PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MELEMPAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BULU 01, KEC. POLOKARTO SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 2011

(1)

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MELEMPAR PADA SISWA KELAS IV

SD NEGERI BULU 01, KEC. POLOKARTO SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011

(Penelitian Tindakan Kelas)

SKRIPSI

Oleh :

NUNUNG ARIYUWONO X4608540

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MELEMPAR PADA SISWA KELAS IV

SD NEGERI BULU 01, KEC. POLOKARTO SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011

(Penelitian Tindakan Kelas)

Oleh :

NUNUNG ARIYUWONO X4608540

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Januari 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hanik Liskustyawati, M.Kes Drs. H. Agustiyanto, M.Pd


(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Selasa

Tanggal : 01 Februari 2011

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang tanda tangan

Ketua : Drs. H. Agus Margono, M.Kes. Sekretaris : Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd.

Anggota I : Dra. Hanik Liskustyawati, M.Kes. Anggota II : Drs. H. Agustiyanto, M.Pd.

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Nunung Ariyuwono. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR

MELEMPAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BULU 01, KECAMATAN POLOKARTO SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011.

Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2011.

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk mengetahui: Penerapan model pembelajaran PAIKEM untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bulu 01, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011 dengan menerapkan model pembelajaran PAIKEM

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sumber data dalam penelitian ini siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bulu 01, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011 berjumlah 22 siswa yang terdiri atas 6 siswa putra dan 16 siswa putri. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bulu 01, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011. Teknik pengumpulan data adalah dengan Pengamatan, tes dan pengukuran dari IAAF KIDS’ ATLETICS. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengamati dan mengobservasi proses dan hasil tes kemampuan gerak dasar sebelum diberi penerapan model pembelajaran PAIKEM dan setelah diberi model pembelajaran PAIKEM. Prosedur penelitian ini meliputi planning, acting, observasi dan reflecting.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan: Penerapan Model Pembelajaran PAIKEM dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bulu 01, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011. Dari KKM 75 Mapel Penjasorkes Kelas IV di SDN Bulu 01, pada siklus I menunjukkan rata-rata nilai 75 atau 68,2% siswa tuntas, sedangkan pada siklus II menunjukkan nilai rata-rata 77 atau 77,3% siswa tuntas.


(6)

commit to user

vi

MOTTO

NUNUNG Nunung Ariyuwono

Janganlah berfikir kamu lebih baik dari orang lain dan jangan pula berfikir orang lain

lebih baik dari kamu (Penulis)

Ilmu dapat membuat orang lebih bijaksana, mencegah berbuat aniaya dan membuat yang tak tahu arah menjadi terarah.


(7)

commit to user

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kusunting skripsi ini untuk:

-

Bapak Suwandi dan Ibu Sudarni tercinta yang telah mendo’akan membimbing dan mendidik Aku tanpa pamrih agar

menjadi anak yang berguna

-

Istriku Umi Khasanah yang selalu memberi dukungan dan membantu untuk menyelesaikan skripsiku

-

Teman-teman ku Angkatan ’08 KG JPOK FKIP UNS Surakarta Terima kasih atas bantuan, masukan dan saran


(8)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL ………...……….

PENGAJUAN ... PERSETUJUAN …………...……….

PENGESAHAN ...

ABSTRAK ...

MOTTO ...

PERSEMBAHAN ... DAFTAR ISI ...

KATA PENGANTAR ... DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN ………

A. Latar Belakang Masalah ……….

B. Perumusan Masalah ………..

C. Tujuan dan Indikator Penelitian ……….. D. Manfaat Hasil Penelitian ……… …

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN………...

A. Kajian Pustaka ……….. 1.Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar …….. a. Hakikat Pendidikan Jasmani dan Kesehatan ... b.Tujuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan ... c. Fokus Penjas di Sekolah Dasar ... d.Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar ... e. Karakteristik Peserta Didik Sekolah Dasar ... f. Ketuntasan Belajar ... 2.PAIKEM Dalam Penjas ...

a. Pengertian PAIKEM ... i ii iii iv v vi vii viii ix xiii xiv xvi 1 1 4 4 5 6 6 6 6 7 8 9 10 12 13 13


(9)

commit to user

ix

b.Model Pembelajaran PAIKEM ... c. Penggunaan Alat, Waktu, Ruang dan Formasi ... d.Teknik Memotivasi dan Membina Disiplin ... 3.Kemampuan Gerak Dasar ...

a. Pengertian Kemampuan Gerak Dasar ... b.Bentuk-bentuk Gerak Dasar ... c. Gerak Manipulatif ... 4.Gerak Dasar Manipulatif Melempar ...

a. Pengertian Melempar ... b.Persamaan Prinsip Gerak Dasar Melempar ... c. Teknik Melempar ... B. Penelitian yang Relevan ………... C. Kerangka Pikir ………. D. Hipotesis Tindakan ……….

BAB III METODE PENELITIAN ………..

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 1.Tempat Penelitian ………

2.Waktu Penelitian ………

B. Subjek Penelitian ………..

C. Sumber Data ……….

D. Teknik Pengumpulan Data ………... E. Teknik Analisis Data ……….. F. Prosedur Penelitian ……… G. Target Ketuntasan Belajar ………

BAB IV HASIL PENELITIAN ………

A. Deskripsi Kondisi Awal ……….. B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ……….. 1. Tindakan Siklus I ……….. a. Tahap Perencanaan ……… b.Pelaksanaan Tindakan ……….

c. Observasi ……….

16 17 19 20 20 21 22 23 23 23 24 25 26 27 28 28 28 28 28 28 28 29 29 30 31 33 33 33 33 34 38


(10)

commit to user

x

d.Refleksi ………

2. Tindakan Siklus II ……….. a. Tahap Perencanaan ……… b.Pelaksanaan Tindakan ……….

c. Observasi ……….

d.Refleksi ………

C. Deskripsi Hasil Penelitian ……….. 1. Data Hasil Belajar Penjasorkes Siswa Kelas IV Sebelum Tindakan . 2. Data Hasil Belajar Penjasorkes Siswa Kelas IV Siklus I ………… 3. Data Hasil Belajar Penjasorkes Siswa Kelas IV Siklus II ………… D. Temuan Hasil Penelitian ………

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...

A. Simpulan ... B. Implikasi ... C. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ……….

LAMPIRAN ... 39 40 40 41 44 45 46 46 46 47 47 50 50 50 51 53 56


(11)

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sebagai Dosen narasumber yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

3. Drs.H. Sunardi, M.Kes., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd., sebagai Dosen narasumber yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Dra. Hanik Liskustyawati, M.Kes., sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6. Drs. H. Agustiyanto, M.Pd., sebagai pembimbing II yang telah memberikan motivasi dan arahan dalam penyusunan skripsi.

7. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK Surakarta yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.

8. Kepala Sekolah Dasar Negeri Bulu 01 Kec. Polokarto Sukoharjo yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di sekolah yang dipimpin. 9. Siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bulu 01 Kec. Polokarto Sukoharjo

Tahun Ajaran 2010/2011 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian. 10.Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.


(12)

commit to user

xii

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semogra skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.

Surakarta, Januari 2011

Penulis


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Target Ketuntasan Belajar ... Tabel 2. Hasil Belajar Penjasorkes Materi Melempar Sebelum

Tindakan ………... Tabel 3. Hasil Belajar Penjasorkes Materi Melempar Siklus I ... Tabel 4. Hasil Belajar Penjasorkes Materi Melempar Siklus II ... Tabel 5. Rata-Rata dan Prosentase Siswa Kelas IV Hasil Belajar Penjasorkes Materi Melempar Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ...

30

31 37 43


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Formasi Baris Bersaf dan Pemimpin ... Gambar 2. Komponen-komponen Kemampuan Gerak Dasar ... Gambar 3. Teknik Dasar Gerakan Melempar …... Gambar 4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... Gambar 5. Grafik Hasil Belajar Penjasorkes Materi Melempar

Sebelum Tindakan ……… Gambar 6. Belajar Gerak Melempar dengan Cara Dilempar ………. Gambar 7. Melatih Ketepatan Melempar dan Sikap Lemparan ... Gambar 8. Metode Memegang Lembing ………... Gambar 9. Melempar Turbo Dengan Sasaran ... Gambar 10. Grafik Hasil Belajar Penjasorkes Materi Melempar Siklus I ………. Gambar 11. Melempar Kardus dengan Bola Berekor ... Gambar 12. Melatih Tempo Kekuatan ………. Gambar 13. Melempar Pada Target Lingkaran ……….... Gambar 14. Grafik Hasil Belajar Penjasorkes Materi Melempar

Siklus II ……… Gambar 15. Grafik Peningkatan Rata-Rata Kelas IV Hasil Belajar

Penjasorkes Materi Melempar ………. Gambar 16. Lemparan Lembing Anak-anak ………... Gambar 17. Belajar Gerak Melempar Dengan Cara Dilempar ……… Gambar 18. Melatih Ketepatan Melempar dan Sikap Lemparan ... Gambar 19. Metode Memegang Lembing ………... Gambar 20. Melempar Turbo Dengan Sasaran ... Gambar 21. Melempar Kardus dengan Bola Berekor ... Gambar 22. Melatih Tempo Kekuatan ………. Gambar 23. Melempar Pada Target Lingkaran ……… Gambar 24. Lempar-Melempar ………..

19 22 24 30 32 35 35 36 36 37 41 42 42 44 48 56 58 58 59 59 61 61 62 64


(15)

commit to user

xv

Gambar 25. Belajar Gerak Melempar Dengan Cara Dilempar ……… Gambar 26. Melatih Ketepatan Melempar dan Sikap Lemparan ... Gambar 27. Metode Memegang Lembing ………... Gambar 28. Melempar Turbo Dengan Sasaran ... Gambar 29. Memasukkan Bola ke Dalam Bakul ... Gambar 30. Melempar Kardus dengan Bola Berekor ... Gambar 31. Melatih Tempo Kekuatan ... Gambar 32. Melempar Pada Target Lingkaran ...

65 65 65 66 68 69 69 70


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Petunjuk Pelaksanaan Tes Dan Pengukuran Gerak Dasar Melempar ... Lampiran 2. Program Pembelajaran Gerak Dasar Melempar Dengan Model Pembelajaran PAIKEM ………. Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Dan

Siklus II ………. Lampiran 4. Daftar Nama Sampel Penelitian ……… Lampiran 5. Nilai Penjasorkes Materi Melempar Sebelum Diberi

Tindakan ………

Lampiran 6. Lembar Observasi Guru Penjasorkes SD Negeri Bulu 01, Kecamatan Polokarto Dalam Kegiatan Pembelajaran Di Kelas Siklus I ……… Lampiran 7. Lembar Observasi Guru Penjasorkes SD Negeri

Bulu 01, Kecamatan Polokarto Dalam Kegiatan Pembelajaran Di Kelas Siklus II ………... Lampiran 8. Angket Pengumpulan Data Siswa ………. Lampiran 9. Skor Angket Pengumpulan Data ………... Lampiran 10. Kriteria Skoring Penilaian Melempar ………... Lampiran 11. Lembar Observasi Siswa Kelas IV SD Negeri Bulu

01, Kec. Polokarto Sukoharjo Siklus I ……….. Lampiran 12. Rekapitulasi Hasil Belajar Penjasorkes Materi

Melempar Siklus I ………. Lampiran 13. Lembar Observasi Siswa Kelas IV SD Negeri Bulu

01, Kec. Polokarto Sukoharjo Siklus II ………. Lampiran 14. Rekapitulasi Hasil Belajar Penjasorkes Materi

Melempar Siklus II ……… Lampiran 15. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ………

55 57 63 71 72 73 75 77 79 80 83 85 86 88 89


(17)

commit to user

xvii

Lampiran 16. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret Surakarta ………... Lampiran 17 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian dari

Sekolah Dasar Negeri Bulu 01 Kecamatan Polokarto Sukoharjo ………..

93


(18)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak-anak belajar dengan cara bermain, dengan bermain akan mengembangkan kemampuan kondisi fisik, mental, emosional, intelektual, dan sosial anak seusia mereka. Naluri bermain yang muncul dalam diri mereka seolah tidak bisa ditekan begitu saja. Bermain merupakan suatu kebutuhan yang tak ubahnya seperti kebutuhan dasar lainnya. Berkaitan dengan permainan Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001: 127) menyatakan:

Sebagian besar kehidupan anak dihabiskan untuk bermain, maka permasalahannya sekarang adalah bagaimanakah menyalurkan potensi itu agar bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Usia 6-12 tahun adalah masa penting untuk pertumbuhan baik secara fisik, mental, emosionalintelektual maupun sosial anak. Karena itu diharapkan bahwa bermain merupakan wahana pembelajaran Anak bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain.

Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dibutuhkan prasarana dan sarana yang baik pula dan guru harus berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar khususnya untuk siswa sekolah dasar. Salah satu upaya guru adalah dengan memodifikasi prasarana dan sarana belajar. Sehingga dengan model pembelajaran yang baik, siswa dapat berkonsentrasi dengan apa yang telah diterangkan oleh guru, dan setiap siswa dapat melakukan gerakan dasar dengan baik.

Dalam pembelajaran gerak dasar manipulatif di kelas IV, siswa kurang antusias untuk mengikuti pelajaran penjas, padahal rangkaian gerak dasar dapat diterapkan dalam bentuk permainan sehingga dapat diperoleh suatu kesenangan bagi siswa. Anak juga membutuhkan keragaman gerak agar dapat tumbuh menjadi besar dan kuat. Pada usia ini anak memiliki keterampilan dan koordinasi motorik yang kurang baik. Melalui penjasorkes diharapkan meningkatkan perkembanagan motorik pada siswa kelas IV.


(19)

commit to user

Saat ini siswa kelas IV SD Negeri Bulu 01, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011 belum mempunyai kemampuan gerak dasar manipulatif yang baik terutama keterampilan melempar. Padahal kemampuan gerak dasar pada siswa Sekolah Dasar (SD) sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap melakukan permainan dibutuhkan keterampilan gerak dasar. Dikarenakan keterampilan gerak dasar sangat berperan besar dalam aktivitas sehari-hari. Pangrazi dan Dauear (1981: 23) bahwa, “Penjas untuk awal masa kanak-kanak dan SD dapat diidentifikasi sebagai belajar untuk bergerak, bergerak untuk belajar dan belajar tentang gerak”. maka dalam pembelajaran penjasorkes disekolah harus dimaksimalkan dengan berbagai upaya dari guru.

Hal ini terbukti pada Kompetensi Dasar (KD) “1.3 Mempraktikkan kombinasi gerak dasar melempar, menangkap dan menendang dengan koordinasi yang baik dalam permainan sederhana, serta aturan dan kerjasama”. (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), 2007/2008: 41) semester II Tahun Ajaran 2010/2011 diperoleh nilai ulangan praktek kelas IV yang masih banyak memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75.

Penjasorkes di SD merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan gerak dasar anak. Dalam pembelajaran di SD hendaknya disesuaikan dengan karakteristik dan perkembangan anak, agar perkembangannya dapat berkembang dengan baik. Gerak dasar manipulatif harus dikembangkan dengan bentuk pembelajaran yang tepat. Namun dalam pembelajaran siswa sering mengalami hambatan dalam mempraktikkan gerak dasar manipulatif, terutama gerak dasar melempar. Untuk kelas IV dalam pembelajaran menerapkan tematik dimana penerapannya masih dalam tahap pengenalan, namun untuk peralatan dan keterampilannya masih diterapkan yang sebenarnya. Masih banyak guru Penjas sewaktu mengajar tidak memahami perkembangan gerak dasar anak dan guru Penjas lebih menekankan pencapaian prestasi dalam pembelajaran Penjasorkes. Tidak heran jika dalam pembelajaran siswa sering mengalami hambatan. Padahal dalam Penjasorkes yang lebih diutamakan adalah suasana keriangan, biarkanlah anak-anak lebih leluasa menyatakan dirinya melalui aneka permainan. Disinilah


(20)

commit to user

sesungguhnya peran guru penjasorkes untuk mengatasi kendala dan hambatan dalam pembelajaran penjasorkes, maka seorang guru yang baik harus mampu mencari dan menerapkan solusi yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Agar dapat membangun dan menempatkan jati diri siswa diperlukan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dari uraian tersebut maka secara garis besar aktivitas dalam penjasorkes adalah penggunaan multi media dan multi metode, praktek dalam kelompok, pemanfaatan lingkungan sekitar dan multi aspek sehingga menarik perhatian siswa.

Model pembelajaran PAIKEM diharapkan seorang guru terus mencari kreasi yang baru untuk memotivasi siswa, sebagai contoh : guru harus dapat memodifikasi peralatan, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, maka dalam penjasorkes diharapkan siswa akan memperoleh pengalaman yang baru. Diharapkan siswa menjadi tertarik dan banyak melakukan gerakan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan kualitas gerak dasar.

Untuk membuktikan apakah benar melalui penerapan model pembelajarn PAIKEM akan meningkatkan kemampuan gerak dasar manipulatif terutama gerak dasar melempar pada siswa, maka untuk membuktikan pernyataan-pernyataan tersebut diatas perlu dilakukan sebuah penelitian. Karena permasalahan yang diangkat diatas “khusus spesifik“ atau satu aspek saja yaitu aspek melempar, maka Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang tepat untuk mengoptimalkan kemampuan gerak dasar melempar melalui model pembelajaran PAIKEM. Suharsimi Arikunta (2008: 3) menyatakan bahwa, “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang disengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa“.

Penelitian Tindakan Kelas ini akan diberikan pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bulu 01, Kec. Polokarto Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011. Ditinjau dari kemampuan gerak dasar siswa dan pelaksanaan


(21)

commit to user

pembelajaran Penjasorkes di SDN Bulu 01, Kec. Polokarto Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011 belum maksimal. Kendala yang dihadapi siswa saat mengikuti pelajaran Penjas jika tidak dicarikan solusi yang tepat, maka akan berakibat kurang baik bagi perkembangan motorik siswa kelas IV.

Dengan menerapkan model pembelajaran PAIKEM sangat penting agar kendala yang dihadapi siswa dapat teratasi demi memajukan pendidikan melalui Penjas. Manfaat yang lain adalah agar siswa lebih tertarik, konsentrasi dan senang dalam mengikuti pelajaran Penjasorkes. Dari manfaat yang telah di sebutkan diatas akan menjadikan siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan akan meningkatkan kemampuan gerak dasarnya. Maka dari itu, untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran PAIKEM dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar, dan permasalahan tersebut tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran. Untuk itu peneliti mengambil Penelitian Tindakan Kelas dengan judul, “Penerapan Model Pembelajaran PAIKEM Untuk Meningkatkan Kemampuan Gerak Dasar Melempar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Bulu 01, Kec. Polokarto Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011“.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah penerapan model pembelajaran PAIKEM pendidikan jasmani dalam meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar pada siswa kelas IV SD Negeri Bulu 01, Kec. Polokarto Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011?”

C. Tujuan dan Indikator Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk: “Penerapan Model Pembelajaran PAIKEM Untuk


(22)

commit to user

Meningkatkan Kemampuan Gerak Dasar Melempar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Bulu 01, Kec. Polokarto Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011.”

D. Manfaat Hasil Penelitian

Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat memberi manfaat antara lain:

1. Dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar bagi siswa kelas IV SD Negeri Bulu 01, Kec. Polokarto Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011. 2. Dapat menerapkan model pembelajaran PAIKEM untuk meningkatkan

kemampuan gerak dasar melempar pada siswa kelas IV SD Negeri Bulu 01, Kec. Polokarto Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011.


