakat Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Polonia Kota Medan)

1 23 156

Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Musik Dahsyat Di Rcti Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional Tentang Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Musik Dahsyat di RCTI dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya Di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu

3 55 106

Tayangan Sinetron India terhadap Pemenuhan Kebutuhan Hiburan ( Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Serial Sinetron India di ANTV terhadap Pemenuhan Kebutuhan Hiburan pada Ibu Rumah Tangga di Graha, Dusun V, Tanjung Anom )

7 70 131

HUBUNGAN ANTARA MOTIF MENDENGARKAN SIARA RADIO DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKAN INFORMASI DAN HIBURAN.

0 0 2

Situs “Www.Baidu.Com” Dan Kepuasan Akan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Dalam Bahasa Mandarin (Studi Korelasional tentang Pengaruh situs “www.baidu.com” terhadap Kepuasan akan Pemenuhan Kebutuhan Informasi dalam Bahasa Mandarin di Kalangan Mahasiswa Sastra

0 0 17

Situs “Www.Baidu.Com” Dan Kepuasan Akan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Dalam Bahasa Mandarin (Studi Korelasional tentang Pengaruh situs “www.baidu.com” terhadap Kepuasan akan Pemenuhan Kebutuhan Informasi dalam Bahasa Mandarin di Kalangan Mahasiswa Sastra

0 1 12