Dakwah 1. Aktivitas Dakwah Di Pondok Pesantren Al-UM Bogor Dalam Rehabilitasi Santri Narkoba

BAB II LANDASAN TEORI

A. Dakwah 1.

Pengertian Dakwah Secara etimologi bahasa kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti pemanggilan, pengajakan, penyeruan, atau orang yang mengajak 13 . Sedangkan secara terminologi istilah dakwah memiliki pengertian yang variatif. Hal ini terbukti dengan banyaknya perbedaan sudut pandang para pakar ilmu dakwah dalam mendefinisikan makna dakwah. Di antara pendapat-pendapat tersebut yaitu: a. Menurut Syeh Ali Mahfuz yang dikutif Abdul Rosyad Saleh dakwah adalah “mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebijakan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat”. 14 b. Menurut M. Arif Hakim dakwah adalah “suatu kegiatan ajakan baik bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya, yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengamalan terhadap 13 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT. Hidayakarya Agung, 1989, h. 128. 14 Abdul. Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1977, cet. ke-1, h. 9. ajaran agama sebagai massage yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan”. 15 c. Menurut Prof. Toha Yahya Omar dakwah adalah “sebagai upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat”. 16 d. Menurut H.S.M Nasrudin, dalam bukunya Teori dan praktek Dakwah islamiyah mendefinisikan dakwah sebagai “setiap usaha aktivitas dengan lisantulisan dan lainya. Yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil, manusia lainnya untuk beriman mentaati Allah swt, sesuai dengan garis- garis aqidah dan syariat serta akhlak islamiyah”. 17 Dari definisi tesebut di atas, meskipun terdapat perbedaan dalam perumusan satu sama lain, tetapi dapat artikan bahwa dakwah adalah seruan mulia yang diwajibkan pada setiap umat Islam dengan tujuan menyeru atau mengajak kepada jalan yang benar Islam, mencegah dari perbuatan munkar, menciptakan kesejahteraan umat, membawa kepada kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat serta diridhai Allah SWT.

2. Bentuk-bentuk Dakwah

Seorang da’i harus mempunyai berbagai cara dan harus dapat memilih cara atau bentuk dakwah yang tepat agar dakwahnya tidak sia-sia. Diantaranya bentuk-bentuk dakwah adalah a Dakwah bil-lisan 15 Arif Hakim, Psikologi Dakwah, Jakarta: Bumi Aksara, cet. ke-4, 1997, h. 6. 16 Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1992, cet. ke-5, h. 1. 17 Rosyid Saleh, Manajemen Dakwah Islam, h. 9. Ialah dakwah yang penyampaiannya secara lisan antara lain: 1 Qaulun Ma’rufum ialah dengan berbicara dalam pergaulan sehari-hari yang disertai dengan misi agama, yaitu agama Islam. 2 Mudzakarah ialah mengingatkan orang lain jika berbuat salah, baik dalam lidah maupun dalam perbuatan. 3 Nasihatuddin ialah memberikan nasehat kepada orang yang telah dilanda problem kehidupan agar mempu melaksanakan agamanya dengan baik. 4 Majlis Ta’lim dengan menggunakan buku-buku, kitab dan berakhir dengan dialog atau tanya jawab. 5 Mujadalah ialah perdebatan dengan menggunakan argumentasi serta alasan dan diakhiri dengan kesepakatan bersama dengan menarik kesimpulan 18 . b Dakwah Bil-qalam Adalah dakwah dengan menggunakan keterampilan menulis berupa artikel atau naskah yang kemudian dimuat di dalam majalah atau surat kabar, brosur, buletin, buku, dan sebagainya. Dakwah seperti ini dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lebih lama serta jangkauannya luas, disamping itu masyarakat atau suatu kelompok dapat mempelajarinya serta memahaminya sendiri. 19 c Dakwah Bil-hal Yaitu dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah dengan karya subjek serta ekonomi sebagai materi dakwah. Adapun cara melaksanakan dakwah bil hal adalah sebagai berikut: 1. Pemberian bantuan berupa dana untuk usaha yang produktif. 2. Pemberian bantuan yang bersifat konsumtif. 3. Bersilaturahmi ke yayasan-yayasan dan panti-panti asuhan dan 18 Adi Sasono, Solusi Islam atas Problematika Umat Ekonomi; Pendidikan dan Dakwah, Jakarta: Gema Insani Press, 1998, h. 49. 19 Ibid., h. 49. 4. Pengobatan. 20

3. Fungsi, Tujuan, dan Hukum Dakwah. a. Fungsi atau Kegunaan Dakwah

Dakwah mempunyai fungsi atau kegunaan di dunia dan akhirat. Secara ringkas adalah sebagai berikut: Pertama, mendatangkan pertolongan dan bantuan rabbani dalam perjuangan melawan kebatilan jahiliyah. Kedua, menggugah dan membangun manusia dari tidur panjangnya menuju kebangkitan hakiki yang agung bersama Islam. Ketiga, menegakan hujah kepada orang-orang yang terus menerus berbuat salah dan dosa. Keempat, membentuk nasehat umum yang benar dan selamat, nasehat umum inilah yang mempunyai peranan besar di dalam menjaga dan memelihara adab, akhlak, dan hak-hak umat serta membentuk kepribadian dalam hidup bermasyarakat. Kelima, dakwah akan membuat baiknya perilaku dan istiqamahnya akhlak manusia. Keenam, dengan dakwah, manusia akan memperoleh keberuntungan berupa jumlah dan keridhaan Allah di akhirat. Ketujuh, dengan dakwah manusia akan terlepas dari siksa di dunia dan akhirat. Sebaliknya ditinggalkannya kewajiban dakwah akan berakibat 20 Ibid., h. 50. tersebarnya kerusakan dan kejelekan yang akan merambah keseluruh wilayah kehidupan. 21

b. Tujuan Dakwah

Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses, dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan untuk memberi arah atau pedoman bagi gerak kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia. 22 Kimosa A. Machfoeld dalam bukunya “Filsafat Dakwah” mengemukakan bahwa tujuan dakwah adalah “mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang baik”. Menjadikan orang baik berarti menyelamatkan orang dari kesesatan, dari kebodohan, dari kemiskinan dan dari keterbelakangan. 23 Seperti yang dikutip Syeh Ali Mahfudz, bahwa tujuan dakwah ada lima perkara yaitu: 1. Menyiarkan tuntutan Islam, membetulkan aqidah dan meluruskan amal perbuatan manusia, terutama budi pekertinya. 2. Memindahkan hati dari keadaan yang jelek kepada keadaan yang baik. 3. Membentuk persaudaraan dan menguatkan tali silaturahmi diantara kaum muslim. 4. Menolak faham ateisme, dengan mengimbangi cara-cara mereka bekerja. 21 Sayid Muhamad Nuh, Dakwah Fardiyah; Pendekatan Personal dalam Dakwah, Solo: Era Intermedia, 2000, cet. ke-2, h. 33-39. 22 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: PT. Al-Ikhlas, 1983, h.49. 23 Kimosa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah; Ilmu Dakwah dan Penerapannya, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004, h. xii. 5. Menolak syubhat-syubhat, bid’ah dan khurafat dengan kepercayaan yang tidak bersumber pada agama dengan mendalami ilmu Usuludin. 24 Sedangkan Mohamad Ardani menyatakan bahwa tujuan dakwah terdiri dari tujuan umum mayor objektive dan tujuan khusus minor objektive.