(23)

commit to user

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar

a. Hakikat Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Seseorang tidak akan menjadi guru, pelatih atau pembina Penjas yang baik manakala tidak memiliki pandangan dan pengertian yang jelas tentang hakikat Penjas itu sendiri. Filsafat atau falsafah perlu dipahami bagi seseorang yang berkecimpung dalam Penjas karena ia menentukan pikiran dan mengarahkan tindakan seseorang untuk mencapai tujuan. Rusli Lutan (2001: 13) menyatakan bahwa, “Filsafat adalah bidang kajian yang mencoba untuk membantu individu-individu mengevaluasi diri mereka sendiri dalam hubungan dengan dunia dan sejelas mungkin“.

Pendapat diatas menunjukkan, filsafat sangatlah penting karena merupakan pegangan hidup untuk mencari fakta-fakta dan nilai-nilai kehidupan dengan alam dunia, dan mengevaluasi fakta dan nilai itu dengan pemikiran yang jujur. Sehingga bagi seorang guru Penjasorkes akan mengarahkan Anda dalam menetapkan keputusan dan tindakan yang Anda hadapi ketika terlibat dalam kegiatan pendidikan jasmani sebagai guru Penjasorkes. Sedangkan menurut Sunardi (2009: 1) menyatakan, “Pendidikan pada dasarnya merupakan rekontruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan bermakna“. Sedangkan menurut Rusli Lutan (1999/2000: 1) menyatakan, “Pendidikan jasmani merupakan alat untuk membina anak muda agar kelak mereka mampu membuat keputusan yang terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat di sepanjang hayatnya“.

Jika seseorang sedang bermain, bergerak atau melakukan berbagai aktivitas pendidikan jasmani, maka proses pendidikan terjadi pada waktu yang


(24)

commit to user

bersamaan. Pendidikan penting untuk memperkaya kehidupan individu atau sebaliknya mungkin merusak. Pendidikan merupakan pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan atau mungkin menjadikan pengalaman yang tidak menyenangkan. M. Furqon (2006: 3) menyatakan, “Pendidikan jasmani dapat dikatakan suatu proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neomuskular, perceptual, kognitif, dan emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional”.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (2007/2008: 7) menyatakan, “Kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta menanamkan sportivitas dan kesadaran hidup sehat”. Kaitannya dengan jenjang pendidikan, pendidikan jasmani di SD sangat menarik untuk dikaji, karena di samping merupakan dasar dan landasan untuk pendidikan jasmani pada jenjang pendidikan di atasnya, juga sangat penting artinya bagi kontribusi pada pendidikan pada umumnya. Namun demikian tidak semua guru menyadari hal tersebut, sehingga banyak anggapan pendidikan jasmani dilaksanakan secara serampangan.

b. Tujuan Pendidikan Jasmani

Tujuan pendidikan dan pendidikan jasmani adalah untuk membantu individu-individu mencapai pertumbuhan dan perkembangan optimal. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program pendidikan secara menyeluruh. Penjas merupakan pendidikan yang mengutamakan keaktifan gerak dan media pembelajaran. Berdasarkan perkembangan Penjas di negara-negara maju dan mempertimbangkan dan kebutuhan bangsa. M. Furqon (2008: 6) menyusun rumusan tujuan umum pendidikan jasmani sebagai berikut:

1) Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani.

2) Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama.


(25)

commit to user

3) Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar dalam pendidikan jasmani.

4) Mengembangkan keterampilan untuk melaksanakan aktivitas jasmani dan olahraga, serta memahami alasan-alasan yang melandasi gerak dan kinerja.

5) Menumbuhkan kecerdasan emosi dan penghargaan terhadap hak-hak asasi orang lain melalui pengamalan fair play dan sportivitas.

6) Menumbuhkan self esteem sebagai landasan kepribadian melalui pengembangan kesadaran terhadap kemampuan dan pengendalian gerak tubuh.

7) Mengembangkan keterampilan dan kebiasaan untuk melindungi keselamatan diri sendiri dan keselamatan orang lain.

8) Menumbuhkan cara mengembangkan dan pemeliharaan kebugaran jasmani dan pola hidup sehat.

9) Menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur dalam aktifitas fisik dan memahami manfaat dari keterlibatannya.

10)Menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat kreatif.

Tentunya rumusan tersebut perlu dijabarkan lebih lanjut ke dalam tahap-tahap dan tingkatan masing-masing. Melaui Penjas diharapkan dapat mendidik anak. Rusli Lutan (1999/2000: 2) menyatakan:

1) Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secar efisien dan optimal.

2) Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secar berkelompok maupun perorangan. 3) Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan

keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.

4) Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani termasuk permainan olahraga.

Berdasarkan dua pendapat diatas, mudah dipahami bahwa pendidikan jasmani mengandung potensi yang besar untuk memberikan sumbangan kepada pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh.

c. Fokus Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar

Fokus pendidikan jasmani untuk sekolah dasar mencakup banyak aspek. Menurut M. Furqon H. (2006: 9) bahwa fokus program pendidikan jasmani di TK-SD kelas IV adalah sebagai berikut:


(26)

commit to user

1) Program pendidikan jasmani dipandang sebagai tempat berlari dan berlaga, memperoleh kesenangan, dan belajar bermain (Game). 2) Anak membutuhkan latihan yang diperlukan agar dapat tumbuh

menjadi besar dan kuat.

3) Beberapa anak pada awal usia ini menunjukkan bahwa anak ingin belajar bagaimana menjadi atlet dan ingin bermain pada suatu tim. 4) Karena anak memiliki koordinasi yang jelek, maka diharapkan anak

dapat meningkatkan kesegaran jasmani sehingga anak dapat bergabung kembali ke kelas reguler.

5) Anak yang memiliki keterlambatan mental menunjukkan bahwa anak diharapkan dengan program pendidikan jasmani anak akan menjadi makin pintar.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Bennet, Howwel & Simri (1983: 40) melakukan survei tentang aktivitas-aktivitas yang diberikan di berbagai negara. Mereka mengidentifikasikan elemen-elemen pendidikan jasmani yang lazim diberikan di SD adalah:

1) Gerak-gerak dasar yang meliputi jalan, lari, lompat/loncat, menendang, menarik, mendiring, mengguling (roll), memukul, keseimbangan, menangkap dam bergulir.

2) Game dengan organisasi rendah dan lari beranting.

3) Aktivitas-aktivitas berirama, tari-tarian rakyat (folk dance), bernyanyi dan game musik (musikal games).

4) Dasar-dasar keterampilan untuk berbagai olahraga dan games, biasanya dimulai kira-kira pada tahun keempat atau kelima.

Dari masing-masing aspek yang telah dikemukakan diatas sudah masuk dalam pendekatan Tematik yang terdapat dalam KTSP di SD yang berlaku sampai sekarang ini.

d. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar

Ruang lingkup program pengajaran pendidikan jasmani yang diajarkan di SD mencakup banyak aspek. Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991/1992: 5-6) bahwa:

Ruang lingkup pendidikan jasmani dari kelas I-VI sekolah dasar ditekankan pada usaha memacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial. Jenis-jenis kegiatan yang diajarkan di Sekolah Dasar meliputi atas:

1) Pengembangan Kemampuan jasmani (PKJ). 2) Atletik.


(27)

commit to user 3) Senam.

4) Permainan.

Menurut M. Furqon H. (2007: 4) bahwa ruang lingkup pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan, eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non lokomotor dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepakbola, bola basket, bolavoli, tennis meja, tennis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri serta aktivitas lainnya.

2) Aktivitas pengembangan diri meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk tubuh serta aktivitas lainnya.

3) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya.

4) Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobik serta aktivitas lainnya.

5) Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan di air, keterampilan gerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.

6) Pendidikan luar kelas meliputi: piknik/karya wisata, pengenalan lingkungan.

7) Kesehatan meliputi: penanaman budaya hidup sehat dalam kehiduoan sehari-hari, khususnya dalam hal perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek keselamatan merupakan aspek tersendiri dan secara implisit masuk kedalam semua aspek.

Dari dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ruang lingkup pendidikan jasmani di SD meliputi beberapa aspek yaitu: olahraga permainan, atletik, pengembangan diri, aktivitas senam atau ritmik, aktivitas air dan pendidikan luar kelas. Dari masing-masing aspek tersebut masih terdiri lagi dari berbagai macam cabang olahraga yang diatur dalam KTSP yang berlaku sekarang ini.

e. Karakteristik Peserta Didik Sekolah Dasar

Bagi usia sekolah dasar bermain merupakan penyumbang kontribusi yang unik bagi perkembangan anak. Bermain dapat digunakan untuk membantu


(28)

commit to user

anak dalam mengembangkan potensi fisik, kognitif, sosial dan emosi. M. Furqon H. (2006: 5) menyatakan, “Permainan dapat memberikan peran penting dalam mengembangkan dan memperhalus berbagai kemampuan gerak dasar, jika permainan secara tepat dimasukkan ke dalam program pengembangan gerak“. Dalam merumuskan pembelajaran pendidikan jasmani harus mengetahui karakteristik siswa. Berdasarkan karakteristik inilah selanjutnya dapat diketahui penjelasannya.

