commit to user 52
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Dalam deskripsi data ini akan dijelaskan mengenai populasi data, jumlah sampel, dan persentase masing-masing sampel yang digunakan dan
analisis deskriptif dari data yang telah diperoleh.
1. Seleksi Sampel
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPD tahun 2006–2008 di Indonesia.
Data Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPD tahun 2006-2008 tersebut diperoleh dari pengajuan data ke kantor BPK RI Pusat di
Jakarta. Hasil dari pengajuan data ini, pihak BPK RI hanya menyanggupi memberikan LKPD dalam format digital yang ada di
dalam database kantor humas, sehingga data yang kami peroleh sejumlah 206 LKPD auditan BPK.
Total populasi adalah 465 kabupatenkota di bawah 33 propinsi Data BPK RI, 2008. Berdasarkan teknik pengambilan sampel dalam
BAB III, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 68. Adapun rinciannya dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini:
commit to user 53
Tabel 4.1 Proses Pemilihan Daerah Penelitian
Kriteria Jumlah
Pemerintah daerah kabupaten dan kota di Indonesia yang telah menerbitkan LKPD tahun 2006 hingga 2008
Data Pemerintah daerah kabupaten dan kota di Indonesia yang telah menerbitkan LKPD namun tidak dapat diperoleh
dari BPK RI dengan alasan tidak memenuhi kriteria time series
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang telah di audit BPK RI selama tahun 2006-2008 dengan opini disclaimer
atau adverse 465
259
138
Jumlah Kabupaten dan Kota sebagai daerah penelitian 68
Sumber : Hasil Pengolahan Data BPK RI
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah pemerintah daerah kabupaten dan kota di Indonesia yang telah menerbitkan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah LKPD selama tahun 2006 hingga tahun 2008 berjumlah 465 kabupaten dan kota dari 33 propinsi. Selama
periode pengamatan yaitu dari tahun 2006 hingga 2008, data yang dapat diperoleh untuk diteliti dari BPK RI Pusat hanya sejumlah 206 Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah LKPD. Dari 206 data LKPD yang telah di audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK hanya terdapat 68
kabupatenkota yang memenuhi kriteria pengambilan sampel oleh penulis, yaitu LKPD yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian
atau wajar dengan pengecualian selama tiga tahun yaitu 2006-2008.
commit to user 54
Oleh karena data yang dianalisis meliputi 68 pemerintah daerah kabupaten dan kota yang memenuhi kriteria pengambilan daerah
penelitian, yang mencakup periode pengamatan dalam penelitian ini dari tahun 2006 hingga 2008 3 periode, maka data analisis dalam penelitian
ini menggunakan pooled data. Pooled data atau data panel adalah gabungan antara data cross sectional dengan data time series Jogiyanto,
2005. Dengan demikian observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 204 observasi 68 pemerintah kabupaten dan kota
selama 3 periode.
2.Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif memberikan gambaran umum mengenai data dan penyebaran data yang digunakan dalam penelitian ini. Penggambaran
data yang dimaksud meliputi nilai rata-rata mean, nilai tertinggi maximum, nilai terendah minimum serta nilai standar deviasi yang
menggambarkan penyebaran data penelitian ini. Dari hasil pengumpulan data sekunder mengenai inerja keuangan
KabupatenKota di Indonesia Tahun 2006-2008, maka statistik deskriptif yaitu minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi variabel
penelitian adalah sebagai berikut:
commit to user 55
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel
N Min
Max Mean
Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Pertumbuhan Ekonomi
204 2,02
10,14 5,64
0,1044584 1,492
Rasio Efektifitas 204
0,43 1,98
1,11 0,0195363
0,279 Rasio Efisiensi
204 0,52
1,40 0,95
0,0460680 0,658
Rasio Belanja Operasional 204
0,25 1,11
0,68 0,0083568
0,119 Rasio Belanja Modal
204 0,02
0,55 0,29
0,0079585 0,114
Rasio Kmandirian 204
0,02 3,36
0,17 0,0219295
0,313 Valid N listwise
204
Sumber : hasil pengolahan data dengan SPSS 16.0 for Windows
Berdasarkan Tabel 4.2, Pertumbuhan Ekonomi dan kota terpilih pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 memiliki nilai rata-rata
sebesar 5,6427 dengan nilai minimal sebesar 2,02 Kabupaten Bantul tahun 2006 dan nilai maximal sebesar 10,14 Kota Pekanbaru tahun
2006. Berdasarkan Tabel 4.2, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan
pemerintah daerah di Indonesia jika diukur dengan rasio efektifitas Pendapatan Asli Daerah PAD memiliki rata-rata sebesar 1,1095.