a. Tujuan Umum Dakwah

Tujuan umum dakwah adalah mengajak manusia meliputi orang mukmin, kafir atau musyrik kepada jalan yang benar yang diridhai allah SWT agar dapat hidup bahagia sejahtera di dunia dan akhirat. 25

b. Tujuan Khusus Dakwah

Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian dari pada tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat jelas diketahui kemana arahnya, ataupun jelas kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara yang bagaimana dan sebagainya secara terperinci. Di bawah ini akan diuraikan tujuan khusus dakwah sebagai terjemahan dari tujuan umum dakwah yaitu: 1. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah swt. artinya mereka diharapkan agar senantiasa mengerjakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. 2. Membina mental agama Islam bagi kaum yang masih mualaf. 3. Mengajak umat manusia yang belum beriman untuk beriman dan bertakwa kepada Allah. 24 Hasanudin, Hukum Dakwah; Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, Jakarta: Penerbit. Pedoman Ilmu Jaya, cet. ke-1, 1996, h. 33-34. 25 Mohamad Ardani, Memahami Permasalahan Fiqih Dakwah, Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2006, h. 13. 4. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya. 26 Dari paparan dakwah di atas, maka menurut penulis dakwah memiliki tujuan yang borientasi kepada prilaku manusia akhlak. Dakwah akan mencapai tujuannya jika ajaran Islam yang berupa norma-norma yang menuntun orang agar berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk dapat direlisasikan dengan sempurna. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa tujuan dakwah adalah dapat terlealisasinya ajaran-ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan di dunia ini, sehingga mendapatkan sisi yang baik berupa kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia hingga akhirat nanti. c . Hukum Dakwah Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim. Misalnya amar ma’ruf nahi anil munkar, berjihad, pemberi nasehat dan sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa syareat atau hukum Islam tidak mewajibkan bagi umatnya untuk selalu mendapatkan hasil yang maksimal, akan tetapi usahanyalah yang diwajibkan semaksimalnya sesuai dengan kemampuannya. 27 Para ulama telah sepakat bahwa melaksanakan dakwah hukumnya adalah wajib, karena dengan dakwah agama islam telah tersebar keseluruh plosok dunia hingga sampai ke Indonesia. Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur`an surah Ali Imron3 :110: 26 Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 54-58. 27 Ibid., h.15-17 Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.

4. Unsur-Unsur Dakwah

Dalam kegiatan dakwah dibutuhkan adanya saling mendukung antara unsur-unsur dakwah. Adapun unsur-unsur dakwah tersebut yaitu:

a. Subyek Dakwah

Subjek dakwah adalah ulama, da’i, muballigh yaitu orang yang melaksanakan tugas dakwah, pelaksana tugas dakwah ini bisa perorangan kelompok pribadi. Subjek dakwah adalah sosok manusia yang mempunyai nilai keteladanan yang baik uswatun hasanah dalam segala hal. 28 Seorang da’i haruis mempunyai bekal yang cukup dalam berdakwah dan harus mampu membimbing umat untuk memahami realitas, memaksimalkan potensi yang mereka miliki dan akhirnya memperbaiki objek dakwah. Berdakwah jika dilihat dari kemampuan da’i terdiri atas dua macam yaitu: Pertama, dakwah bersifat individual fardiyah, yakni seorang muslim melakukan dakwah seorang diri berdasarkan kakuatan, kemampuan dan ilmunya. Kedua, dakwah bersifat kelompok jam’iyah. 29

b. Obyek Da’wah

Mad’u dalam isim maf’ul dari da’a, berarti orang yang diajak, atau dikenakan perbuatan dakwah. Mad’u adalah obyek dan sekaligus subyek dalam dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkeculi. Siapapun mereka, laki-laki maupun 28 Rafudin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, Bandumg: CV. Pustaka Setia, 1997, h. 47. 29 Said Bin ali al qahthani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, Jakarta: Gema Insani Press, 1994, h. 98. perempuan, tua ataupun muda, seorang bayi yang baru lahir atupun orang tua yang menjelang ajalnya, semua adalah mad’u dalam dakwah Islam, tetapi orang- orang di luar Islam, baik mereka itu ateis, penganut aliran kepercayaan, pemeluk agama-agama lain, semua adalah mad’u. Hal ini disebabkan oleh karena misi kedatangan Islam adalah sebagai rahmatan bagi alam semesta. 30 Agar dakwah bisa dilakukan dengan secara efisien, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan. Maka sudah waktunya dibuat dan disusun stratifikasi sasaran. Berdasarkan tingkat, usia, tingkat pendidikan dan pengetahuan, tingkat sosial ekonomi dan pekerjaan, berdasarkan tempat tinggal dan lain sebagainya. 31 Berdasarkan strata sosial, baik kalangan bangsawan, pembesar, pemuka kaum ataupun orang-orang lemah, rakyat jelata, semua adalah mad’u dalam dakwah. Dari segi ekonomi, baik orang kaya raya, konglomerat, sampai pengemis dan orang-orang gembel yang tidak memiliki kemampuan menghidupi diri sendiri, semua harus didakwahi, diajak menuju jalan Allah. Orang-orang yang mapan hidupnya dan tinggal di gedung-gedung mewah, sampai rakyat pinggiran yang tidak memiliki tempat tinggal semua mad’u dalam dakwah. Dari tinjauan politik kenegaraan, baik pemerintah, pemegang kekuasaan eksekutif, yudikatif, ataupun anggota legislatif sampai pada anggota masyarakat keseluruhan adalah mad’u. Dari segi ideologi, baik yang meyakini sosialisme, komunisme, feminisme, kapitalisme ataupun penganut ideologi-ideologi lainnya adalah mad’u yang harus dikenakan dakwah. Pendek kata, semua manusia, apapun keyakinan hidupnya, ras, bahasa dan bangsa adalah mad’u. 32 30 Cahyadi Takariawan, Prinsip-prinsip Dakwah; yang Tegar di Jalan Allah Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005, cet. ke-IV, h. 25. 31 Didin Hapidudin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press, 1998 h. 79. 32 Takariawan, Prinsip-prinsip Dakwah; yang Tegar di Jalan Allah, h. 27. Dari penjelasan di atas penulis memaparkan bahwa objek dakwah adalah semua menusia tanpa terkecuali. Karena misi kedatangan dakwah adalah sebagai rahmat bagi alam semesta. Jika dakwah dibatasi hanya pada kalangan tertentu saja maka Islam tidak akan terlealisir sebagai rahmat bagi alam semesta.

c. Materi Da’wah

Apapun materi dakwah yang hendak disampaikan pada dasarnya bersumber dari al-Qur`an dan Hadist. Materi dakwah yang akan disampaikan tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Materi yang diperlukan untuk satu kelompok masyarakat belum tentu cocok untuk kelompok masyarakat yang berbeda. Oleh sebab itu pemilihan materi haruslah tepat, apakah itu untuk pemuda, mahasiswa, petani, pekerja kasar, pegawai tinggi, juga apakah pendengar itu heterogen artinya berbagai tingkat dan mutu pengetahuannya ataukah sejenisnya. 33 Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu: 1. Masalah keimanan aqidah 2. Masalah keislaman syariyah 3. Masalah budi pekerti akhlakul karimah. 34 a Keimanan aqidah Dalam ajaran Islam, aspek aqidah secara umum termaktub dalam rukun- rukun iman arkan al-iman yang terdiri iman kepada Allah, iman kepada para malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada rasul-Nya, iman kepada 33 M. Sayfa’at Habib, Buku Pedoman Da’wah, Jakarta: Widjaya, 1982, cet. ke-1, h. 99. 34 Syukir, Dasar-dasar Strategi dakwah., h. 60. hari akhir, dan iman kepada qada dan qadar-Nya. Akan tetapi aspek aqidah yang terpenting adalah tauhid atau mengesakan Allah SWT. 35 b Syari’ah Kalau aspek aqidah memuat hal-hal yang berkenaan dengan kepercayan, keyakinan, dan keimanan, maka aspek syari’yah memuat tentang berbagai aturan dan ketentuan yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya. Secara umum, syari’yah Islam terdiri dari ‘ubudiyah, mu’amala, jinayah, qadhayah, dan siyasah. 36 c Akhlak Aspek akhlak dalam bahasa sehari-hari sering disebut etika, moral, budi pekerti, dan lain-lain. Menurut ajaran Islam, aspek akhlak tidak dapat dipisahkan dari aspek aqidah, ubudiyah, mu’amalah dan lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa aspek akhlak dalam ajaran Islam sangatlah penting dan strategis. Sebab dengan akhlak manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk 37

d. Metode Dakwah

Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seseorang dai komunikator kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. 38 Adapun bentuk bentuk metode dakwah yaitu: 1. Al-Hikmah yaitu merupakan kemampuan da’i dalam memilih dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u 2. Al-Mauidzatul Hasanah yaitu yaitu ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, 35 Irfan Hielmy, Dakwah Bil-Hikmah,Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002, cet, ke-1, h.73-74. 36 Ibid., h. 82. 37 Ibid., h. 89-90. 38 Ardani, Memahami Permasalahan Fikih Dakwah, h. 23-24. pesan-pesan positif yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. 3. Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan yaitu bertukar pendapat yang dilakukan oleh dua belah pihak secara sinergis. 39 Dalam kegiatan dakwah, metode dakwah harus disesuaikan dengan kondisi mad’u penerima dakwah baik dari segi pendidikan, ekonomi, dan adat istiadat agar tercapainya keberhasilan dakwah.

e. Media Dakwah

Media atau medium berasal dari bahasa latin yang berarti saluran atau alat menyalurkan. Dalam pengertian jamak dipakai istilah media sedang dalam pengertian tunggal dipakai istilah medium. 40 Untuk keberhasilan dakwah seorang da’i memerlukan media dakwah dalam kinerjanya. Terlebih dalam mengantisipasi perkembangan zaman, saat ini ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat pesat ditandai dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi. Dalam berdakwah diperlukan beberapa media sebagai penunjang aktivitasnya. Adapun media dakwah tersebut yaitu: 1. Media Lisan dakwah bil-lisan Dakwah bil-lisan merupakan komunikasi yang lebih bersifat informatif, meskipun nilai persuasinya tidak ketinggalan karena tetap mengarah kepada loyalitas mengikuti ajaran agama, sebab dakwah bil-lisan pada dasarnya memberikan atau menyampaikan informasi tentang ajaran agama Islam dengan 39 Munzier Suprta Harjani Hefni, Metode Dakwah, Jakatra: Prenada Media, 2003, h. 11- 20. 40 Anwar Arifin, Strategi Komunikasi sebuah Pengantar Ringkas, Bandung: Armico, 1994 , cet. ke-3, h, 23. tujuan agar sasaran dakwahnya berubah persepsinya secara luas tentang ajaran agama sehingga sanggup menyampaikan kepada orang banyak.

2. Media Tindakan atau Uswatun dakwah bil-hal

Dakwah berupa perbuatan memanfaatkan situasi dan kondisi masyarakat sebagai suatu kegiatan agar tumbuh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. 41

3. Media Visual

Merupakan bentuk media dakwah yang dapat menyampaikan dakwahnya melalui pemanfaatan indera penglihatan. Contohnya: majalah, koran. slide, foto, gambar dan overheand proyektor. 4. Media Audio Merupakan suatu bentuk media yang dalam penyampaian dakwahnya melalui pemanfaatan indera pendengaran. Contohnya: radio, tape recorder, dan telepon. 5. Media Audio Visual Merupakan suatu media atau alat yang dapat ditangkap dengan menggunakan penglihatan dan pendengaran. Misalnya televisi dan film. 6. Media Tulisan Merupakan suatu media yang penyampaian pesan dakwahnya dalam bentuk tulisan. Termasuk didalamnya koran, majalah, buku, pamflet, brosur, dan novel. 42 41 H. Hasanuddin, Hukum Dakwah;Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakah di Indonesia, h. 42-43. 42 Ardani, Memahami Permaalahan Fiqih dakwah, h. 38. Dari berbagai macam media di atas memiliki sasaran yang sama yaitu mad’u. Namun, dalam penggunaan media tersebut harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang dialami mad’u.

B. Rehabilitasi 1. Pengertian Rehabilitasi