Dari segi keterampilan gerak, mulai dari keterampilan gerak yang sederhana ke gerakan yang kompleks, dalam bermain juga sebagai bentuk miniatur dari kehidupan masayarakat. Rahmad Hidayat (2003: 17) menyatakan, “pada usia 6-11 tahun merupakan memahami konsep-konsep sederhana dan menggunakannya dalam imajinasi. Imajinasi merupakan kesenangan bagi anak-anak“. Untuk lebih jelasnya M. Furqon H. (2006: 5) menyatakan, “Karakteristik anak sekolah dasar meliputi karakteristik fisiologis, psikologis dan sosiologis“. Selanjutnya agar lebih jelas karakteristik anak sekolah dasar kelas 3 dan 4 yang berusia sekitar 9 sampai 10 tahun dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Karakteristik Fisiologis

a) Koordinasi dalam keterampilan gerak dasar sudah membaik. b) Daya tahan mulai meningkat.

c) Pertumbuhan fisiknya meningkat. d) Koordinasi mata dan tangan baik. e) Postur tubuh belum baik.

f) Secara fisiologis, anak perempuan satu tahun lebih maju daripada anak laki-laki.

g) Gigi tetapnya mulai bermunculan mengganti gigi susu. h) Perbedaan jenis kelamin belum berpengaruh.

i) Perbedaan individu makin nyata.

j) Cenderung mudah cidera karena mobilitasnya. 2) Karakteristik Psikologis

a) Lingkungan perhatiannya bertambah luas, rasa ingin tahu berprestasi berkembang.

b) Kemampuan berfikirnya meningkat berkat telah mempunyai pengalaman-pengalaman lebih banyak sebelumnya.

c) Suka berkhayal, menyukai musik, gerakan-gerakan berirama. d) Sering meniru orang yang menjadi idolanya.

e) Minat terhadap permainan yang terorganisasi mulai meningkat, namun belum mampu memegang aturan bermain keseluruhan.


(29)

commit to user g) Senang mengulang aktivitas.

h) Lebih senang aktivitas-aktivitas yang bersifat kompetitif. 3) Karakteristik Sosiologis

a) Mudah puas, namun hatinya mudah terluka jika dikritik. b) Sekali-sekali suka membual.

c) Suka menggoda atau memukul yang lain.

d) Suka memperlihatkan perilaku-perilaku yang tidak lazim

e) Bersahabat dan tertarik pada orang lain seolah-olah sebagai teman yang khusus.

f) Rasa ingin tahu makin kuat.

g) Ada keinginan bergabung dengan kelompok dan sering kali mempunyai teman yang khusus.

h) Sering kurang memperhatikan penampilan, bikin gaduh dan suka berdebat.

i) Menjadi lebih mandiri, namun masih butuh perlindungan dari orang dewasa.

j) Lebih menyukai kegiatan beregu daripada kegiatan-kegiatan individu.

k) Suka berfikir bahwa ia dibutuhkan.

l) Sering memperlihatkan kelakuan-kelakuan yang bertentangan dengan teman dekatnya, tetapi ia bersimpati jika temannya mendapat kesulitan.

m) Mengikuti kepemimpinan dalam kelompok kecil dalam permainan. n) Cenderung membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain,

terutama kekurangan dirinya dalam keterampilan, kegagalan, dan gengsinya.

o) Mulai mengenali kebutuhan dan keinginan teman lain serta tujuan dan tanggung jawab kelompok.

p) Sudah dapat memecahkan masalah-masalah sosial yang ringan dalam bermain agar kelompok dapat utuh.

q) Rasa perbedaan terhadap posisi sosial mulai berkurang. r) Mulai menghargai nilai sopan santun dan susila.

Mengetahui dan memahami karakteristik anak usia sekolah dasar baik dari segi fisiologis, psikologis, dan sosiologis adalah penting terutama bagi guru pendidikan jasmani. Dengan mengetahui dan memahami karakteristik anak, maka dalam kegiatan membelajarkan siswa harus disesuaikan dengan tingkatan perkembangannya.

f. Ketuntasan Belajar

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), (2006: 19) menyatakan, “Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi


(30)

commit to user

dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%“. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi serta kemampuan sumberdaya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran.

Satuan Pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ideal. Pelaporan hasil belajar peserta didik diserahkan pada satuan pendidikan dengan memperhatikan rambu-rambu yang disusun oleh direktorat teknis terkait.

2. PAIKEM dalam Penjas

a. Pengertian PAIKEM

PAIKEM dimaksudkan sebagai salah satu usaha mendorong terus ditingkatkannya pelaksanaan pembelajaran di lapangan yang benar-benar berorientasi kepada siswa sebagai subjek belajar dan efektif hasilnya. Maksud dari PAIKEM adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran Aktif

Madyo Ekosusilo (2007: 2) menyatakan, “Aktif yaitu guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan pendapat/gaagasan“. Pendapat lain dikemukakan Dasim Budimansyah (2008: 70) menyatakan, “Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif mengajukan pertanyaan, mengemukakan gagasan dan mencari data dan informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah“.

2) Pembelajaran Inovatif

Madyo Ekosusilo (2007: 2) menyatakan, “Guru harus menciptakan kondisi belajar dan kegiatan pembelajaran yang baru sesuai dengan tuntutan dan perkembangan pendidikan. Pendapat lain dikemukakan Agus Suprijono (2009: x)


(31)

commit to user

menyatakan, “Pembelajaran merupakan proses pemaknaan atas realitas kehidupan yang dipelajari. Makna itu hanya bisa dicapai jika pembelajaran dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang memberi kesempatan kepada peserta didik menemukan sesuatu melalui aktivitas belajar yang dilakoninya“.

3) Pembelajaran Kreatif

Solichan Abdullah ( 2004: 32) menyatakan, “Pembelajaran yang mewadahi pikiran, gagasan dan kreatifitas dari siswa dan guru“. Sedangkan Agus Suprijono (2009: x) menegaskan, “Kreativitas adalah kemampuan berfikir tentang sesuatu dengan cara yang baru dan tidak biasa serta menghasilkan solusi unik atas suatu problem“. Dengan pemikiran guru yang kreatif maka akan mendorong peserta didik untuk menyenangi dan memotivasi mereka untuk terus belajar. Sismandiri (2003: 4) menyatakan, “Kreatif adalah guru mengembangkan kegiatan yang beragam dan membuat alat bantu belajar sederhana“.

Siswono (2004: 6) menyatakan, “Kreatif diartikan guru memberikan variasi dalam kegiatan belajar mengajar dan membuat alat bantu ajar, bahkan mencipta tekik-teknik mengajar tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik dan tujuan belajarnya“. Dari ketiga pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran yang kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.

4) Pembelajaran Efektif

Siswono (2004: 6) menyatakan, “Efektif yang diartikan sebagai ketercapaian suatu tujuan (kompetensi) merupakan pijakan utama suatu rancangan pembelajaran. Pembelajaran yang tampaknya aktif dan menyenangkan, tetapi tidak efektif akan tampak hanya sekedar permainan belaka“. Pendapat Agus Suprijono (2009: x) menyatakan, “Efektivitas pembelajaran merujuk pada berdaya dan berhasil guna seluruh komponen pembelajaran yang diorganisasi untuk mencapai tujuan pembelajaran“.


(32)

commit to user

Dapat dipertegas bahwa dalam pembelajaran agar siswa dapat efektif perlu ditunjang oleh suasana dan lingkungan belajar yang memadai. Oleh karena itu guru harus mampu mengelola tempat belajar, mengelola siswa, mengelola kegiatan belajar, mengelola materi pelajaran, dan mengelola sumber-sumber belajar yang ada dengan baik.

5) Pembelajaran Menyenangkan

Mulyasa (2006: 194) menyatakan, “Pembelajaran yang menyenangkan merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure)“. Sedangkan pembelajaran yang menyenangkan menurut Singer Sarah (2001: 14) diartiakn, “Sebagai suasana pembelajaran yang hidup, semarak, terkondisi untuk terus berlanjut, eksporsif dan mendorong atau menjadikan siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi“.

Ditinjau dari kegiatan siswa, pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa berani mencoba atau berbuat, berani bertanya, berani mengemukakan pendapat, berani mempertanyaan gagasan orang lain. Ditinjau dari guru, pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang menuntut guru sadar dapat membuat suasana belajar yang menyenangkan dalam arti: siswa tidak takut salah dalam mencoba/bereksperimen, siswa tidak khawatir ditertawakan kemampuannya, siswa tidak dianggap sepele. Guru selalu memberi motivasi kepada siswa selama pembelajaran.

Dari uraian pembelajaran PAIKEM tersebut diatas Dasim Budimansyah (2008: 71) menyatakan secara garis besar aktivitas dalam PAIKEM adalah sebagai berikut:

a) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan (aktivitas) yang mengembangkan keterampilan, kemampuan dan pemahaman dengan menekankan pada belajar dengan berbuat (learning by doing).

b) Guru menggunakan berbagai stimulus/motivasi dan alat peraga, termasuk lingkungan sebagai sumber belajar agar pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan relevan bagi siswa.


(33)

commit to user

c) Guru mengatur kelas untuk memajang buku-buku dan materi-materi yang menarik dan membuat pojok bacaan.

d) Guru menggunakan cara belajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk belajar kelompok.

e) Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam menyelesaikan suatu masalah, mengungkapkan gagasan, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolah sendiri.

b. Model Pembelajaran PAIKEM

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru saat mengajar. Waluyo (2009: 18) menyatakan, “Model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran“. Untuk lebih jelasnya, posisi herarkis dari pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran.

1) Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan titik tolak sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. H. Syaiful Sagala (2009: 68) menyatakan, “Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan intruksional untuk suatu satuan intruksional tertentu“.

2) Strategi Pembelajaran

Syaiful Sagala (2009: 222) menyatakan, “Dikaitkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru, murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan“. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan:

Dalam strategi pembelajaran mengandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran, dilihat


(34)

commit to user

dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning.

3) Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Syaiful Sagala (2009: 222) menyatakan, “Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasi strategi pembelajaran diantaranya: (1) komando (2) latihan (3) resiprokal (4) demonstrasi (5) inklusi (6) part-whole (7) tanya-jawab (8) diskusi (9) sosiodrama (10) karyawisata (11) kerja kelompok (12) tugas (13) eksperimen“.