dengan nilai minimal sebesar 0,43 yang dimiliki oleh Kabupaten Bone pada tahun 2007 dan nilai maksimum 1,98 yang dimiliki oleh Kabupaten
Pelalawan 2006. Menurut Widodo 2001 dalam Halim 2002, kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif
apabila memiliki rasio sebesar 1 satu atau 100. Namun demikian semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan daerah
yang semakin baik.
commit to user 56
Dari hasil stastistik diatas secara keseluruhan kinerja pemerintah kabupatenkota yang ada di Indonesia telah efektif karena memiliki rasio
rata-rata lebih dari 1 satu. Hal ini menunjukkan pemerintah kabupatenkota telah berhasil mencapai pendapatan asli daerah yang
ditargetkan di dalam anggarannya. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kinerja keuangan
pemerintah di Indonesia jika diukur dengan rasio efisiensi memiliki daerah rata-rata sebesar 0,9511 dengan nilai minimal sebesar 0,52
Kabupaten Ende 2008 dan nilai maksimal 1,40 Kabupaten Gorontalo 2008. Nilai rata-rata sebesar 0,9511 berarti bahwa pemerintah daerah di
Indonesia tergolong memiliki kinerja yang kurang baik karena kurang efisien. Penelitian yang dilakukan Hamzah 2008 mengungkapkan
apabila pemerintah daerah yang memiliki persentase efisiensi sebesar 90-100 maka pemerintah daerah tersebut kuang efisien. Pemerintah
daerah dikatakan efisien jika memiliki persentase sebesar 60-70. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemerintah daerah di Indonesia
belum membelanjakan dana yang ada sesuai yang dianggarkan serta masih buruknya pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat.
Selain itu dalam pelaksanaan pekerjaan, pemerintah daerah Indonesia belum dapat mencapai hasil output dengan biaya input yang terendah
atau dengan biaya minimal diperoleh hasil yang diinginkan. Rasio keserasian belanja operasional dan rasio keserasian belanja
modal adalah rasio yang saling terkait satu sama lain. Rasio ini
commit to user 57
menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja operasional dan belanja modal secara optimal.
Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja operasional berarti persentase belanja modal yang digunakan untuk
menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung kecil Widodo, 2001 dalam Halim, 2002.
Beradasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kinerja keuangan pemerintah yang diukur melalui rasio keserasian belanja operasional
memiliki nilai rata-rata sebesar 0,6813 dengan nilai minimal sebesar 0,25 Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2007 dan nilai maksimal
sebesar 1,11 Kabupaten Ende tahun 2008, sedangkan rasio keserasian belanja modal memiliki nilai rata-rata sebesar 0,2877 dengan nilai
minimal sebesar 0,02 Kabupaten Lebak tahun 2006 dan nilai maksimum sebesar 0,55 Kabupaten Bangka Selatan tahun 2007. Dari
perhitungan rasio di atas terlihat bahwa sebagian besar dana yang dimiliki pemerintah daerah masih diprioritaskan untuk belanja
operasional pemerintah sehingga rasio belanja modal pemerintah terhadap APBD masih kecil.
Pemerintah seharusnya melakukan perbaikan pengalokasian dana untuk belanja modal selain belanja rutin akan ikut menopang perbaikan
kesejahteraan daerah. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi bersifat timbal balik, artinya apabila terdapat
commit to user 58
pertumbuhan ekonomi maka akan mempengaruhi pembangunan manusianya.
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia jika diukur dengan rasio kemandirian memiliki nilai
rata-rata sebesar 0,1682 dengan nilai minimal sebesar 0,02 Kabupaten Kaur tahun 2006 dan nilai maksimal sebesar 3,36 Kabupaten Bengkalis
tahun 2008. Nilai rata-rata sebesar 0,1682 menandakan bahwa secara keseluruhan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri
kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat masih tergolong rendah.
B. Pengujian Hipotesis