Pengaruh Rasio Kemandirian sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi

commit to user 34

C. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Rasio Kemandirian sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Kemandirian keuangan daerah otonomi fiskal menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana dari luar. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap pihak luar terutama pemerintah pusat dan propinsi semakin rendah dan demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian daerah maka pembangunan daerah akan semakin maju, sehingga pertumbuhan ekonomi pun dapat meningkat Halim, 2002. Dari uraian di atas, maka hipotesis pertama pada penelitian ini adalah: H 1 : rasio kemandirian daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. commit to user 35 2. Pengaruh Rasio Efektivitas PAD sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah Widodo, 2001 dalam Halim, 2002. Kemampuan daerah dalam menjalankan tugasnya dikatakan efektif apabila rasio yang dicapai sebesar 1 satu atau 100. Namun demikian semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. Semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah merealisasikan PAD yang dianggarkan, maka semakin meningkat pula pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. . Dari uraian di atas, maka hipotesis kedua pada penelitian ini adalah: H 2 : rasio efektivitas PAD berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. 3. Pengaruh Rasio Efisiensi Anggaran sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kinerja merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan, visi dan misi suatu organisasi Bastian, 2006. Pengukuran kinerja pemerintah daerah dapat diukur dengan menilai efisiensi atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. commit to user 36 Penilaian efisiensi sangat penting dilakukan karena akan berdampak pada standar hidup masyarakat. Semakin kecil rasio efisiensi maka kinerja pemerintah daerah semakin baik. Untuk itu pemerintah daerah perlu menghitung secara cermat berapa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan seluruh pendapatan yang diterimanya sehingga dapat diketahui apakah kegiatan pemungutan pendapatannya tersebut efisien atau tidak. Sehingga dapat dikatakan jika semakin kecil rasio efisensi, berarti menandakan bahwa pemerintah semakin cermat dalam mengeluarkan biaya untuk merealisasikan seluruh pendapatan. Semakin tinggi pendapatan yang berhasil direalisasikan tentunya semakin dapat memenuhi kebutuhan belanja pembangunan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Dari uraian di atas, maka hipotesis ketiga pada penelitian ini adalah: H 3 : rasio efisiensi anggaran berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. 4. Pengaruh Rasio Keserasian Belanja Operasional sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja operasional dan belanja modal secara optimal. Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan commit to user 37 untuk belanja operasional berarti belanja modal yang digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil. Sehingga rasio belanja operasional yang semakin tinggi akan berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Dari uraian di atas, maka hipotesis keempat pada penelitian ini adalah: H 4 : rasio keserasian belanja operasional berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. 5. Pengaruh Rasio Keserasian Belanja Modal sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Belanja modal dipergunakan untuk membiayai penambahan infrastruktur dan perbaikan infrastruktur yang ada atau sarana dan prasarana yang memadai. Pembangunan sarana dan prasarana oleh pemerintah daerah berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi Kuncoro, 2004. Penelitian yang dilakukan oleh Septiana 2007 melihat sampai sejauh mana kebijakan pemerintah daerah dalam mengalokasikan DAU yang diterima untuk kepentingan belanja modal dan bagaimana dampak alokasi belanja ini terhadap peningkatan kualitas pembangunan manusia. Berkaitan dengan hal itu, strategi alokasi belanja daerah memainkan peranan yang tidak kalah penting guna meningkatkan penerimaan daerah. Dalam upaya untuk meningkatkan kontribusi publik commit to user 38 terhadap penerimaan daerah, alokasi belanja modal hendaknya lebih ditingkatkan. Belanja Modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah diantaranya pembangunan dan perbaikan sektor pendidikan, kesehatan, transportasi, sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari pembangunan daerah. Dari uraian di atas, maka hipotesis kelima pada penelitian ini adalah: H 5 : rasio keserasian belanja modal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. commit to user 39

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis hypothesis testing yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti mengenai pengaruh kinerja keuangan pemerintah daerah yang diukur dengan rasio kemandirian, rasio efektivitas PAD, rasio efisiensi anggaran, rasio keserasian belanja operasional, dan rasio keserasian belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Menurut Sekaran 2006, pengujian hipotesis harus dapat menjelaskan sifat dari hubungan tertentu, memahami perbedaan antar kelompok atau independensi dua variable atau lebih.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik

Sampling Populasi adalah total kumpulan elemen atau unsur yang kita harapkan untuk membuat kesimpulan Cooper, 2009. Populasi adalah keseluruhan orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi Sekaran, 2000. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objeksubjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipalajari lalu ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah Pemerintah Daerah kabupatenkota di Indonesia pada tahun 2006– 2008. Total populasi adalah 465 kabupatenkota di bawah 33 propinsi.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Undang-Undang Otonomi Daerah Terhdap Kekuasaan Kepala Daerah (Studi Kasus: Deskripsi Pelaksanaan Otonomi Daerah dan Kekuasaan Kepala Daerah di Kabupaten Tapanuli Tengah)

1 55 69

Pengawasan Keuangan Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

3 97 90

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah.

1 81 92

Pengaruh Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah Pelaksanaan Otonomi Daerah (Di Sekretariat Daerah Kabupaten Nias)

0 60 139

ANALISIS KESEHATAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

1 44 126

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN TEGAL DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH Analisi Kinerja Keuangan Kabupaten Tegal dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah.

0 0 14

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOGIRI DAN KABUPATEN KARANGANYAR DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH.

0 0 9

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO.

0 0 13

BAB I Pendahuluan - Pengaruh Undang-Undang Otonomi Daerah Terhdap Kekuasaan Kepala Daerah (Studi Kasus: Deskripsi Pelaksanaan Otonomi Daerah dan Kekuasaan Kepala Daerah di Kabupaten Tapanuli Tengah)

0 0 22

Pengaruh Undang-Undang Otonomi Daerah Terhdap Kekuasaan Kepala Daerah (Studi Kasus: Deskripsi Pelaksanaan Otonomi Daerah dan Kekuasaan Kepala Daerah di Kabupaten Tapanuli Tengah)

0 0 7