4) Teknik dan Taktik Pembelajaran

Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Dalam hal ini, gurupun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Taktik pembelajaran merupakan gaya seorang guru dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Dalam gaya pembelajaran akan tampak kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuannya.

c. Penggunaan Alat, Waktu, Ruang dan Formasi

Penggunaan Alat, waktu dan ruang merupakan sumber daya yang penting untuk mendukung pelaksanaan kegiatan mengajar. Sumber daya ini harus dikelola dan dimanfaatkan sebaik-baiknya karena bersifat langka.

1) Penggunaan Alat

Peralatan ditempatkan dan digunakan pada posisi yang aman dan memungkinkan siswa berpartisipasi secara merata dan maksimal. Tidak selamanya alat yang dibutuhkan tersedia, hal ini merupakan keluhan utama guru pendidikan jasmani. Tidak ada ketentuan bahwa alat-alat yang digunakan harus alat yang lazim dipakai dalam kegiatan olahraga yang sebenarnya. Kreativitas


(35)

commit to user

memanfaatkan sumber-sumber lokal merupakan kunci keberhasilan mengatasi masalah tersebut. Lebih lanjut Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 75) Menyatakan:

Lakukan modifikasi peralatan, apabila peralatan diduga sebagai penghambat keberhasilan. Manakala kondisi sebenarnya menjadi penghambat belajar keterampilan tertutup, rubahlah kondisi latihan itu pada tingkat yang bisa dilakukan siswa selama perubahan kondisi tersebut tidak merusak integritas skill yang dipelajarinya.

2) Penggunaan Waktu

Waktu untuk pelajaran pendidikan jasmani di SD sangat terbatas yaitu, hanya sekali pertemuan per minggu. Pengelolaan waktu memerlukan keputusan yang tepat. Hal ini terkait dengan kemampuan guru membaca perasaan dan suasana kelas. Untuk memperpanjang waktu berlatih, guru menerapkan teknik memusatkan kembali perhatian kelas dengan cara guru menyuruh sebagian anak memperhatikan penampilan atau peragaan teman-temannya. Hal ini dapat disertai dengan penjelasan tentang pentingnya keterampilan berlatih. Rusli Lutan (2000: 48) menyatakan, “Pemanfaatan waktu secara maksimal menjadi kunci keberhasilan pengajaran. Hal ini dipengaruhi oleh pengaturan tempo, kapan berhenti, atau istirahat, atau kapan siswa melaksanakan tugas“.

3) Penggunaan Ruang

Kekurangan ruang saat mengajar memang merupakan masalah pelik dalam penyelenggaran Penjas. Namun bisa terjadi penggunan lapangan dan ruang yang tersedia itu tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Bila lapangan yang digunakan cukup luas, guru dapat membuat batas-batas yang akan digunakan oleh siswa. Rusli Lutan (2000: 49) menyatakan, “Partisipasi siswa dapat ditingkatkan melalui perencanaan ruangan yang tersedia disesuaikan dengan besar kelas. Batas lapangan yang dipakai untuk belajar dan berlatih harus jelas dipahami oleh siswa“.


(36)

commit to user

Pengaturan formasi bertujuan untuk memaksimalkan partisipasi siswa. Kesempatan unutk berlatih, termasuk kejelasan memperoleh informasi guru, bergantung pada pengturan informasi. Formasi diatur berdasarkan tugas ajar dan jumlah siswa. Rusli Lutan (2000: 54) menyatakan, “Formasi baris bersaf dan pemimpin, satu baris bersaf mengambil jarak cukup leluasa sementara di depannya berdiri seorang ketua. Tugas gerak seperti lempar tangkap dengan poros ketua dapat memakai formasi ini”.

d. Teknik Memotivasi dan Membina Disiplin

Memotivasi siswa tidak cukup hanya dengan menjelaskan maksud dan tujuan tugas. Begitu juga dengan perilaku disiplin, tidak dapat dibina dengan ceramah. Disiplin tidak terwujud dalam perilaku sendirinya, melainkan diperoleh melalui belajar dan pembentukan. Syaiful Sagala (2009: 101) menyatakan, “Siswa yang belajar harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar akan memperoleh hasil. Siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kejadian yang intruksional”.

1) Teknik Memotivasi

Pengajaran akan berhasil mencapai tujuannya kalau anak aktif melaksanakan tugas ajar. Karena itu, taktik khusus untuk membangkitkan motivasi siswa dan criteria berhasil juga disesuaikan dengan tingkat perkembangannya. Rusli Lutan (1999/2000: 68) menyatakam, “Keterlibatan anak dalam pendidikan jasmani adalah bertujuan untuk meraih sukses. Pengalaman berhasil merupakan sumber motivasi. Berikan pengalaman sukses bagi setiap anak”. Adang Suherman (2004: 2) menyatakan, “Untuk menanamkan motivasi dari dalam diri siswa, guru berusaha untuk tidak membanding-bandingkan skor

X X X X X X X

Gambar 1. Formasi Baris Bersaf dan Pemimpin Rusli Lutan (2000: 54)


(37)

commit to user

hasil tes siswa yang satu dengan lainnya atau dengan standar tes. Sebagai penggantinya, guru membandingkan skor hasil tes sekarang dengan skor hasil sebelumnya“. Dengan guru memberikan pujian kepada siswa yang menunjukkan usaha yang baik, menciptakan suasana belajar yang memberi kepuasan dan kesenangan pada siswa dan usaha lain dipandang pantas dilakukan untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa.

2) Membina Disiplin

Perilaku disiplin akan berkembang bila anak paham akan alasan di balik perilaku dan ia dapat membuat keputusan secara mandiri. Untuk mencapai taraf tersebut, dibutuhkan waktu sejalan dengan perkembangan anak. Pendekatan yang diterapkan untuk mengembangkan perilaku disiplin dan kesadaran menghargai orang lain bukanlah hukuman tetapi memberi sanksi sebagai konsekwensi perilaku. Rusli Lutan (1999/2000: 74) menyatakan, pemberian sanksi sebagai konsekwensi perilaku misalnya:

a) Pelanggaran 1 kali : siswa diperingati

b) Pelanggaran kedua kali : siswa dikucilkan (misalnya 5 menit) c) Pelanggaran ketiga kali : siswa dikucilkan 10 menit

d) Pelanggaran keempat kali : orang tua dipanggil ke sekolah e) Pelanggaran kelima kali : siswa dipanggil oleh kepala sekolah

Hal penting adalah guru harus bertindak ajeg. Setiap sanksi sesuai dengan pelanggaran harus diberlakukan sama bagi setiap anak. Biasakan anak untuk meminta maaf kepada orang lain bila berbuat salah segera setelah kejadian itu terjadi. Gunakan julukan positif, bukan menonjolkan kelemahan.

3. Kemampuan Gerak Dasar

a. Pengertian Kemampuan Gerak Dasar

Kemampuan gerak dasar sering disebut dengan istilah “kemampuan

motorik“ atau ”aktivitas gerak“. Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991/1992: 18) menyatakan, “Kemampuan aktivitas gerak adalah kesanggupan seseorang untuk menggerakkan anggota badan di dalam mempelajari gerakan,


(38)

commit to user

hingga memiliki rangkaian urutan gerak yang teratur, luwes, cepat, tepat, dan lancar melalui latihan yang teratur dan terus menerus“.

Berkaitan dengan kemampuan gerak dasar Rusli Lutan (1988: 96) menyatakan, “Kemampuan motorik lebih tepat disebut sebagai kapasitas seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu keterampilan yang relatif melekat setelah masa kanak-kanak“. Menurut Mulyono B. (1994: 298) bahwa, “Kemampuan motorik atau kemampuan gerak dasar adalah hadirnya kemampuan bawaan dan kemampuan yang diperoleh dalam melakukan keterampilan gerak (motor skill) dan sifat umum atau fundamental, diluar kemampuan olahraga spesialisasi tingkat tinggi“. Sedangkan Sukinta (2004: 78) berpendapat, “kemampuan motorik adalah kualitas hasil gerak individu dalam melakukan gerak, baik gerakan non olahraga maupun gerak dalam olahraga atau kematangan penampilan keterampilan motorik“.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan, kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang mendasari dari gerak yang bersifat umum yang berperan untuk melakukan gerak baik gerakan olahraga maupun non olahraga. Kemampuan gerak dasar pada dasarnya bersifat relatif statis dan permanen yang ditentukan oleh bawaan. Kemampuan gerak dasar berkembang relatif secara otomatis sesuai dengan tingkat perkembangan, pertumbuhan dan kematangan anak.

b. Bentuk-Bentuk Gerak Dasar

Sejak anak dilahirkan sudah memiliki kemampuan gerak dasar yang diterapkan dalam tingkah laku sehari-hari, khususnya aktivitas anak saat melakukan bermain. Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991/1992: 24) menyatakan, “Gerak dasar manusia adalah jalan, lari, lompat dan lempar. Bentuk -bentuk gerakan dasar tersebut, telah dimiliki oleh murid-murid SD“.Pendapat lain yang dikemukakan oleh M. Furqon H. (2002: 32) mengklasifikasikan kemampuan gerak dasar terdiri dari tiga bagian. Secara sistematis komponen-komponen kemampuan gerak dasar digambar sebagai berikut :


(39)

commit to user Gerak Dasar Gerak Stabilitas Membungkuk Meregang Memutar Mengayun Handstand Memutar tubuh Mendarat Keseimbangan Gerak Lokomotor Berjalan Berlari Meloncat Melompat Melayang Meluncur Berjingkrak Memanjat dll Gerak Manipulatif Melempar Menangkap Menendang Voli Melambung Melenting Bergulir Menggelinding

Gambar 2. Komponen-komponen Kemampuan Gerak Dasar (M. Furqon H., 2002: 32)

c. Gerak Manipulatif

Gerak dasar manipulatif adalah gerak menggunakan atau memainkan alat (melempar, menangkap, menendang, menggulir, memukul). Pembelajaran untuk kelas bawah dikemas melalui pendekatan Tematik atau materi pokok dikemas dalam bentuk permainan. Ada beberapa aktivitas permainan yang dapat digunakan untuk memperkuat pengembangan dan penghalus kemampuan gerak manipulatif.

