commit to user 72
5, hal ini berarti hipotesis nol tidak berhasil ditoloak, atau dengan kata lain hipotesis kedua tidak mampu didukung, sehingga rasio
efektivitas PAD tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hasil ini sejalan dengan hasil dari penelitian Hamzah 2008 yang menyatakan bahwa rasio efektivitas PAD tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan perbedaan antara realisasi penerimaan PAD dengan target penerimaan PAD pada masing-
masing daerah tidak terlalu signifikan atau kurang memenuhi unsur value for money ekonomis, efisien, dan efektif. Dengan kurang adanya
perbedaan yang signifikan tersebut, maka kurang mendorong pula adanya pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
3. Pengaruh Rasio Efisiensi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh rasio efisiensi anggaran sebagai alat pengukuran kinerja
pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi. Dilihat dari Tabel 4.9, menunjukkan tingkat signifikansi rasio kemandirian yang berada di
atas 5, hal ini berarti hipotesis nol tidak berhasil ditolak, atau dengan kata lain hipotesis ketiga tidak mampu didukung, sehingga rasio
efisiensi anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
commit to user 73
Hasil ini berbeda dengan hasil dari penelitian Hamzah 2008 yang menyatakan bahwa rasio efisiensi berpengaruh positif secara
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan realisasi belanja yang dikeluarkan lebih kecil daripada realisasi pendapatan yang
diterima atau dilakukan adanya efisiensi. Dengan adanya efisiensi ini, alokasi pendapatan pada belanja pembangunan jadi semakin berkurang,
sementara sektor ekonomi sangat membutuhkan infrastruktur daerah yang memadai, sehingga menghambat adanya pertumbuhan ekonomi.
4. Pengaruh Rasio Keserasian Belanja Operasional terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh rasio keserasian belanja operasional sebagai alat pengukuran
kinerja pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi. Dilihat dari Tabel 4.9, menunjukkan tingkat signifikansi rasio keserasian belanja
operasional yang berada di bawah 5, hal ini berarti hipotesis nol ditolak, atau dengan kata lain hipotesis keempat berhasil didukung
sehingga rasio keserasian belanja operasional berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hasil ini memang menunjukkan fenomena yang terjadi di Indonesia, bahwa jika alokasi pendapatan untuk belanja operasional
tinggi, maka pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut juga meningkat. Hal ini terjadi karena salah satu pos utama dari belanja operasional
commit to user 74
adalah belanja pegawai yang di dalamnya terdapat gaji untuk pegawai negeri di daerah tersebut. Adapun penjelasannya dapat kita lihat dari
beberapa persamaan berikut ini.
Jika Y di atas adalah pendapatan masyarakat yang didalamnya terdapat unsur gaji pegawai negeri, maka jika gaji pegawai meningkat
berarti konsumsi rumah tangga pun meningkat Irawan dan Suparmoko, 2002. Sementara jika dilihat dari rumus perhitungan PDRB berikut ini,
peningkatan konsumsi rumah tangga dapat meningkatkan nilai PDRB yang merupakan indikator perhitungan peryumbuhan ekonomi suatu
daerah Sukirno, 2002. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan Rasio Belanja Operasional berpengaruh positif secara
signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah.
5. Pengaruh Rasio Keserasian Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi