Hakikat Model Pembelajaran Kontekstual

commit to user 22 Komponen-komponen yang perlu diperhatikan khusus dalam tes penilaian menulis deskripsi adalah seperti tabel 1 berikut: Tabel 1. Komponen-komponen penilaian menulis deskripsi No Nama Siswa Aspek Yang Dinilai Skor Total Ket Isi Organisasi Kosa kata Pengembangan Bahasa Mekanik Keterangan : Nama Aspek Yang Dinilai Jumlah Isi Organisasi Kosa kata Pengembangan Bahasa Mekanik X 30 25 20 15 10 100 Kriteria Penilaian NA NilaiAkhir = 30 + 25 + 20 + 15 + 10 = 100 Skor Akhir

2. Hakikat Model Pembelajaran Kontekstual

a. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual

Tujuan kegiatan pembelajaran adalah membantu siswa mencapai kemampuan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif, untuk mencapai hal tersebut perlu adanya kerangka pembelajaran secara konseptual model pembelajaran yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Model pembelajran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi merencanakan atau melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran ada banyak macamnya salah satunya adalah model pembelajaran kontekstual. commit to user 23 Menurut Mills dalam Agus Supriyono 2010:45 Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapat informasi, ide, keterampilan, cara berfikir dan mengekspresikan ide. Menurut Rusman 2010:144 model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk rencana pembelajaran, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas. Model pembelajaran dapat dijadikan pola artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Menurut Chauhan dalam Abdul Aziz Wahab 2009:52 mengungkapkan bahwa “ Model of teaching be defined as an instructional design which describes the proses of specifying and producing particular environmental situations which cause the students to interact in such a way that a specific change occurs in their behavior”. Apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai desain intuksional yang mendeskripsikan proses dalam merinci dan menghasilkan situasi lingkungan yang menyebabkan siswa berinteraksi sehingga suatu perubahan yang spesifik tercermin dalam perilaku mereka. Degan memperhatikan pendapat tersebut model pembelajaran adalah perencanaan pembelajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan. commit to user 24 Pembelajaran kontekstual Contexstual Teaching and Learning-CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Sugiyanto, 2009: 14. Menurut Johnson dalam Sugiyanto 2009:14 pembelajaran kontekstual adalah proses pendidikan dimana siswa menghubungkan kehidupan keseharian mereka dengan materi pembelajaran yang mempunyai keterkaitan dengan keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka, karena anak belajar lebih baik jika lingkungan yang diciptakan alamiah dan belajar menjadi lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari bukan hanya sekedar mengetahui. Menurut Johnson 2009: 65 mendefinisikan pembelajaran kontekstualCTL sebagai berikut : “ KontekstualCTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Setiap bagian CTL yang berbeda-beda ini memberikan sumbangan dalam mendorong siswa memahami tugas sekolah. Secara bersama-sama, mereka membentuk suatu sistem yang memungkinkan para siswa melihat makna di dalamnya dan mengingat materi akademik”. Menurut Rusman 2010: 187 pembelajaran kontekstualCTL adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata. Pembelajaran kontekstual tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan yang bersifat teoritis saja, akan tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang dimiliki siswa itu senantiasa terkait dengan permasalahan-permasalahan aktual yang terjadi di lingkungannya. Inti dari CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengaitkanya bisa dilakukan berbagai cara, selain karena memang materi yang bisa dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, dan media, yang commit to user 25 memang baik secara langsung maupun tidak diupayakan terkait atau ada hubungan dengan pengalaman hidup nyata. Dengan demikian, pembelajaran kontekstual selain lebuh menarik, juga akan dirasakan sangat dibutuhkan oleh setiap siswa karena apa yang dipelajari dirasakan langsung manfaatnya.

b. Dasar Teori Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran dan pengajaran kontekstual sasaran utamanya untuk mencari makna dengan menghubungkan pekerjaan akademik dengan kehidupan keseharian. Memahami prinsip ini model pembelajaran kontekstual menerapkan tiga prinsip dalam pelaksanan pembelajarannya. Menurut Johnson dalam Sugiyanto 2009: 15 Pandangan ilmu pengetahuan bahwa alam semesta itu hidup, tidak diam, dan bahwa alam semesta ditopang oleh tiga prinsip kesaling-bergantungan, diferensiasi, dan organisasi diri. Ada tiga pilar dalam sistem pembelajaran kontekstualCTL, yaitu: 1 CTL mencerminkan prinsip kesaling-bergantungan. Kesaling-bergantungan mewujudkan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal ini tampak jelas ketika subjek yang berbeda dihubungkan dan ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas. 2 CTL mencerminkan prinsip diferensiasi. Diferensiasi menjadi nyata ketika CTL menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-masing, untuk menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda dan tahapan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan. 3 CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri. Pengorganisasian diri terlihat ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh penilai autentik, mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntutan tujuan yang jelas dan commit to user 26 standar yang tinggi, dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hati mereka bernyanyi. Proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dengan kontekstual CTL dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks itu siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa menfaatnya, mereka dalam status apa dan bagaimana mencapainya. Dengan demikian mereka belajar yang berguna bagi hidupnya, mereka memposisikan dirinya yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajarai sesuatau yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing. Untuk mencipatakan kondisi tersebut diperlukan sebuah strategi belajar yang mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Melalui strategi pembelajaran kontekstualCTL siswa diharapkan belajar mengalami bukan menghafal.

c. Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual

Model pembelajaran kontekstual bersifat aktif, kreatif dan gembira dalam proses pembelajaran, karena berhubungan dengan situasi dunia nyata. Menurut Sugiyanto 2009: 23 mengemukakan beberapa ciri atau karakteristik kelas yang menggunakan model pembelajaran kontekstual adalah: 1 Pengalaman nyata Pengalaman nyata adalah memberikan pengalaman nyata kepada siswa dalam proses kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini pengalaman nyata yang diberikan adalah bentuk pengamatan objek secara langsung dialami, dilihat dan dimengerti oleh siwa pada saat menerima pelajaran sehingga siswa menyadari betul bahwa pengalaman nyata yang diberikan guru benar-benar ada dilingkungan kehidupan sehari-hari. 2 Kerja sama yang saling menunjang Kerjasama yang saling menunjang dalam proses pembelajaran kontekstual adalah kerjasama antara guru dan murid dalam mewujudkan commit to user 27 proses pembelajaran kontekstual yang sebenarnya dan dilaksanakan secara benar yaitu dimana guru memfasilitasi dan memotivasi siswa sehingga siswa melaksanakan apa perintah guru berdasarkan prinsip pelaksanaan pembelajaran kontekstual. 3 Gembira belajar dengan bergairah Pembelajaran kontektual di dalam kelas bersifat gembira belajar dengan bergairah yaitu membuat siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran karena ada gairah dalam belajar maka dalam proses pelaksanaan model pembelajaran kontekstual siswa dapat nyaman di dalam kelas saat kegiatan belajar mengajar. 4 Pembelajaran terintegrasi Pembelajaran terintegrasi adalah proses pembelajaran yang menyeluruh namun membentuk satu kesatuan dalam kegiatan belajar mengajar dimana antara guru dan siswa bergabung atau berpadu dalam melaksanakan model pembelajaran kontekstual 5 Menggunakan berbagai sumber Sumber pembelajaran dalam proses pembelajaran kontekstual tidak hanya berasal dari buku yang bersifat teori tetapi sumbernya dapat berupa keadaan lingkungan kehidupan sekitar dan kehidupan sehari hari sebagai objek materi pembelajaran. 6 Siswa aktif dan kritis Dalam proses pembelajaran kontekstual siswa secara tidak langsung akan berfikir kritis dan aktif terhadap materi atau objek pembelajaran karena siswa dapat mengembangkan ide atau gagasannya sesua dengan apa yang dilihat dan dialaminya. 7 Menyenangkan tidak membosankan. Model pembelajaran kontekstual bersifat menyenangkan dan tidak membosankan karena proses pembelajaran dapat dilakukan diluar kelas sehingga membuat siswa tidak merasa jenuh seperti selalu di dalam kelas saat menerima pelajaran lain. commit to user 28 8 Diskusi dengan teman Dalam proses pembelajaran kontekstual siswa dapat berdiskusi, bercerita, dan bertanya kepada siswa lain mengenai apa yang diterima dalam proses pembelajaran karena adanya perbedaan dan persamaan pemahaman siswa akan semakin menghidupkan suasana kegiatan belajar mengajar. 9 Guru kreatif. Guru dituntut untuk lebuh kreatif dalam membimmbing siswa dalam proses pembelajaran kontekstual karena hal-hal yang baru dalam pemberian materi harus disesuaikan dengan kemampuan siswa agar proses pembelajaran kontekstual dapat berjalan maksimal.

d. Komponen Model Pembelajaran Kontekstual

Model pembelajaran kontekstual merupakan model pembelajaran yang melibatkan beberapa komponen dalam proses pembelajarannya. Model pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama yang saling terintegrasi atau berhubungan untuk menunjang pelaksanaan proses pembelajaran kontekstual di dalam kelas. Menurut Sanjaya dalam Sugiyanto

2009: 17 tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yaitu:

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SLARANG LOR 02 TEGAL

0 8 163

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MELEMPAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BULU 01, KEC. POLOKARTO SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 2011

7 47 110

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS IVC SD NEGERI 03 JATEN, KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010 2011

1 10 210

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 1 137

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI JAPANAN 2 KLATEN TAHUN AJARAN 2010 2011

0 3 136

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 GOMBANG TAHUN AJARAN 2010 2011

0 7 76

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Meningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi Dengan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 16

PENDAHULUAN Meningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi Dengan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 9

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Meningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi Dengan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014.

0 3 13

MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 BOLON COLOMADU KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014.

0 0 18