Permainan gerak manipulatif dapat memberikan penguat yang efektif mengenai keterampilan tertentu yang ditekankan. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai guru dapat memodifikasi permainan ini agar dapat mencapai partisipasi maksimum dan keterampilan gerak yang diinginkan. M. Furqon H. (2006: 7) menyatakan:

Tujuan khusus dari permainan yang dimodifikasi adalah:

1) Meningkatkan kemampuan gerak manipulasi yaitu melempar, menangkap, menendang, menjebak, voli, memukul, memantul dan bergulir.

2) Meningkatkan koordinasi mata-tangan dan koordinasi mata-kaki. 3) Mampu bekerja sama di dalam kerja kelompok.


(40)

commit to user

5) Mampu mengikuti pengarahan dan mematuhi aturan.

Gerakan manipulatif merupakan jenis gerakan yang membutuhkan koordinasi yang cukup baik. Hal ini karena, dalam gerakan manipulatif melibatkan beberapa unsur gerak yang harus dikoordinasikan menjadi satu pola gerakan yang baik dan harmonis.

4. Gerak Dasar Manipulatif Melempar

a. Pengertian Melempar

Nomor lempar yang sering diperlombakan dalam perlombaan atletik adalah tolak peluru, lempar cakram, lempar lembing dan lempar martil. Tujuan dari nomor lempar tersebut adalah untuk melemparkan benda atau melontarkan peluru, cakram, lembing, dan martil sejauh-jauhnya. Mochamad Djumidar A. Widya (2004: 121) menyatakan, “Lempar adalah suatu gerakan yang menyalurkan tenaga pada suatu benda yang menghasilkan daya pada benda tersebut dengan memiliki kekuatan ke depan atau ke atas”. Pendapat lain yang dikemukakan Agus Kristiyanto (2005: 49) menyatakan, “Melempar merupakan kemampuan mengarahkan suatu benda yang dipegang ke suatu sasaran dengan menggunakan kekuatan yang cukup”.

Nomor lempar yang harus diajarkan di SD adalah lempar bola kecil dan bola besar, tolak peluru dan lempar lembing. Gerry A. Carr (1997: 3) menyatakan, “Dari semua nomor lomba, lempar lembing merupakan gerakan yang mirip dengan gerakan melempar pada umumnya”. Aip Syarifuddin (1991/1992: 81) menyatakan, “Latihan melempar bola kecil dan bola besar bagi murid SD, dimaksudkan sebagai persiapan menuju lempar lembing dan tolak peluru”. Bola yang dapat dipergunakan untuk latihan melempar yaitu: bola tennis, bola rounders, bola base ball, bola voli, bola basket, bola tangan, bola kaki, bola berekor.


(41)

commit to user

Program pengajaran Penjas melalui pelajaran bentuk-bentuk gerakan dasar melempar pada kelas-kelas permulaan SD, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anak dalam bertindak melakukan suatu gerakan dengan anggota badannya agar lebih terampil dengan menggunakan alat yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Meskipun terdapat perbedaan besar dalam berat dan bentuk alat dan juga perbedaan dalam gerakan melempar yang terlibat, maka ada tanda-tanda umum bagi semuanya.

Dekdikbud (1997: 86) menyatakan, “Masing masing dari empat lempar memiliki tahap-tahap sebagai berikut: a) Start (permulaan), b) Gerakan atau membentuk momentum, c) Melempar atau mengenakan daya (power posisition) d) Pelepasan alat (delivery), e) Pemulihan (recovery)”. Pendapat lain mengemukakan Rahmad Hidayat (2003: 34) bahwa persamaan prinsip gerak melempar yang utama yaitu:

1) Ancang-ancang atau awalan perlu dilakukan untuk menciptakan momentum yang sebesar-besarnya dan dialihkan momentum tersebut pada benda yang akan dilemparkan.

2) Benda yang akan dilemparkan harus dikuasai agar tidak keluar dari bidang atau sasaran lemparan menurut peraturan perlombaan.

3) Penggunaan tenaga dikerahkan sekuat mungkin dengan cepat dan dialihkan pada benda yang akan dilemparkan.

4) Koordinasi gerakan ketiga tersebut diatas harus dipadukan agar tujuan lemparan yang diinginkan hasilnya optimal.

c. Teknik Melempar

Latihan melemparkan bola kecil dan bola besar pada siswa SD, dimaksudkan sebagai persiapan menuju kepada lempar lembing dan tolak peluru. Aip Syarifuddin (1991/1992: 28) menyatakan teknik dasar melempar yang benar adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Teknik Dasar Gerakan Melempar (Aip Syarifuddin. 1991/1992: 19)


(42)

commit to user a) Sikap Permulaan :

Berdiri tegak, kaki kiri agak ke depan, kaki kanan dibelakang (bila melempar dengan kaki kanan), serta badan berada di kaki kanan, Kedua tangan memegang bola di depan dekat ke dada dengan siku dibengkokkan. Pandangan ke arah sasaran yang dituju.

b) Gerakannya :

Pada waktu bola akan dilemparkan, tangan kanan yang memegang bola dibawa/diayunkan kesamping ke belakang. Kemudian dari belakang bola dilemparkan dengan menggerakkan tangan dari belakang melalui atas kepala ke atas ke depan, dan bola lepas pada saat tangan lurus dan berat badan berada pada kaki kiri (jika melempar jauh) serta bersamaan dengan badan yang dilonjakkan ke atas ke depan dan kaki kanan ditolakkan ke atas ke depan. Mendarat pada kaki kanan, kaki kiri tergantung lemas dibelakang, pandangan mengikuti arah jalannya bola. Jadi yang harus diperhatikan oleh seorang guru pada waktu anak melempar, antara lain mengenai: sikap berdiri waktu akan melempar, perpindahan berat badan pada waktu akan melemparkan bola, gerakan melempar bola, gerakan lanjutan dari lemparan bola tersebut.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang dikemukakan. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan khususnya yang terkait dengan penerapan model pembelajaran PAKEM.

Penelitian Sunarno berjudul, “Penerapan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (PAKEM) dalam pembelajaran Matematika di SMP Negeri 3 Ajibarang kabupaten Banyumas tahun 2006”, menunjukkan dalam melaksanakan PAKEM hendaknya menyeluruh artinya untuk semua guru dan semua matapelajaran. Terbukti bahwa banyak sekolah-sekolah SMP yang berasal dari Jawa maupun luar Jawa yang studi banding ke SMP Negeri 3 Ajibarang, karena diyakini bahwa PAKEM adalah model Pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Sedangkan dari hasil penelitian Slamet Surono berjudul, “Model PAKEM dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA SD Negeri 2 Sokanegara di Purwokerta Timur Tahun Ajaran 2006”, menunjukkan model PAKEM dalam pembelajaran IPA telah menumbuhkan suasana pembelajaran dan


(43)

commit to user

melibatkan sktifitas baik guru maupun siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD Negeri 2 Sokanegara Purwokerto.

C. Kerangka Pikir

Tujuan pendidikan dan pendidikan jasmani adalah untuk membantu individu-individu mencapai pertumbuhan dan perkembangan optimal. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program pendidikan secara menyeluruh. Penjas merupakan pendidikan yang mengutamakan keaktifan gerak dan media pembelajaran. Ruang lingkup pendidikan jasmani dari kelas I-VI sekolah dasar ditekankan pada usaha memacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial. Jenis-jenis kegiatan yang diajarkan di Sekolah Dasar meliputui atas: Pengembangan Kemampuan jasmani (PKJ), Atletik, Senam, Permainan. Gerak dasar manusia adalah jalan, lari, lompat dan lempar. Bentuk-bentuk gerakan dasar tersebut, telah dimiliki oleh murid-murid Sekolah Dasar. Bermain dapat digunakan untuk membantu anak dalam mengembangkan potensi fisik, kognitif, sosial dan emosi. Dalam merumuskan pembelajaran pendidikan jasmani harus mengetahui karakteristik siswa.

Gerak dasar manipulatif adalah gerak menggunakan atau memainkan alat (melempar, menangkap, menendang, menggulir, memukul). Pembelajaran untuk kelas bawah dikemas melalui pendekatan Tematik atau materi pokok dikemas dalam bentuk permainan. Ada beberapa aktivitas permainan yang dapat digunakan untuk memperkuat pengembangan dan penghalus kemampuan gerak manipulatif. Permainan gerak manipulatif dapat memberikan penguat yang efektif mengenai keterampilan tertentu yang ditekankan. Lempar adalah suatu gerakan yang menyalurkan tenaga pada suatu benda yang menghasilkan daya pada benda tersebut dengan memiliki kekuatan ke depan atau ke atas. Melalui penerapan model pembelajaran PAIKEM siswa terlibat dalam berbagai kegiatan (aktivitas) yang mengembangkan keterampilan, kemampuan dan pemahaman dengan menekankan pada belajar dengan berbuat (learning by doing). Dengan siswa


(44)

commit to user

terlibat dalam berbagai kegiatan pembelajaran, maka akan meningkatkan kemampuan gerak dasar manipulatif melempar.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Penerapan model pembelajaran PAIKEM dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar secara optimal pada siswa kelas IV SD Negeri Bulu 01, Kec. Polokarto Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011.”


(45)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Bulu 01, Kec. Polokarto, Sukoharjo.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama satu bulan dan pelaksanaan penelitian pada 26 September 2010 sampai dengan 16 Nopember 2010, sesuai jadwal pelajaran hari selasa, dimulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 08.10 WIB.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Bulu 01, Kec. Polokarto, Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011. Keseluruhan siswa kelas IV SD Negeri Bulu 01, kec. Polokarto, Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011 dijadikan subjek penelitian.

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Bulu 01, kec. Polokarto, Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011 berjumlah 22 siswa yang terbagi atas 16 siswa putri dan 6 siswa putra.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan Pengamatan, tes dan pengukuran dari IAAF KIDS’ ATLETICS; Suyono (2002: 19). Petunjuk pelaksanaan tes terlampir.


(46)

commit to user

E. Teknik Analisis Data

Kemampuan gerak dasar melempar dapat diketahui dengan mengamati dan mengobservasi proses dan hasil tes kemampuan gerak dasar sebelum diberi penerapan model pembelajaran PAIKEM dan setelah diberi model pembelajaran PAIKEM.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 (dua) siklus. Langkah-langkah dalam siklus terdiri dari:

1. Planning (merencanakan model pembelajaran PAIKEM yang akan diterapkan dalam pembelajarn gerak dasar manipulatif melempar).

2. Acting (menerapkan model pembelajaran PAIKEM untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar manipulatif melempar sebelum diterapkan model pembelajaran PAIKEM dan setelah diterapkan model pembelajaran PAIKEM).

3. Observasi (melakukan pengamtan, tes dan pengukuran kemampuan gerak dasar manipulatif melempar siswa, apakah kemampuan gerak melempar meningkat setelah mendapat perlakuan penerapan model pembelajaran PAIKEM).

4. Reflecting (menyimpulkan tingkat peningkatan kemampuan gerak dasar manipulatif siswa setelah mendapat perlakuan penerapan model pembelajaran PAIKEM dengan membandingkan kondisi awal sebelum diterapkan model pembelajaran PAIKEM dan setelah diterapkan model pembelajaran PAIKEM).


(47)

commit to user Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan

Pelaksanaan Refleksi

Refleksi

?

G. Target Ketuntasan Belajar

Penelitian Tindakan Kelas Penjasorkes materi melempar menargetkan ketuntasan belajar sebagai berikut:

Tabel 1. Target Ketuntasan Belajar.

No Siklus Target Ketuntasan Belajar

1. Siklus I 65 % siswa tuntas 2. Siklus II 75 % siswa tuntas

Gambar 4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Suharsimi Arikunto, 2008: 16)


(48)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan survei awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Hasil survei awal, antara lain:

1. Siswa Kesulitan Belajar Melempar.

Berdasarkan hasil pengisian angket yang telah dialanisis menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan belajar Penjasorkes khususnya materi melempar.

2. Rendahnya Nilai Penjasorkes Siswa.

Berdasarkan data hasil belajar sebelum melalui Penerapan Model Pembelajaran Paikem yang diperoleh dari lampiran 5 halaman 74 diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 72 dan siswa yang mendapatkan nilai 75 ke atas sebanyak 7 siswa yang dapat diartikan bahwa ketuntasan secara klasikal sebesar 31,8% dari KKM 75.

3. Terbatasnya Prasarana dan Sarana Penjasorkes.

Terbatasnya Prasarana dan Sarana yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran Penjas. Hal itu terbukti dengan minimnya peralatan olahraga yang dimiliki sekolah dan kurangnya modifikasi peralatan untuk pembelajaran Penjas. Oleh karena itu, perlu dicari solusi untuk mempermudah siswa dalam mempelajari Penjasorkes khususnya materi melempar.

Hasil belajar Penjasorkes siswa materi melempar sebelum tindakan dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 74. Adapun tabel nilai sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Belajar Penjasorkes Materi Melempar Sebelum Tindakan.

No

Absen Nama Nilai KKM 75

1. Rona Jufridar 72 Belum Tuntas

2. Ristiya Alfina Damayanti 72 Belum Tuntas 3. Ratasya Atalia Saputri 70 Belum Tuntas


(49)

commit to user

4. Pricillia Oktavina Putri 75 T U N T A S 5. Briliantopo Pramonojati 77 T U N T A S

6. Itot Nanda Saputra 76 T U N T A S

7. Fitrilia Desy Charisma 69 Belum Tuntas

8. Sinta Nur Hasanah 63 Belum Tuntas

9. Yuli Safitri 78 T U N T A S

10. Anindita Putri Nugroho 76 T U N T A S

11. Fungky Nasir Nugroho 83 T U N T A S

12. Andrean Nur Cahyo 68 Belum Tuntas

13. Lusi Indiyani 68 Belum Tuntas

14. Mia Dwi Utami Tiarasari 64 Belum Tuntas

15. Anisa Eka Tiarawati 72 Belum Tuntas

16. Fitria Ida Rafani 71 Belum Tuntas

17. Indah Puspitasari 72 Belum Tuntas

18. Mariska Rahmawati 72 Belum Tuntas

19. Chairul Munawaroh 74 Belum Tuntas

20. Nodya Nawang Wulandari 72 Belum Tuntas 21. Putriana Safatin Ridhani 73 Belum Tuntas

22. Moh. Antas Salam 76 T U N T A S

Jumlah 1593

Nilai rata-rata 72

Ketuntasan Klasikal = 227 X 100% = 31,8%

Dari tabel hasil belajar Penjasorkes materi melempar sebelum tindakan dapat disajikan dalam bentuk gambar grafik 5 sebagai berikut:

HASIL BELAJAR PENJASORKES

50 55 60 65 70 75 80 85

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

No Absen

N

il

a

i

Gambar 5. Grafik Hasil Belajar Penjasorkes Materi Melempar Sebelum Tindakan.


(50)

commit to user

Berdasarkan data hasil belajar sebelum melalui Penerapan Model Pembelajaran Paikem diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 72 dan siswa yang mendapat nilai lebih dari sama dengan 75 hanya 7 siswa yang dapat diartikan bahwa ketuntasan secara klasikal sebesar 31,8% siswa tuntas, siswa yang masih berada di bawah batas KKM yang ditetapkan yaitu 15 siswa atau 68,2% siswa belum tuntas.

Berdasarkan hasil belajar Penjasorkes yang masih rendah, maka selaku Guru penjasorkes dan dukungan dari teman Guru, Kepala Sekolah serta dibantu rekan Guru sebagai Kolaborator berusaha melakukan Penerapan Model Pembelajaran Paikem. Dengan model pembelajaran tersebut diharapkan hasil belajar Penjasorkes materi melempar akan mengalami peningkatan sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

1. Tindakan Siklus I

Berdasarkan data awal hasil belajar Penjasorkes materi melempar kelas IV SD Negeri Bulu 01 Tahun Ajaran 2010/2011, maka proses hasil belajar perlu ditingkatkan dengan Penerapan Model Pembelajaran Paikem. Tindakan siklus I dilaksanakan selama dua minggu mulai tanggal 23 Oktober 2010 sampai 02 Nopember 2010. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari siklus-siklus, tiap siklus terdiri dari 4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Kegiatan perencanaan siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 Oktober 2010 di ruang guru SDN Bulu 01. Peneliti dan kolaborator (guru penjaskes SDN Bakalan 01, Kec. Polokarto) mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam 2 pertemuan (dengan alokasi waktu 2 X 35 menit) yaitu pada hari Selasa, 26 Oktober 2010 dan Selasa, 02 Nopember 2010.


(51)

commit to user

Peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan penbelajaran Penjaskesrek dengan menggunakan Penerapan Model Pembelajaran Paikem sebagai berikut:

1) Mempelajari dan Memilih KTSP SD dan Silabus Kelas IV.

Standar Kompetensi : Mempraktikkan berbagai kombinasi gerak dasar melalui permainan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

Kompetensi Dasar : Mempraktikkan kombinasi gerak dasar melempar, menangkap, dan menendang dengan koordinasi yang baik dalam permainan sederhana, serta aturan, dan kerjasama.

2) Peneliti Bersama Kolaborator Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, antara lain:

a) Siswa dapat melakukan belajar melempar.

b) Siswa dapat melakukan latihan ketepatan melempar. c) Siswa dapat melakukan melempar turbo dengan sasaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dilaksanakan dua kali pertemuan masing-masing pertemuan dalam waktu 2 jam pelajaran. Adapun mengenai RPP siklus I dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 65.

3) Menyediakan Alat Peraga Berupa: a) Tongkat

b) Kardus c) Bola Tenis d) Bola Ekor e) Turbo f) Tali Rafia g) Ban

4) Membuat lembar observasi siswa dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 85 dan lembar observasi guru pada lampiran 6 halaman 75. 5) Merancang setting kelas dengan mengatur formasi pembelajaran dan

batas-batas sesuai dengan kebutuhan kelas Penjasorkes.


(52)

commit to user

Dalam tahap ini guru menerapkan Model Pembelajaran Paikem sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Pada siklus I ini diberikan tiga bentuk permainan atau kegiatan. Bentuk permainan pada silus I sebagai berikut:

1) Melakukan Gerakan Belajar Melempar.

Belajar gerak melempar secara ramai-ramai dengan cara bola dipantulkan ke lantai, pantulan bola harus di bawah tali, formasi berhadapan, jarak lemparan yang aman kira-kira siswa bisa menghindar atau menangkap saat bola datang

2) Melakukan Gerakan Latihan Ketepatan Melempar.

Siswa melempar bola tenis ke sasaran dari berbagai jarak, siswa bebas memilih target dan berusaha melempar semua target dan masing-masing siswa memulai lemparan dengan berat badan dipindahkan ke belakang dan tangan diluruskan. Melatih sikap lemparan sesuai dengan yang dikehendaki. Target memaksa pelempar untuk melempar bola ke depan atas.

Gambar 6. Belajar Gerak Melempar dengan Cara Dilempar (Mochamad Djumidar A. Widya, 2004: 127)

Gambar 7. Melatih Ketepatan Melempar dan Sikap Lemparan (Mochamad Djumidar A. Widya, 2004: 128)


(53)

commit to user

3) Melakukan Gerakan Melempar Turbo Dengan Sasaran. Cara memegang Turbo

 Setiap lembing harus diletakkan disepanjang telapak tangan.  Jari telunjuk membelit ke belakang ikatan dan ibu jari diletakkan

di sepanjang ikatan.

 Jari lainnya membelit ikatan.

Melempar turbo dengan target yang digantung di atas, dengan sendirinya siswa akan terbiasa untuk melempar jauh, dan masing-masing melempar dengan berat badan dipindahkan ke belakang dan tangan diluruskan. Target memaksa pelempar untuk melemparkan turbo ke depan atas.

Sebagai kegiatan penutup siswa melakukan tes lempar turbo. Siswa dan guru memberikan refleksi dan menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakanakan yaitu dengan memberikan penekanan materi terkait dengan indikator pada siklus I. Siswa diberi kesenpatan untuk bertanya apabila ada yang kurang jelas. Guru menutup pembelajaran Penjasorkes materi melempar.

Nilai Penjasorkes materi melempar siklus I dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 87. Adapun hasilnya terdapat pada tabel 3 sebagai berikut:

Gambar 9. Melempar Turbo Dengan Sasaran

(Mochamad Djumidar A. Widya, 2004: 139) Gambar 8. Metode Memegang Lembing


(54)

commit to user

Tabel 3. Hasil Belajar Penjasorkes Materi Melempar Siklus I

No Absen Nama Nilai KKM 75

1. Rona Jufridar 75 T U N T A S

2. Ristiya Alfina Damayanti 75 T U N T A S 3. Ratasya Atalia Saputri 73 Belum Tuntas 4. Pricillia Oktavina Putri 76 T U N T A S 5. Briliantopo Pramonojati 81 T U N T A S

6. Itot Nanda Saputra 79 T U N T A S

7. Fitrilia Desy Charisma 72 Belum Tuntas

8. Sinta Nur Hasanah 66 Belum Tuntas

9. Yuli Safitri 81 T U N T A S

10. Anindita Putri Nugroho 79 T U N T A S

11. Fungky Nasir Nugroho 87 T U N T A S

12. Andrean Nur Cahyo 71 Belum Tuntas

13. Lusi Indiyani 70 Belum Tuntas

14. Mia Dwi Utami Tiarasari 67 Belum Tuntas

15. Anisa Eka Tiarawati 75 T U N T A S

16. Fitria Ida Rafani 74 Belum Tuntas

17. Indah Puspitasari 75 T U N T A S

18. Mariska Rahmawati 75 T U N T A S

19. Chairul Munawaroh 77 T U N T A S

20. Nodya Nawang Wulandari 75 T U N T A S 21. Putriana Safatin Ridhani 76 T U N T A S

22. Moh. Antas Salam 79 T U N T A S

Jumlah 1658

Nilai rata-rata 75

Ketuntasan Klasikal = 1522 X 100% = 68,2%

Dari tabel hasil belajar Penjasorkes materi melempar siklus I dapat disajikan dalam bentuk gambar grafik 10 sebagai berikut:

HASIL BELAJAR PENJASORKES

50 55 60 65 70 75 80 85 90

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

No Absen N i l a i


(55)

commit to user

c. Observasi

Berdasarkan observasi di lapangan jumlah seluruh siswa 22 anak terdiri dari 16 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki. Dari data observasi dalam siklus I (lampiran 6 dan 12) selama dua kali pertemuan diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

1) Pertemuan I.

a) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran Penjasorkes.

b) Kegiatan guru dalam pembelajaran sudah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dirancang sebelumnya dan menggunakan waktu dengan tepat.

c) Guru belum memberikan informasi secara tepat yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengarahkan kegiatan siswa masih sedikit. d) Guru sudah menggunakan berbagai sumber sesuai RPP.

e) Sebagian siswa belum fokus terhadap pembelajaran.

f) Kebanyakan siswa masih canggung untuk melakuakn unjuk kerja. g) Siswa kurang disiplin terbukti jika ada teman yang keliru melakukan

unjuk kerja masih saling mengejek.

2) Pertemuan II.

a) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran Penjasorkes.

b) Kegiatan guru dalam pembelajaran sudah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dirancang sebelumnya dan menggunakan waktu dengan tepat.

c) Guru belum memberikan informasi secara tepat yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengarahkan kegiatan siswa masih sedikit. d) Guru sudah menggunakan berbagai sumber sesuai RPP.

e) Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata “ya”, “bagus”, “lanjutkan” atau “pintar”.

f) Mulai ada peningkatan, beberapa siswa belum fokus terhadap pembelajaran


(56)

commit to user

g) Meskipun malu, kebanyakan siswa mulai tidak canggung untuk melakuakn unjuk kerja

h) Guru belum mengaitkan pembelajaran dengan masalah realistik hal tersebut terlihat pada saat guru memberikan umpan balik kepada siswa.

i) Berdasarkan catatan khusus kolaborator kepada guru antara lain: (a) guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran, (b) guru kurang penekanan dan memperluas pengetahuan realistik anak, dan (c) motivasi yang dilakukan guru masih sedikit.

d. Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi setelah dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut:

1) Seluruh siswa mengikuti pembelaran Penjasorkes. Berdasarkan hasil tes nilai rata-rata Penjasorkes siswa siklus I yaitu 75.

2) Berdasar hasil tes belajar Penjasorkes, pada siklus I siswa yang memperoleh nilai diatas KKM yaitu 15 siswa (68,2%). Siklus I sudah berhasil dikarenakan target ketuntasan 65% siswa sudah terlampaui, namun Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dikatakan berhasil jika 75% siswa tuntas KKM. Untuk itu penelitian dilanjutkan pada siklus II.

3) Sebaiknya guru memberikan informasi secara tepat yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengarahkan kegiatan siswa sehingga siswa lebih jelas dan terarah dalam pembelajaran.

4) Guru memberikan motivasi kepada siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata “ya”, “bagus”, “lanjutkan” atau “pintar”.

5) Guru mengaitkan pembelajaran dengan masalah realistik hal tersebut terlihat pada saat guru memberikan umpan balik kepada siswa.

Dari hasil penelitian siklus I, maka peneliti mengulas secara cermat bahwa dilihat dari nilai rata-rata kelas pembelajaran Penjasorkes melalui Penerapan Model Pembelajaran Paikem sudah berhasil, tetapi apabila dilihat dari


(1)

commit to user

Polokarto, 2010

Peneliti, Kolaborator,

NUNUNG ARIYUWONO SRI BANOWO, S.Pd

NIM. X4608540 NIP. 19800307 200604 1 006

Mengetahui, Kepala SDN Bulu 01

MARYONO, S.Pd.I. NIP. 19510818 197802 1 005 Lampiran 14

Rekapitulasi Hasil Belajar Penjasorkes Materi Melempar Siklus II

No Absen Nama Nilai Hasil

Belajar KKM 75

1. Rona Jufridar 77 TUNTAS

2. Ristiya Alfina Damayanti 76 TUNTAS

3. Ratasya Atalia Saputri 75 TUNTAS

4. Pricillia Oktavina Putri 76 TUNTAS

5. Briliantopo Pramonojati 82 TUNTAS

6. Itot Nanda Saputra 81 TUNTAS

7. Fitrilia Desy Charisma 73 Belum Tuntas

8. Sinta Nur Hasanah 70 Belum Tuntas

9. Yuli Safitri 83 TUNTAS

10. Anindita Putri Nugroho 80 TUNTAS

11. Fungky Nasir Nugroho 87 TUNTAS

12. Andrean Nur Cahyo 74 Belum Tuntas

13. Lusi Indiyani 73 Belum Tuntas

14. Mia Dwi Utami Tiarasari 72 Belum Tuntas

15. Anisa Eka Tiarawati 76 TUNTAS

16. Fitria Ida Rafani 75 TUNTAS

17. Indah Puspitasari 76 TUNTAS

18. Mariska Rahmawati 76 TUNTAS

19. Chairul Munawaroh 77 TUNTAS

20. Nodya Nawang Wulandari 76 TUNTAS

21. Putriana Safatin Ridhani 78 TUNTAS

22. Moh. Antas Salam 80 TUNTAS

Jumlah 1694

Nilai rata-rata 77


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Lampiran 15

Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian

Siswa kelas IV SDN Bulu 01 dan Peneliti


(3)

commit to user

Siswa Belajar Melatih Ketepatan Melempar Siklus I


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Siswa Belajar Melempar ke Sasaran Siklus II


(5)

commit to user

Siswa Belajar Melempar Melewati Rintangan Siklus II


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Lampiran 16


Dokumen yang terkait

PENERAPAN BERMAIN “TEMBAK IKAN” UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR MELEMPAR PADA SISWA KELAS IV SEMESTER II SD NEGERI KUTOWINANGUN 01 KEC. TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2012 2013

0 8 103

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TLOMPAKAN III KECAMATAN TUNTANG TAHUN AJARAN 2010 2011

0 6 205

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENYIMAK DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SISWA KELAS V SD NEGERI PLUMBON 01 MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 2011

0 6 157

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 SURUHKALANG KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010 2011

0 3 106

UPAYA MENINGKATKAN LONCAT JAUH TANPA AWALAN MELALUI PEMBELAJARAN GERAK DASAR LOMPAT PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PUCANGAN 01 KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2010

0 3 56

PENDAHULUAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI BERORGANISASI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KAYUAPAK KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 7

PENERAPAN BERMAIN “TEMBAK IKAN” UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR MELEMPAR PADA SISWA KELAS IV SEMESTER II SD NEGERI KUTOWINANGUN 01 KEC. TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 1 206

Penerapan Pendekatan Bermain Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Gerak Dasar Memukul Bolavoli Mini Pada Siswa SD Negeri Pranan 2 Polokarto Tahun Ajaran 2014/2015.

0 0 17

PENERAPAN METODE BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR LARI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI 01 KARTASURA TAHUN AJARAN 2012 / 2013.

0 0 17

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR LOMPAT PADA SISWA KELAS IV SD N PAJANG IV TAHUN AJARAN 20162017

0 0 17